Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/686

e-BinaAnak edisi 686 (10-9-2014)

Mengajarkan tentang Pertemanan kepada Anak (I)


e-BinaAnak -- Mengajarkan tentang Pertemanan kepada Anak (I)
686/September/I/2014

Salam kasih Kristus,

Semasa pelayanan Yesus di dunia, Ia memilih murid-murid-Nya dengan 
selektif dan menjalin pertemanan dengan orang-orang dari berbagai 
golongan. Alkitab juga mencatat banyak contoh mengenai pertemanan, 
baik pertemanan yang sejati maupun contoh pertemanan yang buruk. 
Manusia memang tidak bisa hidup sendiri. Sebagai makhluk sosial, kita 
membutuhkan teman untuk bertahan hidup di dunia ini. Namun, bukan 
berarti kita boleh asal menjalin pertemanan. Ada nilai-nilai dalam 
berteman yang harus diperhatikan oleh anak-anak Tuhan, misalnya dalam 
pertemanan antara Daud dan Yonatan yang bisa kita simak bersama dalam 
kolom Artikel. Selain itu, kita juga bisa mengajarkan kepada anak-anak 
tentang bagaimana kita dapat memilih teman yang tepat melalui teladan 
Hana yang mencarikan teman yang tepat bagi Samuel, anaknya. Kiranya 
sajian-sajian dalam edisi ini menolong kita semua untuk memahami 
nilai-nilai pertemanan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>


"Prinsip pertemanan kristiani bukan sekadar mencari teman atau relasi 
sebanyak mungkin, melainkan juga untuk menyatakan karakter Kristus 
dalam setiap hubungan pertemanan kita." (DW)


            ARTIKEL: MENGAJARKAN NILAI-NILAI PERTEMANAN

Teman adalah seseorang yang "memiliki keterkaitan dengan orang lain, 
berdasarkan perasaan, atau kasih, atau perasaan hormat pribadi". 
Seorang teman adalah seorang yang bersimpati, seorang penolong, atau 
teladan. Beberapa sinonim untuk kata teman adalah: kawan, sohib, 
sobat, pendamping yang diberi, kepercayaan, dan pasangan.

Dalam Alkitab, teman adalah orang yang saling mengasihi satu sama lain 
dan dapat dipercaya; seorang teman dekat atau kawan (Kejadian 38:12). 
Mungkin, persahabatan yang paling dikenal dalam Alkitab adalah kisah 
Daud dan Yonatan (1 Samuel 18:1-4). Abraham disebut Sahabat Allah (2 
Tawarikh 20:7), dan Tuhan berbicara kepada Musa "muka dengan muka, 
seperti seseorang berbicara kepada temannya" (Keluaran 33:11). Yesus 
mengatakan bahwa kita adalah teman-Nya jika kita taat kepada-Nya 
(Yohanes 15:14).

Contoh Persahabatan dalam Alkitab

Persahabatan Daud dan Yonatan mungkin adalah persahabatan yang paling 
dikenal dalam sejarah manusia (1 Samuel 18:1-4). Mengapa kedua orang 
ini tertarik satu sama lain? Pengamatan sepintas mungkin akan 
mengatakan bahwa mereka tidak cocok atau tidak mungkin bersahabat. 
Yonatan lebih tua dari Daud. Dia adalah anak dari seorang raja, 
sedangkan Daud adalah anak seorang gembala miskin. Yonatan adalah 
seorang prajurit perkasa, sementara Daud seorang pemuda yang belum 
berpengalaman.

Namun, keduanya -- dan tentunya semua orang -- dapat membangun 
persahabatan karena bahan-bahan penting yang terdapat di dalam diri 
mereka untuk memiliki persahabatan yang abadi.

Pertama, Daud dan Yonatan menjadi sahabat karena mereka memiliki iman 
yang sama. Kedua laki-laki itu memiliki iman kepada Allah yang 
Mahakuasa (1 Samuel 14:6, 17:39). Yonatan menjadi pejuang di Mikhmas 
sendirian, dan Daud membunuh Goliat karena keduanya yakin bahwa 
pertempuran adalah milik Allah.

Kedua, persahabatan mereka terbentuk karena keduanya memiliki 
keberanian yang luar biasa (1 Samuel 14:7-13, 17:32-37). Tidak 
diragukan bahwa Yonatan melihat banyak hal yang ia tahu benar di dalam 
diri Daud, hal-hal berkualitas yang jarang dimiliki oleh manusia. 
Yonatan mengetahui bahwa Daud adalah orang yang dapat ia percaya, dan 
kepada siapa ia dapat mengandalkan diri di masa-masa sulit (Amsal 
25:19).

Akhirnya, dan mungkin yang paling penting, persahabatan tersebut 
dibangun di atas sebuah kekaguman akan kebijaksanaan masing-masing, 
yang saling dirasakan satu sama lain (1 Samuel 14:28-31, 17:38-39). 
Agar persahabatan dapat lebih berkembang, masing-masing pribadi harus 
membawa sesuatu yang dapat memperkuat yang lain ke dalam hubungan 
persahabatan (Amsal 27:6,17). Persahabatan dibuat untuk perbaikan 
diri, penghiburan, dan pencapaian. Jarang sekali orang menjalin 
persahabatan tanpa saling memperhatikan kualitas mengagumkan, baik 
dari diri mereka sendiri maupun yang ingin mereka miliki.

Apa yang Dilakukan dalam Persahabatan?

Teman saling membantu (Amsal 17:17, 27:10). Seluruh rancangan 
persahabatan dibangun untuk menghindarkan diri dari kesendirian pada 
masa-masa sulit, pencobaan, dan bencana (Pengkhotbah 4:9-12). Orang 
yang memiliki seorang teman, sama seperti kabel yang memiliki 3 
lilitan.

Teman berbagi segalanya. Ketika Yesus mengatakan perumpamaan tentang 
domba yang hilang dan dirham yang hilang, Ia mengungkapkan kebenaran 
mendasar mengenai persahabatan (Lukas 15:6,9; Roma 12:15). Yesus 
menggambarkan kebenaran ini ketika ia menyuruh Petrus untuk membayar 
pajak Bait Allah (Matius 17:27). Teman berbagi suka dan duka, 
keuntungan dan kerugian. Apa yang saya dapatkan dari menjadi seorang 
teman adalah seseorang "yang akan memberikan kemejanya sendiri" dan 
"uang terakhir di sakunya".

Teman bersifat setia. Mereka tidak membuka rahasia (Amsal 11:13). 
Mereka tetap bersama dengan Anda di saat "hujan atau cerah", atau pada 
masa-masa baik dan buruk (Amsal 17:17). Ada sebuah kutipan terkenal 
dari James Bowie, pahlawan Alamo. Bowie mengeluh kerena teman-temannya 
meninggalkannya setelah kesalahan mengerikan akibat penghakiman dari 
dirinya. Karena terkejut atas keluhan Bowie, temannya berkata, "Nah, 
Anda tahu kalau Andalah yang bersalah." Bowie menjawabnya, "Benar, 
tetapi justru saat itulah saya sangat membutuhkan mereka!"

Persahabatan menawarkan penghiburan. Ayub menyesalkan kenyataan ketika 
teman-temannya datang untuk membantunya pada saat bencana, ternyata 
mulai menuduhnya berdosa, dibanding menghiburnya (Ayub 6:14-15). 
Mereka adalah "penghibur yang menyedihkan" karena mereka tidak 
memberikan penghiburan dan tidak menunjukkan belas kasihan (Ayub 
16:2,20, 19:19). 
Ayub menanggung kegagalan hubungannya, seperti yang terjadi pada Daud (Mazmur 38:11) 
dan bahkan, pada Tuhan kita (Matius 
26:56). 
Dari Yesus, kita belajar mengenai arti sahabat sejati (Yohanes 
15:13). 
Sementara yang lain mungkin meninggalkan kita, kita selalu 
memiliki teman di dalam Yesus (Ibrani 13:5-6). Yesus belajar mengenai 
hal tersebut dari Bapa-Nya (Yohanes 16:32). Persahabatan dimaksudkan 
untuk menuntun dan membawa kita keluar dari jurang keputusasaan dan 
kesepian (Amsal 27:17).

Teman memberikan nasihat. Nasihat sering kali bernilai sama dengan 
harga yang harus Anda terima dan tampaknya, semua orang memiliki 
nasihat untuk diberikan. Jadi, seseorang membutuhkan teman-teman yang 
baik sebagai sumber nasihat yang dapat dipercaya, yang dapat ia 
andalkan (Amsal 27:9). Nasihat yang baik dari seorang teman dapat 
membuat seluruh perbedaan dalam kehidupan (Amsal 27:19). Nilai dari 
nasihat seperti itu adalah bahwa ia akan bersifat jujur dalam 
mengkritik, dan bertujuan demi kebaikan kita (Amsal 27:6, 17:9). Dan, 
seorang sahabat sejati tidak akan pernah menasihati kita untuk 
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan iman (Ulangan 13:6-9).

Mengajarkan Persahabatan

Mungkin, salah satu keterampilan terbesar yang akan kita berikan 
kepada anak-anak kita adalah membangun persahabatan. Untuk memulai, 
kita harus mengajarkan kepada anak kita tentang cara-cara untuk 
menjadi seorang teman (Amsal 18:24). Ini melibatkan dukungan kita 
terhadap dirinya, agar ia dapat mengembangkan atribut-atribut dari 
karakter yang akan membuatnya layak menjadi sahabat bagi orang lain 
(Mazmur 35:14). Sebagai orang tua, Anda harus memimpin anak-anak Anda 
untuk dapat dipercaya, baik, setia, berani, pria dan wanita yang 
memiliki iman dan kasih.

Anda harus memberikan pemahaman kepada mereka tentang perbedaan antara 
persahabatan dan kronisme (Amsal 6:1-2, 19:4, 6-7; Lukas 6:27-38). 
Selalu ada orang yang akan berpura-pura menjadi sahabat untuk 
memanfaatkan Anda (Amsal 6:3, 14:20). Di masa muda, kita sering kali 
bingung dalam membedakan antara popularitas dan persahabatan. Kita 
salah mengaitkan hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan dan 
persahabatan. Menjadi pusat perhatian dan diterima oleh semua pihak 
tidak selalu berarti bahwa seseorang memiliki banyak teman.

Pelajaran hidup penting lainnya yang perlu kita berikan kepada anak-
anak kita adalah untuk mengontrol lidah, suatu kekurangan yang sering 
kali berdampak negatif terhadap persahabatan (Amsal 16:28, 17:9). 
Mereka harus belajar untuk tidak bergosip, melainkan untuk selalu 
memberi semangat dan menjadi bijaksana (Mazmur 141:3; Amsal 22:11).

Akhirnya, teladankan perilaku tersebut di hadapan anak-anak Anda 
sendiri (1 Timotius 4:12). Biarkan mereka melihat, melalui sikap Anda, 
bagaimana perilaku seorang teman. Maka, mereka pun akan siap untuk 
berteman (Amsal 27:10). (t/N.Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Bible Class Books
Alamat URL: http://www.bibleclassbooks.com/teaching-values/friendship.html
Judul asli artikel: Teaching Values: Friendship
Penulis artikel: Jeff Asher
Tanggal akses: 3 Juni 2014


 BAHAN MENGAJAR: HANA MENDAPATKAN TEMAN YANG TEPAT UNTUK SAMUEL

Khotbah anak-anak ini didasarkan pada 1 Samuel 1-2.

Bahan:
1. Lilin mainan, satu gumpal berukuran kepalan tangan untuk setiap anak.
2. Cangkir (lebih baik yang tanpa pegangan).
3. Satu botol air.

Penyampaian: 
Apakah orang tuamu pernah mengajarkan kepadamu bahwa 
cita-citamu berkaitan dengan apa yang berhubungan dengan kamu? Ibu 
Samuel ingin dia menjadi seorang nabi yang besar. Pada saat itu, belum 
ada banyak cita-cita di Israel. Namun, ia menginginkan anaknya menjadi 
besar. Maka, ia membawa Samuel untuk tinggal bersama imam.

Memang, zaman sekarang, orang tua tidak melakukan itu. Mereka ingin 
anak-anak mereka bermain dengan anak-anak lain. Namun, beberapa orang 
tua ingin anak-anak mereka masuk sekolah swasta yang kecil, atau 
sekolah Kristen, dan beberapa orang tua ingin anak-anak mereka 
bersekolah di rumah. Mereka ingin anak-anak mereka memiliki teman-
teman yang tidak bersekolah. Dalam hampir semua kasus ini, ide yang 
mendorong orang tua adalah bahwa anak-anak akan menjadi apa yang 
berhubungan dengan mereka.

[Berikan setiap anak gumpalan lilin mainan seukuran bola golf. Minta 
mereka untuk meremasnya, menggulung-gulungnya, dan membuat bentuk apa 
pun yang mereka mau. Ambil satu gumpalan untuk diri Anda sendiri.]

Lilin mainan ini adalah seperti kita ketika kita anak-anak. Kita 
lembut, atau yang kita sebut lunak. Lunak berarti sesuatu yang dapat 
dibentuk ke dalam berbagai macam bentuk.

Tangan kita adalah seperti orang yang berhubungan dengan kita. Mereka 
bisa membentuk kita dengan cara yang berbeda, bergantung pada bentuk 
mereka sendiri. Mari kita berpura-pura kamu bergaul dengan beberapa 
teman yang benar-benar kasar, teman-teman yang suka memaksa orang 
untuk melakukan hal-hal yang mungkin tidak ingin dilakukan.

[Remas lilin mainan di tangan Anda dan mintalah anak-anak melakukan 
hal yang sama.]

Apa yang terjadi dengan bentuk yang kamu buat? Akan menjadi tipis dan 
lemah karena beratnya semua tekanan itu, bukan? Apakah orang-orang 
kasar yang suka memaksa teman sebaya adalah teman terbaik untuk diajak 
bergaul? Tidak.

[Gulung adonan menjadi bola lagi dan mintalah mereka melakukan hal 
yang sama.]

Jadi, mari kita anggap teman-temanmu ramah, tetapi belum tentu baik. 
Ingat pelajaran kita tentang perbedaan antara ramah dan baik? Bahkan, 
para penjahat di penjara berpikir bahwa teman-teman mereka ramah, 
bukan? Dan, orang-orang ramah ini sama sekali tidak peduli untuk 
menjadi baik. Mereka lucu dan mungkin menyenangkan, tetapi mereka 
tidak peduli dengan Tuhan atau Yesus atau hidup yang benar. Mereka 
memiliki kepribadian yang besar, tetapi di balik kumpulan kecil itu, 
mereka sama sekali tidak peduli. Mereka adalah orang-orang yang 
bermoral lemah.

[Berpura-puralah tangan Anda sangat lemah, dan hampir tidak bisa 
menekan/membentuk bola lilin. Ajak mereka untuk melakukan hal yang 
sama.]

Teman-teman kita yang paling dekat seharusnya menginginkan hal yang 
sama bagi kita, seperti yang Tuhan inginkan untuk kita. Mereka 
seharusnya mengasihi kita dengan cara yang lembut, tetapi tegas.

[Genggam tangan Anda untuk membentuk lilin mainan agar menjadi padat 
sehingga membentuk silinder, tetapi tidak meremas bagian atas atau 
bawahnya. Ajak mereka untuk melakukan hal yang sama.]

Teman ingin agar kita berpikir baik-baik. Seperti Tuhan, mereka ingin 
kita memiliki kedalaman karakter, dan mereka akan mendorong kita untuk 
berpikir sebelum bertindak, mempertimbangkan konsekuensi dari 
perbuatan buruk dan manfaat dari perbuatan yang baik.

[Tempelkan ibu jari Anda ke dalam lilin mainan sehingga terbentuk 
rongga. Ajak mereka untuk melakukan hal yang sama.]

[Hasil akhir harus berupa sesuatu yang menyerupai cangkir tanpa 
pegangan.]

Teman-teman akan membantu kita untuk membentuk diri kita di jalan yang 
Tuhan mau sehingga suatu hari nanti, kita bisa menghasilkan buah dari 
roh yang ada di dalam diri kita.

[Minta setiap anak meletakkan cangkir mereka di atas meja di depan 
mereka setelah dibentuk seperti milik Anda. Ambil cangkir sungguhan. 
Jika Anda memiliki cangkir tanpa pegangan, itu lebih baik. Tunjukkan 
supaya terlihat oleh semua anak.]

Karena apa yang terjadi adalah sebagaimana tahun-tahun berjalan ke 
depan, kamu mulai mengeras, seperti tanah liat. Adalah hal yang baik 
jika kamu adalah sebuah bentuk yang tepat. Jika kamu panjang, kurus, 
dan lemah, atau jika kamu gemuk, bulat, dan tidak memiliki kedalaman, 
kamu tidak akan dapat menampung sesuatu yang penting untuk Tuhan.

Kamu sedang dibentuk sepanjang masa kanak-kanakmu, seperti Samuel 
sedang dibentuk oleh para imam dan nabi yang bergaul dengannya.

Kamu ingin mengasihi semua orang, tetapi kamu ingin berhati-hati 
dengan mereka yang akan membantu membentukmu, dan semua orang yang 
bergaul denganmu akan menjadi bagian dari tangan itu. Ketika tanah 
liatmu mengeras, kamu ingin menjadi seperti cangkir tadi.

[Tunjukkan cangkirnya lagi. Ambil botol air dan tuangkan ke dalam cangkir.]

Jika kamu tidak memiliki kedalaman apa pun, kamu tidak akan bisa 
menampung buah roh. Galatia 5:22 menggambarkan buah roh yaitu ....

[Tuangkan sedikit air lagi ke dalam cangkir ketika setiap buah 
disebutkan: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, 
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.]

Raja Daud menggambarkan sukacita dengan piala yang penuh berlimpah.

[Isi cangkir sampai penuh dan biarkan beberapa tetes tumpah.]

Semuanya dimulai dengan siapa orang yang kamu perbolehkan membentukmu 
dan memengaruhimu sekarang. Mari kita bertekad untuk memilih teman-
teman terbaik kita dengan bijak hari ini, dan untuk tidak membiarkan 
orang-orang membentuk kita dengan keisengan, tekanan teman sebaya, 
atau rasa takut sehingga akhirnya kita akan mampu menampung banyak roh 
dari Tuhan. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Christianity Cove
Alamat URL: http://www.christianitycove.com/childrens-sermons-series-choosing-friends/4166/
Judul artikel asli: Choosing The Right Kind Of Friends
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 3 Juni 2014


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org