Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/87 |
|
e-BinaAnak edisi 87 (7-8-2002)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 087/Agustus/2002 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Membina Rasa Percaya Diri o/ ARTIKEL (2) : Keyakinan Diri o/ TIPS MENGAJAR : Hal-hal Apa Saja yang Membangun Rasa Diterima? o/ BAHAN MENGAJAR : Mengajarkan Menerima Diri Sendiri yang Unik dan Istimewa o/ AKTIVITAS : Si Semut yang Kecil o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Minta Edisi Khusus Kelas Batita ********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam sejahtera, Selama bulan Agustus, e-BinaAnak akan membahas topik-topik khusus yang akan menolong kita, guru-guru SM, untuk mengenal anak-anak SM kita dengan lebih baik. Sebagai garis besar topik-topik yang akan kami bahas adalah: Minggu I : Rasa Percaya Diri Anak Minggu II : Cara Anak Berpikir Minggu III : Cara Anak Belajar Minggu IV : Cara Anak Berkomunikasi Untuk edisi Minggu pertama bulan Agustus ini, topik kita adalah "Rasa Percaya Diri Anak". Rasa percaya diri tidak dapat terbentuk begitu saja. Banyak faktor yang menentukan terbentuknya rasa percaya diri dalam seorang anak. Orangtua tentu saja memegang peranan penting dalam hal itu, tetapi kita juga harus akui bahwa guru SM pun turut berperan banyak dalam membentuk rasa percaya diri dalam diri seorang anak. Guru SM merupakan agen pendidikan yang dipercaya oleh Tuhan -- selain orangtua tentu saja -- untuk menanamkan dalam diri masing-masing anak Sekolah Minggu mereka bahwa mereka memiliki keistimewaan yang diberikan oleh Tuhan. Jika guru dapat menolong anak untuk menyadari kelebihan-kelebihan yang mereka miliki, sekaligus juga kekurangan-kekurangannya, maka mereka akan belajar mengenal dirinya lebih baik dan mereka akan dapat menerima diri dan menghargai diri dengan sehat. Yang harus diingat dalam menanamkan rasa percaya diri seorang anak ialah menerapkan "Percaya Kristus" dalam setiap langkah dan setiap tindakan yang akan dia lakukan. Rasa percaya diri dalam seorang anak hendaknya terbentuk dengan didasari "Identitas-Nya dalam Kristus", sehingga rasa percaya diri yang ada dalam seorang anak tidak menjadikan mereka manusia individualistis. Nah, sajian-sajian kami berikut ini akan menolong guru-guru untuk bisa belajar banyak lagi bagaimana mengenal anak dan bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Selamat membaca! Tim Redaksi "Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan." (Keluaran 18:20) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Keluaran+18:20 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL (1) MEMBINA RASA PERCAYA DIRI ========================= Sudah seyogyanya jika dalam diri anak ditanamkan satu kepercayaan pada kemampuannya untuk membuat suatu keputusan sendiri dan untuk melakukan pilihan sendiri. Di samping itu anak haruslah diberi kesempatan untuk menempuh sesuatu resiko. Dengan demikian si anak akan berkembang dengan baik. Anak pada umumnya dapat dengan mudah dipimpin dan diarahkan jika ia sendiri mempunyai kepercayaan terhadap orang-orang disekitarnya (keluarganya, gurunya, atau pun teman-temannya), dan jika orang- orang tersebut menunjukkan bahwa mereka menghormatinya dan menghargai kesanggupannya. Berdiri di atas kaki sendiri dapat diartikan sebagai keinginan untuk menguasai dan mengendalikan tindakan-tindakan sendiri, serta bebas dari pengendalian luar. Sebenarnya tujuan dari berdiri sendiri hanya bisa dicapai jika anak itu diberi banyak kesempatan untuk mencoba dan menjelajahi berbagai kesukaran dan resiko, namun tentunya masih dalam batas-batas tertentu. Guru yang bijaksana tidak akan terlalu banyak membantu atau melakukan sesuatu bagi murid-muridnya, selama sesuatu itu dapat dilakukan oleh anak itu sendiri. Suatu keseimbangan yang layak antara kebebasan pribadi pembatasan dalam kehidupan seorang anak adalah menjadi hakekat dari pendisiplinan dan merupakan suatu pertanda dari orangtua dan guru yang baik. Umumnya suatu kesukaran yang dihadapi dalam hal ini, bahwa orangtua maupun guru biasanya tidak menyadari kematangan atau kesediaan seorang anak untuk tingkat perkembangan berikutnya yang lebih tinggi. Sebagai suatu akibat, kita cenderung untuk menjadi terlalu lambat dalam memberi suatu kebebasan. Adalah sangat bijaksana apabila kita sebagai orangtua dan guru dapat bersifat realistik dalam menghadapi pengalaman baru yang akan dihadapi seorang anak. Seperti juga halnya yang dilakukan oleh seorang ayah dan seorang ibu yang sedang menunggu keberangkatan putrinya yang berusia sepuluh tahun, menuju ke sekolahnya. Perjalanan ini sebenarnya cukup jauh bagi seorang anak, namun dengan naik kendaraan umum, jarak yang dua puluh lima kilometer itu hanya ditempuh tidak lebih dari tiga puluh menit. Bagi anak tersebut, perjalanan ini adalah untuk pertama kalinya dilakukan seorang diri, namun dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri seperti orang yang sudah biasa bepergian, anak itu segera mencari tempat duduknya, duduk dengan tenang sambil membuka majalah anak-anak yang dibawanya. Secara resmi ia telah memulai perjalanannya sendiri. Seiring dengan pertambahan usia, rasa ingin tahu seorang anak, terhadap dunia sekelilingnya, akan semakin bertambah pula. Semua ini ditunjang oleh perkembangan ketrampilan dan perkembangan yang dialaminya. Perasaan ingin tahu akan mendorong seorang anak untuk melakukan penjelajahan terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya, walaupun terkadang penjelajahan ini menempuh suatu resiko yang amat berat. Dalam melakukan penjelajahan, si anak tentu berharap, agar ia memperoleh suatu hasil yang dapat memuaskan rasa ingin tahunya. Tetapi karena kemampuannya masih sangat terbatas, terkadang ia menjadi begitu kesal, karena tidak semua keinginannya dapat terlaksana. Keinginan anak melakukan sendiri hal-hal yang belum ia ketahui, sebenarnya merupakan awal dari keinginan untuk berdiri sendiri. Jadi perhatikanlah bila anak mencoba atau berusaha melakukan sesuatu. Bantulah ia bila perlu. Tetapi harus pula kita ingat, bahwa cara memberi bantuan yang paling baik adalah dengan membiarkan anak untuk berusaha sendiri. Perhatiannya terhadap sesuatu mungkin hilang atau timbul, akan tetapi bagaimana pun juga orangtua akan tetap merasa bangga bila sudah tiba saatnya seorang anak mampu melakukan sendiri, dan lebih lagi bila kemampuannya itu menjadi kebiasaannya setiap hari. Suatu cara pendekatan yang lebih layak ialah dengan memperbesar tingkat sifat berdiri sendiri anak-anak dengan bertahap, dengan secara tetap memberi anak-anak itu kebebasan serta ketidak- bergantungan yang lebih besar. Biarlah anak-anak untuk mengambil suatu keputusan, jika mereka itu dapat meramalkan atau memperhitungkan dan menaksir berbagai resiko yang mungkin timbul dari perbuatan akibat keputusan itu. Memberikan bantuan dengan petunjuk-petunjuk yang terlalu lengkap, tidak akan dapat mendukung perkembangan seorang anak. Seorang guru dapat lebih mempertebal percaya diri muridnya dengan memberinya semangat. Misalnya: "Ya, tinggal sedikit lagi, ayo coba terus!", "Wah, bagus sekali rumah-rumahannya", "Beben memang anak pintar!" Dengan contoh di atas, maksudnya anak dibiarkan berusaha sendiri sampai ia berhasil. Semua ini akan memperkuat rasa kepercayaannya pada dirinya sendiri. Rasa ingin tahunya juga tetap menyala-nyala, sehingga ia lebih bergairah lagi dalam mencari dan menemukan pengalaman-pengalaman baru. Dan jika seandainya dalam penjelajahan itu anak dihadang oleh berbagai masalah atau tantangan, ia tidak akan gentar ataupun takut, ia akan berusaha menghadapi dan mengatasinya dengan segala daya upaya. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Butir-butir Mutiara Rumah Tangga Pengarang : Alex Sobur Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987 Halaman : 250 - 252 ********************************************************************** o/ ARTIKEL (2) KEYAKINAN DIRI (SELF-CONFIDENCE) ================================ Kita harus dapat membangun murid-murid kita sehingga di dalam hidup mereka di dunia ini mereka mempunyai rasa percaya diri, yaitu keyakinan bisa melakukan sesuatu. Kemampuan harus disesuaikan dengan ambisi. Ketika kemampuan dan ambisi bisa diseimbangkan, anak didik kita akan sehat jiwanya. Jangan menuntut anak melampaui apa yang ia bisa kerjakan. Jika Saudara menuntut anak terlalu tinggi, akhirnya Saudara membunuh mereka secara tidak kelihatan. Di Singapore ada seorang anak laki yang sangat tampan berusia 17 tahun. Saya mengenal dia secara pribadi. Tetapi tiga hari setelah lulus SMA, anak ini gantung diri. Mengapa? Karena ayahnya menuntut dia harus lulus ranking pertama. Ketika lulus ia mendapatkan ranking ketiga. Ia ketakutan sekali karena ayahnya terlalu keras dan akhirnya dia bunuh diri. Buat apa menuntut seperti itu kalau pada akhirnya harus kehilangan segalanya? Dengan pendidikan yang salah kita bisa membunuh terlalu banyak pemuda-pemudi, membunuh anak-anak yang Tuhan serahkan di dalam rumah kita atau sekolah kita. Mungkin anak-anak yang paling kita benci justru adalah anak-anak yang kelak paling dipakai oleh Tuhan. Saya harap Saudara tidak bermain-main dengan hal ini. Sebuah buku pendidikan menceritakan tentang seorang anak yang nakal. Gurunya sudah mempersiapkan semua kesalahan anak ini dan pergi ke rumah orangtuanya untuk mengadukan kesalahan anaknya. Ketika ia pergi, ia mulai berubah perasaannya. Rumah anak ini ada di dalam sebuah gang yang kecil. Ketika mengetuk rumah yang kecil itu muncul seorang ibu tua, yang adalah ibu anak itu. Ketika ia duduk dan siap mengutarakan kesalahan anak itu, ibu itu mengatakan: "Kalau tidak ada anak itu, saya sudah mati. Anak itu begitu baik." Guru itu mulai bingung. Ibu itu menceritakan bahwa anak itu bersaudara 8 orang dan sudah tidak memiliki ayah. Sepulang sekolah, anak itu masih membantu ibunya membanting tulang mencari uang sampai larut malam. Ia seorang yang superaktif, tetapi hatinya baik sekali. Ia bukan hanya telah membantu keuangan seluruh keluarga, bahkan ia membantu mencuci dan menyetrika seluruh pakaian adik-adiknya. Akhirnya guru itu terharu, ia pulang dan bertobat. Terkadang kita melihat ada anak yang nakal dan kurang ajar kepada kita. Tetapi kita harus berpikir, apabila anak itu kurang ajar kepada kita, pasti ia memiliki alasannya sendiri, tetapi jangan karena ia tidak baik pada kita, kita memastikan ia adalah anak yang kurang ajar. Mungkin ada banyak kebaikannya yang tidak kita lihat. Saya merasa, banyak guru ketika mendidik, tujuannya bukan mau mendidik anak itu, tetapi cenderung untuk mau membereskan persoalan dirinya sendiri. Mungkin ia tidak memiliki pekerjaan, maka mencari pekerjaan sebagai guru. Pasti guru seperti itu tidak mengabdi dan mendidik. Ia hanya mau memperalat pendidikan untuk kepentingannya sendiri. Demikian juga banyak orang tua memukul anak, karena ia merasa terganggu oleh tingkah laku anak itu. Jadi pendidikan baginya adalah pelampiasan kemarahannya, bukan demi kebaikan yang dididik. Seorang yang dirinya penuh dengan masalah tidak akan dapat mendidik! Pendidikan seperti ini akan membunuh kepercayaan diri anak. Mari kita berubah dan bertobat, agar anak lebih yakin akan kemampuannya dan bisa bertumbuh. Dan juga, saya minta kepada para guru dan para orangtua, ketika murid-murid atau anak-anak kita sedang berprestasi atau melakukan hal-hal yang baik, segera pujilah dia. Jangan lupa, puji-pujian yang diberikan secara sepatutnya, merupakan hadiah yang paling besar bagi pendidikan dan akan merupakan kekuatan membangun yang sangat besar. Puji-pujian yang tidak sepatutnya akan menjadikan diri Saudara sendiri pura-pura dan mengakibatkan anak-anak menghina wibawa Saudara. Sebaliknya, ketika Saudara menegur, marah-marahlah dengan sungguh-sungguh dengan jujur, jangan marah pura-pura. Kemarahan yang sungguh-sungguh dan jujur, teguran yang betul-betul mau menjadikan mereka lebih baik dengan dasar cinta kasih, juga akan menjadi kuasa membangun yang menjadi cermin jelas yang dapat dilihat oleh anak. Manusia memang harus dipuji dan ditegur. Tetapi banyak guru atau orangtua yang terlalu royal menegur, tetapi pelit memuji. Ini kesalahan besar. Begitu anak salah sedikit, langsung disemprot habis- habisan, tetapi kalau baik didiamkan saja. Akibatnya, anak itu hanya akan selalu merasa bersalah. Jadi, kalau anak berbuat yang baik, hendaknya dipuji, karena pujian itu akan membentuk 'self-respect' dan mereka menjadi lebih percaya diri. Pujian jangan salah, jangan bohong, jangan berlebihan, jangan kurang, tetapi harus tepat pada tingkat, waktu dan tepat pada orangnya. Demikian pula pada waktu menegur harus tepat. Ketika kecil, setiap kali ibu saya mau memukul saya, ia bertanya kepada saya, berapa pukulan yang seimbang dengan kesalahan yang saya perbuat. Sebagai orang berdosa, saya selalu mulai dari satu. Tetapi ibu akan menegaskan bahwa kesalahan saya lebih besar dari itu. Maka terjadi tawar-menawar. Ini bukan permainan. Kalau hukuman itu seimbang dengan kesalah saya, maka itu akan menciptakan penghargaan saya kepada ibu saya dan disiplin yang ia lakukan. Tetapi andaikan ketika saya nakal sekali hanya dipukul satu kali, maka saya akan menghina wibawa dia, karena dia tidak berani menghajar saya. Mendidik orang tidak mudah. Sumber: Judul Buku: Seni Membentuk Karakter Kristen Penulis : Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong, DLCE Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995 Halaman : 105 - 108 ********************************************************************** o/ TIPS MENGAJAR HAL-HAL APA YANG MEMBANGUN RASA DITERIMA? ========================================= Rasa diterima sangat penting bagi sikap percaya diri dan keberhasilan, oleh karena itu orangtua dapat melakukan berbagai hal untuk menunjukkan kepada anaknya bahwa mereka diterima, yaitu: 1. Akui bahwa setiap anak adalah unik. ----------------------------------- Orangtua harus melihat bahwa setiap anak adalah berbeda satu dengan yang lain, dengan demikian mereka tidak dapat diperlakukan sama. Hal yang terpenting ialah bahwa anak harus merasakan cinta yang dalam dan penerimaan dari orangtua. 2. Membantu anak agar mendapatkan kepuasan dalam apa yang berhasil dikerjakannya. --------------------------------------------------------------- Biasanya setiap orangtua memiliki kekuatiran yang berlebihan akan terjadinya sesuatu bila anaknya sedang mengerjakan suatu hal. Ternyata hal ini tidak menumbuhkan kemampuan si anak itu. Sebagai orangtua, sudah seharusnya dapat mendukung segala yang dikerjakan anaknya. 3. Biarkan anak tahu bahwa Anda mencintainya, menginginkannya dan senang berada bersamanya. -------------------------------------------------------------- Menyediakan waktu untuk bersama anak-anaknya, menolong mereka dengan hal-hal yang dilakukan, dan memanfaatkan kesempatan untuk memperlihatkan cinta kasih pada mereka adalah wujud ungkapan orangtua yang mengasihi anaknya. 4. Terimalah teman-teman anak Anda. -------------------------------- Biarkan anak-anak tahu bahwa orangtuanya menghargai dan menerima teman-teman anaknya. 5. Pertahankan hubungan yang jujur dan sungguh-sungguh dengan anak- anak. ---------------------------------------------------------------- Seorang anak memiliki berbagai perasaan mengenai hal-hal yang dialaminya. Orangtua seharusnya bisa menerima keadaan ini secara wajar dan memberi kesempatan anak untuk membicarakannya. 6. Dengarkan apa yang dikatakan anak. ---------------------------------- Seorang anak merasa diterima ketika orangtua mengambil waktu untuk mendengarkan dia. 7. Perlakukan anak sebagai orang yang berharga. -------------------------------------------- Anak-anak seharusnya dihargai dan diperlakukan sebagai manusia, dan orangtua akan mendapatkan anak-anak hidup sesuai dengan harapan. 8. Beri kesempatan pada anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan keunikannya. --------------------------------------------------------------- Berbagai tuntutan orangtua akan membuat diri anak merasa berat. Setiap anak bertumbuh dengan wajar dengan keunikannya masing- masing. Bahan dirangkum dari sumber: Judul Buku: Tujuh Kebutuhan Anak Penulis : John M. Drescher Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992 Halaman : 60 - 65 ********************************************************************* o/ BAHAN MENGAJAR Melalui bahan mengajar berikut ini, guru SM dapat menanamkan rasa percaya diri pada anak SM-nya. Bacalah baik-baik bahan mengajar ini dan berdoalan agar pelajaran di bawah ini dapat menjadi berkat bagi anak-anak SM dan bagi Anda juga. MENERIMA DIRI SENDIRI YANG UNIK DAN ISTIMEWA ============================================ Tujuan: ------- Anak mensyukuri keberadaan dirinya sendiri, dan dengan sukacita menerima kelebihan dan kekurangannya. Kreasi Simulasi -- Melukis "Siapakah Aku?": ------------------------------------------- Kepada setiap anak dibagikan satu lembar kertas kosong. Mintalah anak-anak menggambar satu ciri pada dirinya yang dapat dikenali oleh orang lain. Jelaskan bahwa lukisan itu nantinya akan diberikan kepada teman yang lain tanpa mengetahui nama orang yang melukisnya. Jika teman tersebut tidak bisa mengenali siapa yang dimaksud dalam lukisan itu, maka ia akan mendapatkan hukuman. Jadi, ia harus berusaha membuat satu lukisan yang menunjukkan ciri-cirinya agar orang lain dapat mengenalinya. Misalnya: mode rambutnya, mungkin corak bajunya, atau lainnya. Jadi tidak perlu menggambar diri secara lengkap, cukup hal yang menjadi cirinya saja, misalnya cukup menggambar sepatunya (jika ini cirinya), atau bajunya (jika ini cirinya), atau model matanya (jika ini cirinya). Berilah waktu 10 menit untuk menggambar diri. Kemudian kumpulkan kertas-kertas tersebut. Setiap anak dilarang mencantumkan namanya di gambarnya. Kemudian bagikan gambar tersebut secara acak. Setelah setiap anak memperoleh satu gambar, dalam waktu bersamaan mintalah setiap anak menentukan siapa yang dimaksud dengan gambar itu. Guru mewawancarai setiap anak dan gambar yang di tangannya. Tugas guru bukan mengolok-olok kekurangan gambar, apalagi kekurangan fisik yang menjadi ciri seorang anak. Guru tidak boleh mengolok-olok anak yang gemuk, berkacamata, yang kecil dan sebagainya. Tetapi sebaliknya guru mengarahkan bahwa ternyata Tuhan sangat baik, diciptakannya manusia dengan berbagai macam, semuanya indah. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi kita tidak perlu merasa minder, takut apalagi lalu merasa benci kepada diri sendiri. Guru menjelaskan kasih Tuhan dan 1001 macam keunikan manusia ciptaan Tuhan, yang lebih cerdas dari semua binatang. Acara ditutup dengan upacara "menyayangi diri sendiri". Caranya: setiap anak diminta berdiri dan "menyentuh" dengan penuh kasih pada bagian badan tertentu dengan kedua telapak tangannya. Misalnya, guru mengarahkan: "Ayo kita cintai rambut kita yang selalu tumbuh subur", "Mata kita yang dapat dipakai melihat", "Telinga kita yang dapat dipakai untuk mendengar", dan seterusnya, dari ujung rambut sampai ke kaki. Namun hati-hati agar bagian-bagian tubuh yang sering ditafsirkan secara porno oleh anak-anak lebih baik jangan disebut. Kemudian acara diakhiri dengan berdoa dan mengucap syukur bersama. Sumber: Judul Buku: Teknik Kreatif dan Terpadu Dalam Mengajar SM Penulis : Paulus Lie Penerbit : Andi Offset, Yogyakarta, 1999 Halaman : 123 - 124 ********************************************************************** o/ AKTIVITAS Menanamkan rasa percaya diri dalam anak SM Anda bisa juga dilakukan dengan jalan beraktivitas. Aktivitas berikut ini cocok Anda gunakan untuk kelas kecil. SI SEMUT YANG KECIL =================== Lagu: ----- Si Semut yang Kecil Penerapan: ---------- 1. Guru membuat alat peraga berupa gambar seekor semut. Buat juga gambar pemandangan (misalnya bukit yang naik turun), sebagai tempat si semut tersebut akan berjalan-jalan. Jadi gambar pemandangan harus jauh lebih besar dari gambar semut. 2. Ajaklah semua menyanyikan lagu "Si Semut yang Kecil", sementara itu gerakkan gambar semut itu berjalan-jalan di gambar pemandangan tersebut. Seolah-olah si semut sedang berjalan-jalan di sana. Mintalah anak-anak untuk menyanyikan lagu ini dengan suara keras apabila si semut berjalan naik (mendaki gunung). Sebaliknya mintalah anak-anak menyanyikan lagu ini dengan suara pelan, bila si semut berjalan menuruni bukit. Jika si semut berhenti berjalan anak-anak pun berhenti menyanyi (maka guru harus menyesuaikan saat si semut berhenti dengan lagu tersebut, yaitu pada akhir lagu). Jika si semut berjalan kembali maka anak- anak juga harus mulai menyanyi lagi. 3. Saat si semut berhenti (berarti anak-anak tidak bernyanyi), guru menceritakan bagaimana Tuhan sangat mengasihi si semut, makhluk yang tampak kecil ini. Ceritakan juga ketekunan si semut dalam mencari makan, ketekunan ini perlu ditiru oleh anak-anak. Sungguh kreasi ini sangat menarik hati anak-anak. Selamat mencoba! Sumber: Judul Buku: Teknik Kreatif dan Terpadu dalam Mengajar Sekolah Minggu Penulis : Paulus Lie Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1999 Halaman : 54 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: Eka < eka_svtr@ > >Dear staf BinaAnak, >Apakah e-BinaAnak dapat mengirimkan kepada saya edisi-edisi yang >membahas hal-hal seputar kelas kelas batita. Saya sangat >memerlukannya karena SM kami akan membuka kelas batita. >Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih. > >Eka Savitri Redaksi: Kami mempunyai satu edisi khusus mengenai anak batita yaitu pada edisi no. 19/2001. Anda dapat mengakses arsipnya di: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/019/ Selain itu demi menambah pengetahuan Anda mengenai pembagian kelas, Anda dapat mengakses edisi no. 61/2002 di: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/062/ Anda juga bisa melihat bahan tersebut di Situs PEPAK, yang saat ini sedang kami persiapkan. Melalui Situs PEPAK arsip-arsip e-BinaAnak dapat dikirimkan kepada Anda melalui e-mail. Anda dapat mengaksesnya di: - Situs PEPAK ==> http://www.sabda.org/pepak/ Untuk keperlun Saudara Eka silakan akses: - e-BinaAnak no. 19/2001 (Anak Batita) ==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak /019/ - e-BinaAnak no. 61/2002 (Pembagian Kelas) ==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak /061/ - Materi Pengajaran Batita ==> http://www.sabda.org/pepak/buku/001/ n.b. Karena situs PEPAK masih dalam tahap persiapan/development, kami sangat mengharapkan tanggapan, saran, dan ide dari Saudara demi perkembangan situs PEPAK selanjutnya. Silakan kirimkan ke: ==> < staf-binaanak@sabda.org > ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ ********************************************************************** Staf Redaksi: Oeni, Davida, Ratnasari Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |