Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/85

e-BinaAnak edisi 85 (23-7-2002)

Hari Anak Nasional 2002

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                        Edisi 085/Juli/2002
-----------
  o/ SALAM DARI REDAKSI
  o/ ARTIKEL (1)          : Mulailah dengan Mendengar Pendapat Anak
  o/ ARTIKEL (2)          : Mereka Tidak Bisa Dikarbit
  o/ ARTIKEL (3)          : Hakikat Bermain bagi Anak
  o/ TIPS                 : Mendedikasikan Anak kepada Tuhan
  o/ SERBA-SERBI          : Apa Kata Mereka tentang Anak-anak
  o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Terima kasih untuk berita STOP PRESS-nya

**********************************************************************
  Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam sejahtera,

  Dalam rangka memperingati "Hari Anak Nasional 2002" e-BinaAnak kali
  ini menyajikan wacana-wacana khusus seputar anak secara umum.

  Membicarakan masalah anak memang tidak akan ada habis-habisnya.
  Berbagai simposium, diskusi, dan acara-acara lainnya diadakan,
  khusus untuk membicarakan mengenai anak dan permasalahannya.
  Berbagai judul buku yang berisi hal-hal seputar dunia anak pun
  ditulis oleh para ahli psikolog anak maupun para pakar yang terjun
  dalam dunia anak. Semua itu membuktikan betapa pentingnya seorang
  anak dalam kehidupan ini. Peringatan Hari Anak Nasional pun diadakan
  untuk mengingatkan kepada semua rakyat Indonesia bahwa anak yang ada
  di sekeliling kita merupakan harta yang sangat berharga yang akan
  menjadi penerus generasi kita yang akan datang.

  Semua sajian e-BinaAnak kali ini kami harap dapat memberikan
  secercah pengetahuan bagi kita semua (orangtua, guru dan pelayan
  anak) bagaimana memberikan perhatian kepada anak dan bagaimana
  menciptakan suasana yang kondusif bagi mereka untuk bertumbuh
  menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.

  Selamat Hari Anak Nasional!

  Tim Redaksi

          "Aku berkata kepadamu:
                  Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut
                  Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil,
                  ia tidak akan masuk ke dalamnya.""
                                               (Markus 10:15)
           < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Markus+10:15 >


**********************************************************************
o/ ARTIKEL (1)

               MULAILAH DENGAN MENDENGAR PENDAPAT ANAK
               =======================================

  Dalam masa tumbuh kembang anak, ada hal yang sangat ditunggu bagi
  orangtua yakni mendengar bayinya bersuara, tetapi ketika anak
  kemudian tumbuh dan berkembang serta sudah lancar berbicara, kadang
  orangtua mengabaikan apa pendapat anak atau apa yang diinginkan
  anak. Mendengar pendapat anak dan menyejajarkannya dengan pendapat
  orang dewasa, hingga kini belum banyak dilakukan orang dewasa dan
  tentu saja menjadi pekerjaan rumah (PR) besar buat kita.

  BATASAN USIA ANAK
  -----------------
  Hingga saat ini masih terjadi perbedaan kategori batasan usia anak.
  Padahal, batasan usia anak akan sangat menentukan siapa yang berhak
  untuk diberi perlindungan. Dalam produk perundangan negara kita,
  batasan usia anak sangat bervariasi. Sebagai contoh batasan usia
  anak/orang dalam hal politik (menggunakan hak pilih pada saat
  Pemilu) akan berbeda dengan batasan usia perkawinan, yang juga
  berbeda dengan batasan usia anak dalam ketenagakerjaan. Perbedaan
  batasan usia tersebut tentu saja sangat membingungkan dan kurang
  memberi ketegasan terhadap batasan usia anak secara umum.

  Sebenarnya batasan usia anak telah secara jelas diakui internasional
  yakni dengan acuan Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of
  the Children atau CRC), yang telah diratifikasi oleh Indonesia
  melalui Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990. Disebutkan dalam CRC
  bahwa anak adalah setiap yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali
  berdasarkan undang-undang (UU) yang berlaku, ketentuan usia dewasa
  anak bisa dicapai lebih awal. Dengan demikian apabila suatu negara
  menetapkan batas usia anak berbeda dalam setiap undang-undang yang
  ditetapkan dalam wilayah negaranya maka tidak bertentangan dengan
  CRC.

  MAMPU BERPENDAPAT
  -----------------
  Terkait dengan hak berpendapat meskipun sederhana tetapi masih
  jarang dilakukan, karena adanya anggapan bahwa anak dipandang belum
  memberikan aspirasi mengenai dirinya karena kesulitan bahasa dan
  komunikasi secara verbal. Jika kita lebih cermati sebenarnya anak
  mempunyai bahasa tersendiri untuk mengungkapkan pendapatnya seperti
  bahasa tubuh, bahasa gambar, atau bahasa-bahasa lain yang kadang
  kurang kita (sebagai orang dewasa) pahami.

  Satu konsorsium di sebuah kota di Jawa Tengah mengadakan forum
  diskusi bagi anak yang diselenggarakan dalam rangka Hari Anak
  Nasional. Dalam kegiatan tersebut terkumpul kurang lebih 70 anak
  yang diberikan kebebasan untuk beraspirasi dengan menggambar,
  bercerita mengenai hal-hal yang paling disayangi, dan paling
  dibenci. Hasilnya sangat menakjubkan, ternyata anak mampu
  beraspirasi mengenai pengalaman hidupnya, mengenai keinginannya yang
  sederhana dan mengenai kondisi lingkungan di sekitarnya.

  Dengan cara tersebut kita menjadi seperti anak-anak dan menyadari
  bahwa lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh pada
  pertumbuhannya dan bahwa anak sangat rentan menjadi korban
  kekerasan. Beberapa bentuk kekerasan yang muncul pada anak misalnya
  yang harus hidup di jalan sebagai anak jalanan, anak yang harus
  bekerja, menjadi korban kekerasan seksual dan terbelenggu karena
  tanggung jawab keluarga yang dibebankan kepada mereka.

  Dari kenyataan itu tidak ada alasan tidak, bahwa kita harus
  mendengar pendapat anak dan memberi kesempatan anak untuk
  beraspirasi. Menjadikan anak sebagai subyek bukan obyek, adalah
  catatan penting yang harus kita lakukan. Dengan menganggap anak
  sebagai subyek, kita akan mampu mendengar pendapat anak yang
  disejajarkan dengan pendapat orang dewasa.

  Didengarnya suara anak dalam setiap pengambilan keputusan, termasuk
  kebijakan pemerintah adalah hal yang menarik untuk dikaji. Secara
  langsung atau tak langsung setiap kebijakan yang diambil pemerintah
  juga berimbas pada anak. Misalnya kebijakan tata kota. Jika tata
  ruang kota tidak mempunyai perspektif pada anak, maka akan semakin
  sempitlah ruang bermain anak.

  Pola pembangunan yang mengabaikan kepentingan anak, salah satunya
  dengan tidak menyediakan "public space" (ruang publik) yang mudah
  diakses oleh anak-anak. Kepentingan penyediaan "public space"
  sebenarnya sebagai media untuk anak. Dengan demikian anak dididik
  untuk belajar berinteraksi dengan orang lain dan kenal terhadap
  lingkungannya. Jika kemudian tempat-tempat bermain anak tidak ada,
  akan sangat berpengaruh terhadap masa tumbuh kembang anak.

  Jika kita menjelajahi wilayah di kota kita masing-masing, sering
  kita bertemu banyak anak yang terpaksa bermain layang-layang di
  jalan yang tentu akan membahayakan jiwa mereka. Kemudian sempat juga
  kita temui segerombolan anak yang bermain bola di lahan- lahan
  parkir. Sebenarnya ada tempat-tempat publik/bermain lainnya, seperti
  play station, taman hiburan, kebun binatang, dan lain-lain. Namun
  itu semua sarat dengan kepentingan bisnis daripada kepentingan
  pendidikan bagi anak-anak. Dan mesti diingat pula bahwa ruang-ruang
  itu ternyata hanya bisa diakses oleh anak yang cukup mampu secara
  ekonomi.

  Kenyataan itu seharusnya membuka kesadaran bagi pengambil kebijakan
  di pemerintah kota, bahwa setiap pembuatan keputusan haruslah
  mempunyai perspektif yang jelas untuk anak. Terlebih lagi untuk
  kebijakan yang terkait dengan masalah anak haruslah mengikutsertakan
  anak. Sejauh ini dinilai bahwa pembangunan kota kurang bersahabat
  dengan anak, seperti pengaturan transportasi bagi kepentingan anak-
  anak. Seharusnya Pemerintah Kota mampu menyediakan bus-bus sekolah
  yang dikhususkan beroperasi pada jam-jam sekolah sehingga anak-anak
  tidak perlu berdesak-desakan atau bergelantungan di pintu bus umum
  yang dipastikan berbahaya untuk mereka. Atau, Pemerintah Kota perlu
  membangun tempat-tempat yang "accesible" untuk anak-anak "disabled"
  (anak- anak penyandang cacat) sehingga mereka mampu mengakses tempat-
  tempat tertentu, terutama tempat-tempat umum seperti tempat bermain.

  Hak berpendapat anak merupakan satu-satunya hak dari sepuluh hak
  anak yang telah diakui secara internasional dalam CRC, sembilan hak
  anak yang lain adalah hak mendapat informasi, hak bermain, hak
  berkumpul, hak mendapat pendidikan, hak beristirahat, hak memiliki
  identitas, hak dilindungi keluarga, hak untuk sehat, dan hak
  terpenuhi kebutuhan dasarnya.

  TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
  -------------------------

  Dalam CRC yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia,
  sebenarnya merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memberikan hak
  berpendapat bagi anak. Dalam CRC, hak berpendapat anak tertuang
  dalam Pasal 12 ayat 1, disebutkan, "Negara-negara peserta akan
  menjamin anak-anak yang mampu membentuk pandangannya sendiri bahwa
  mereka mempunyai hak untuk menyatakan pandangan-pandangan secara
  bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak dipertimbangkan sesuai
  dengan usia dan kematangan anak."

  Dengan mempertimbangkan masa tumbuh anak tentu hak berpendapat tidak
  hanya dimaknai pada saat anak berbicara secara verbal, karena hak
  berpendapat ini mencakup kebebasan yang terlepas dari pembatasan
  untuk meminta, menerima, dan memberi informasi serta gagasan dalam
  segala jenis, baik lisan, tulisan, atau cetakan, dalam bentuk seni
  ataupun media yang lain.

  Sifat hak asasi anak yang universal memberikan arti bahwa hak ini
  dilekatkan pada anak tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, warna
  kulit, kelamin, bahasa, pandangan, politik dan lain-lain, asal-usul
  bangsa, harta kekayaan, cacat, kelahiran, atau status lain dari anak
  atau orangtua.

  Mendengar suara anak dan mengikutsertakan anak dalam rencana
  kebijakan kota terutama yang terkait dengan anak tentu menjadi
  bagian dari kewajiban pemerintah untuk turut menghargai hak asasi
  anak. Untuk mendengar suara anak, pemerintah bisa memfasilitasi
  terbentuknya forum-forum anak. Karena, dalam penyelenggaraan forum
  anak, banyak hal yang bisa digali dari anak seperti apa yang terjadi
  pada anak termasuk kekerasan yang menimpanya dan apa yang menjadi
  keinginan anak.

  Sebagaimana terungkap dalam CRC Pasal 12 ayat 2, mendengar pendapat
  anak dapat dilakukan baik secara langsung ataupun tak langsung
  melalui perwakilan atau suatu badan yang tepat. Jadi, memulai dengan
  mendengar pendapat anak kita termasuk anak sebagai generasi penerus
  akan semakin dididik untuk menghargai perbedaan dalam berpendapat
  dan menjadi pilar untuk membangun negara Indonesia yang lebih
  demokratis.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Surat Kabar: SOLOPOS
  Edisi            : Selasa, 23 Juli 2002
  Penulis          : Haryani Saptaningtyas
                     Ketua Divisi Penelitian Social Analysis and
                     Research Institute (SARI)
  Halaman          : 4


********************************************************************
o/ ARTIKEL (2)

                       MEREKA TIDAK BISA DIKARBIT
                       ==========================

  Tidak seorang pun meragukan pentingnya prestasi intelektual dalam
  diri seorang anak. Namun prestasi intelektual itu jangan sampai
  melemahkan keyakinan kita bahwa anak akan mencapai hasil yang
  sebaik-baiknya kalau mereka diberi kesempatan berkembang sesuai
  dengan langkah yang ditentukan alam bagi mereka. Soalnya, kalau
  perkembangan intelektual mereka diburu-buru dan didesak-desak,
  hasilnya justru akan kurang dibandingkan dengan jika mereka
  dibiarkan berkembang dengan wajar.

  Berikut tiga kasus yang sering dijumpai para psikolog yang bisa
  dipetik sebagai pelajaran.

  1. Nani, siswa kelas I SD yang kepandaiannya sedang, dipaksa-paksa
     oleh orangtuanya untuk belajar komputer. Soalnya orangtuanya
     pernah membaca bahwa kebanyakan anak perempuan kalah dari anak
     laki-laki dalam pelajaran matematika. Padahal mereka ingin Nani
     kelak bisa masuk universitas terbaik.

  2. Boby, anak kelas V SD yang kecerdasannya di atas rata-rata,
     ternyata mundur sekali prestasinya. Ia selalu lelah dan tegang,
     karena selain harus membuat PR dan belajar di sekolah, ia juga
     harus pergi ke perpustakaan, belajar piano, dan latihan renang.
     "Kami ingin agar ia jangan ketinggalan dalam semua bidang," kata
     ayahnya, yang tidak mau membuka mata betapa anaknya merasa
     tertekan dan frustasi.

  3. Dina, murid SMU. Gurunya pernah menyebutnya sebagai calon genius.
     Hal itu dianggap ayahnya sebagai isyarat untuk memaksa pelbagai
     pihak agar membolehkan Dina lompat kelas. Maksudnya, agar Dina
     bisa masuk universitas setahun lebih awal dari usia normal. Dina
     tampak bingung dan kehilangan harapan untuk berhasil, tapi
     orangtuanya tak kenal kompromi. Ia diharuskan meninggalkan
     minatnya untuk menari, meninggalkan teman-temannya dan juga
     pacarnya, yang menurut orang- tuanya hanya "hanya membuang-buang
     waktunya" saja.

  Ketiga kasus seperti itu tidak jarang kita jumpai. Banyak anak
  menjadi korban dari kecenderungan yang keliru, yaitu menghapuskan
  masa kanak-kanak secepatnya dan menggantikannya dengan kedewasaan.
  Masalahnya banyak orangtua beranggapan supaya anak nantinya bisa
  survive, bisa bertahan di masa yang akan datang yang penuh
  tantangan, sehingga mereka harus secepatnya menjadi dewasa.

  Anak yang diburu-buru seperti itu bukan cuma kehilangan
  kesejahteraan jiwanya, tetapi juga kehilangan kemampuannya untuk
  menangani stres. Di lain pihak ada orangtua yang tidak mau kalah
  dari orangtua lain, bertekad membesarkan generasi "bayi super"
  berupa genius-genius muda yang kekuatan otaknya didorong sampai
  batas maksimal mulai saat meninggalkan rahim. Bayi-bayi bukan diajak
  bermain dengan gembira, melainkan dicekoki dengan hal-hal yang
  dianggap "bekal masuk universitas". Anak belum berumur 4 tahun pun
  dijejali daftar kata-kata, karena "tahun depan akan dimasukkan ke TK
  elite".

  Bahkan masa liburan pun kini sering tidak bisa dimanfaatkan untuk
  bersenang-senang dan mengkhayal lagi oleh anak-anak. Sebaliknya,
  mereka disuruh les macam-macam.

  Memang betul bahwa bayi pun lebih mampu menerima pelajaran daripada
  yang kita bayangkan. Namun mencoba memajukan kemampuan intelektual
  seorang anak prematur sama saja dengan mengacaukan jadwal biologis
  perkembangan manusia yang sudah built-in. Perkembangan kemampuan
  seorang anak bergantung pada perkembangan otak dan sistem sarafnya.
  Langkah kemajuan anak yang satu bisa beda sekali dari anak yang
  lain. Dengan memaksa anak menyamakan derapnya dengan anak yang lebih
  cepat melangkah, kita hanya akan membuat si anak bingung dan
  frustasi.

  Psikolog David Elkind, dalam bukunya "The Hurried Child", melaporkan
  sekarang banyak anak yang mendapatkan perawatan psikologis, karena
  dipaksa belajar macam-macam pada saat masih kecil sekali. Menurut
  Elkind, anak-anak itu diciutkan masa kanak-kanaknya. Stres yang
  mereka alami sering muncul dalam bentuk gejala-gejala fisik, seperti
  anak umur 4 tahun yang tadinya selalu sehat, kini sering sakit
  kepala.

  Anak-anak membutuhkan kesempatan di samping belajar, untuk berangan-
  angan di samping melakukan sesuatu. Kenyataannya anak-anak yang
  mengalami masa kanak-kanak yang utuh biasanya lebih berhasil sebagai
  orang dewasa. Bagaimanapun, buah yang matang di pohon tetap lebih
  enak daripada buah karbitan. Makanya, Roussseau pun berpesan,
  "Biarlah masa kanak-kanak matang sendiri."

  Sumber:
  Judul Buku: Kumpulan Artikel Intisari Psikologi Anak
  Penerbit  : Majalah Intisari, 1996
  Halaman   : 178 - 179


********************************************************************
o/ ARTIKEL (3)

                      HAKIKAT BERMAIN BAGI ANAK
                      =========================

  Bermain bagi seorang anak, menurut Guru Besar Psikologi Universitas
  Indonesia Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, tidak tergantung pada
  mahal-murahnya permainan atau alat permainan yang digunakan.
  "Karena bermain adalah kebutuhan. Dengan bermain anak-anak bisa
  mengembangkan semua potensi di dalam dirinya, moral, sosial, emosi,
  ekspresi, dan sebagainya," katanya.

  Pendapat senada juga diungkapkan Dra. Yanti B. Suganda, sarjana
  psikologi UI yang mengasuh sebuah rubrik mengenai keluarga di sebuah
  radio swasta Jakarta. Menurut dia, bermain yang murni adalah
  membiarkan anak bersenang-senang tanpa harus menjadi pintar, atau
  harus ada pelajaran tertentu di dalam permainan itu. "Bermain adalah
  memberi anak kesempatan untuk tertawa dan bercanda bebas. Salah satu
  fungsi permainan adalah anak bisa menyalurkan energinya," katanya.

  Untuk mendapatkan itu semua, seorang anak tidak harus mempunyai
  alat-alat bermain yang harus dibeli dan berharga mahal. Bermain
  petak umpet yang tidak memerlukan alat bermain khusus, diungkapkan
  Yanti, merupakan salah satu bentuk permainan anak yang bisa
  menjadikan anak aktif, mampu bersosialisasi, mampu berkompetisi dan
  bisa mengembangkan emosinya secara wajar. Utami menambahkan, bahkan
  dengan kulit jeruk Bali, anak bisa berkreasi membuat berbagai alat
  permainan seperti mobil-mobilan atau pesawat terbang.

  Berbeda dengan anak-anak di luar perkotaan, kedua sarjana psikologi
  yang banyak menggeluti masalah anak itu berpendapat, anak-anak
  perkotaan saat ini cenderung diberikan alat-alat bermain yang lebih
  mewah. Padahal alat-alat bermain yang mahal tersebut tidak semuanya
  mengandung sisi edukatif dan bisa menjadikan anak kreatif.

  Menurut Yanti, orangtua yang memiliki uang memang cenderung untuk
  membelikan saja anaknya mainan daripada susah-susah membuat suatu
  mainan. Hal ini tidak sepenuhnya buruk asalkan alat bermain yang
  dipilih anak bisa menjadikan anak kreatif, mampu bersosialisasi dan
  mengembangkan potensinya dengan baik. Di sisi lain, perlu terus
  dijaga agar alat bermain yang diberikan diperoleh si anak melalui
  upaya tertentu, misalnya juara kelas. "Dengan begitu anak menghargai
  mainan yang diberikan kepadanya." ujar Yanti.

  "Computer game" yang banyak dimainkan anak-anak perkotaan, menurut
  Utami dan Yanti banyak yang menyajikan agresivitas kepada anak,
  antara lain dalam bentuk permainan peperangan, "Orangtua harus
  berperan untuk menjelaskan inti permainan itu kepada anak, sehingga
  anak tidak mempersepsikan sendiri apa yang dilihatnya," ujar Yanti.

  Oleh karena itu, menurut Utami, memperkenalkan anak pada bagaimana
  memanfaatkan barang-barang yang ada di alam sekitarnya adalah hal
  yang paling penting untuk diberikan kepada setiap anak. "Yang
  penting adalah kesadaran orangtua bahwa bahan-bahan alam dapat
  dipakai untuk alat bermain anak, dan memahami bagaimana memakainya,"
  jelasnya. (oki)

  Sumber:
  Judul Surat Kabar: KOMPAS
  Edisi            : Rabu, 28 Juli 1993


**********************************************************************
o/ TIPS

                    MENDEDIKASIKAN ANAK KEPADA TUHAN
                    ================================

  Susannah Wesley adalah ibu dari 19 anak, termasuk John Wesley dan
  Charles Wesley. Dia mendedikasikan semua anaknya kepada Tuhan, dan
  dia tidak menggunakan buku-buku akademis anak untuk menjaga
  kehidupan anak-anaknya. Berikut ini adalah "16 Peraturan" yang
  Susannah terapkan, lebih dari 200 tahun yang lalu, untuk menjaga
  agar 19 anaknya tetap hidup dalam kebenaran:

   1. Anak-anak tidak diperbolehkan makan di luar jam-jam makan.

   2. Anak-anak tidak diperbolehkan tidur lebih dari pukul 8 malam.

   3. Anak-anak harus dapat minum obat tanpa mengeluh.

   4. Mengurangi kehendak egois dari seorang anak dan karena itu perlu
      bekerjasama dengan Tuhan untuk menyelamatkan jiwa anak.

   5. Mengajari seorang anak berdoa begitu ia dapat berbicara.

   6. Melatih anak-anak untuk belajar tenang saat melakukan doa
      keluarga.

   7. Jangan memberikan sesuatu kepada anak yang dimintanya dengan
      menangis, tetapi berikan kepada mereka apa yang dimintanya
      dengan sopan.

   8. Agar anak tidak suka berbohong, jangan memberikan hukuman pada
      anak begitu dia mengakui kebohongannya dan menyesali
      perbuatannya.

   9. Jangan biarkan anak melakukan perbuatan dosa tanpa hukuman sama
      sekali.

  10. Jangan menghukum anak dua kali untuk satu kesalahan.

  11. Berikan pujian dan hadiah jika anak berkelakuan baik.

  12. Berikan pujian pada anak untuk usaha apapun yang ia lakukan
      untuk menyenangkan hati orang lain, meskipun usahanya tersebut
      kurang begitu baik.

  13. Menghargai hak milik pribadi bahkan untuk hal-hal yang sepele.

  14. Perhatikan dengan cermat setiap janji yang dibuat.

  15. Anak perempuan tidak diperbolehkan bekerja sebelum ia mampu
      membaca.

  16. Ajarkan anak untuk takut pada hukuman.

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Judul Buku: All the Children of the Bible
  Pengarang : Herbert Lockyes
  Penerbit  : Zondervan Publishing House, Grand Rapids, Michigan, 1970
  Halaman   : 49


**********************************************************************
o/ SERBA-SERBI

                   APAKAH KATA MEREKA TENTANG ANAK-ANAK
                   ====================================

  Ketika Tuhan melakukan sesuatu yang besar di dunia dengan
  memperbaiki yang salah, Ia melakukannya dengan cara yang tidak
  biasa. Ia tidak mengirimkan gempa bumi atau pun badai.

  Sebaliknya Ia memberikan seorang bayi yang tidak berdaya, dalam
  rumah yang sederhana dan dengan ibu yang bersahaja. Lalu Tuhan
  menaruh ide-ide pada hati si ibu dan si ibu menempatkannya pada
  pikiran si bayi.

  Lalu Tuhan menunggu.

  Kekuatan yang paling besar di dunia ini adalah bayi-bayi.

                                                         -E.T. Sulivan

  Tuhan yang Mahabaik, saya tidak meminta
  Agar Engkau memberikan karya-Mu yang agung,
  Sesuatu yang berharga, atau sesuatu yang ajaib.
  Berikan saya tangan kecil untuk saya dekap.
  Berikan saya anak kecil yang meminta ditunjukkan
  Melalui jalan yang aneh dan manis menuju Engkau.
  Berikan saya suara lemah untuk bangkit berdoa;
  Berikan saya dua mata bersinar yang Engkau dapat lihat.
  Satu-satunya mahkota yang saya minta untuk dikenakan, Tuhanku.
  Ialah agar saya dapat mengajar anak kecil ini.
  Saya tidak meminta agar saya dapat bertahan
  Sebagai yang bijaksana, yang berharga, ataupun yang besar,
  Anak itu dan saya boleh memasuki pintu gerbang.

                                           - Pengarang tidak diketahui


  Mereka adalah berhala di hati dan di rumah tangga;
    Mereka adalah malaikat Tuhan yang menyamar;
  Sinar mentari masih tidur di atas pepohonan,
    Kebesarannya masih bersinar di mata mereka;
  Pelarian dari rumah dan surga,
    Mereka membuat saya lebih manusiawi dan lembut;
  Dan saya tahu kini bagaimana Yesus menyamakan
    Kerajaan surga dengan seorang anak.

                                                  - Charles M. Dickson

  Sumber:
  Judul Buku: Tujuh Kebutuhan Anak
  Pengarang : John M. Drescher
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992
  Halaman   : 71, 117, dan 118


**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: meilania <meilania@>
  >Dear Staf Redaksi e-BinaAnak,
  >Terima kasih untuk berita STOP PRESS-nya, juga atas perhatian dan
  >dukungan doa rekan-rekan semua. Puji Tuhan kondisi saya sudah jauh
  >lebih baik saat ini dan sudah bisa kembali On-Line ;-) meski
  >mungkin masih belum bisa sesering dulu sewaktu anak saya masih
  >satu.
  >
  >Tuhan memberkati.
  >meilania.

  Redaksi:
  Bagi pembaca yang belum mengenal Ibu Meilania, ia adalah moderator
  Milis diskusi Guru Sekolah Minggu e-BinaGuru dan juga anggota staf
  Redaksi e-BinaAnak dan ia baru saja melahirkan seorang putri.

  Puji Tuhan karena Ibu Meilania sudah dapat kembali melayani :)
  Semoga Tuhan memberi kekuatan kepada Ibu dan anak kedua ini dapat
  menambah semangat Ibu dalam melayani Tuhan. Sekali lagi, selamat
  untuk kelahiran putrinya!


**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
**********************************************************************
                 Staf Redaksi: Oeni, Davida, Ratnasari
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
              Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                   Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org