Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/89

e-BinaAnak edisi 89 (21-8-2002)

Cara Anak Belajar

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                     Edisi 089/Agustus/2002
-----------
   o/ SALAM DARI REDAKSI
   o/ ARTIKEL (1)          : Bagaimana Cara Anak Belajar
   o/ ARTIKEL (2)          : Mengenal Tipe Gaya Belajar
   o/ TIPS MENGAJAR (1)    : Mengajar Anak Belajar
   o/ TIPS MENGAJAR (2)    : Meningkatkan Motivasi Anak untuk Belajar
   o/ TIPS MENGAJAR (3)    : Agar Anak Belajar Secara Teratur
   o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Informasi Pembinaan Guru Sekolah Minggu

**********************************************************************
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
    <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam dalam kasih Yesus Kristus,

  Cara belajar anak tidak dapat disamaratakan. Mereka memiliki gaya
  masing-masing, yang mereka sesuaikan dengan kemampuan mereka.
  Sebagai pendidik, guru, dan orangtua tidak dapat memaksakan
  bagaimana cara belajar yang seharusnya digunakan oleh anak-anak.
  Tidak ada satu pun cara belajar yang tepat yang harus diterapkan
  oleh seorang anak. Yang ada hanyalah bagaimana seorang pendidik
  dapat mengarahkan anak-anak untuk menemukan cara belajar mereka
  sendiri. Berikan kebebasan terarah kepada mereka sehingga waktu
  belajar tidak menjadi beban bagi mereka, tetapi sebaliknya menjadi
  waktu yang menyenangkan.

  Wacana-wacana dalam edisi ini kami sajikan dengan tujuan agar para
  pendidik dapat mengenal "Cara Belajar Anak" yang berbeda-beda,
  sehingga kita dapat mengarahkan mereka untuk menemukan cara belajar
  yang sesuai bagi diri mereka masing-masing.

  Selamat membaca!

  Tim Redaksi

            "Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku,
                         berilah aku pengertian,
             supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu."
                            (Mazmur 119:73)
           < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Mazmur+119:73 >


**********************************************************************
o/ ARTIKEL (1)

                      BAGAIMANA CARA ANAK BELAJAR
                      ===========================

  Jika Saudara memasuki ruang pengemudi sebuah pesawat terbang dengan
  maksud terbang ke tempat yang jauh, maka akan berguna bagi Saudara
  bila mengetahui tentang cara terbangnya sebuah pesawat udara dan
  cara memakainya alat-alat pengemudi tersebut. Tanpa pengetahuan ini
  tipislah harapan Saudara akan mencapai tempat tujuan itu dengan
  selamat. Hal ini juga berlaku dalam pelayanan Saudara sebagai guru
  Sekolah Minggu. Untuk menjadi guru yang efektif, pengertian tentang
  cara belajarnya para pelajar adalah penting. Sebab kita harus
  mengajar sesuai dengan cara belajar para pelajar itu.

  Mari kita lihat seperti apa sebenarnya cara belajar anak melalui
  ulasan-ulasan berikut ini.

  1. Anak belajar secara kontinyu (terus-menerus).
     ---------------------------------------------
     Anak senantiasa belajar. Tak pernah mereka berhenti belajar.
     Bahkan mereka mungkin mempelajari beberapa hal sekaligus, padahal
     kita tidak pernah bermaksud mengajarkan hal tersebut kepada
     mereka. Kalau pengajaran kita tidak menantang mereka, boleh jadi
     mereka "belajar" bahwa Sekolah Minggu sangat membosankan dan
     tidak menarik. Jika penelitian Alkitab tidak membangkitkan minat,
     boleh jadi mereka "belajar" bahwa Alkitab adalah buku kuno yang
     menjemukan dan tidak ada hubungannya dengan masa sekarang. Jika
     mereka secara pribadi tidak terlibat dalam bagian doa dan
     penyembahan, boleh jadi mereka "belajar" bahwa saat doa adalah
     waktu yang baik untuk mengganggu teman yang duduk di sampingnya
     karena guru sedang menutup mata.

     Kita sekali-kali tidak akan sengaja mengajarkan hal-hal ini.
     Namun demikian anak-anak mungkin akan mempelajarinya. Dengan
     mengetahui bahwa para murid kita belajar secara kontinyu, mungkin
     akan menolong kita untuk lebih berhati-hati mengenai apa yang
     kita ajarkan secara tidak langsung melalui suasana kelas.

  2. Anak belajar melalui panca inderanya.
     -------------------------------------
     Mereka belajar:
     a.  1 persen dari apa yang mereka baca.
     b. 20 persen dari apa yang mereka dengar.
     c. 30 persen dari apa yang mereka lihat.
     d. 50 persen dari apa yang mereka lihat dan dengar.
     e. 70 persen dari apa yang mereka katakan sementara mereka
           melihat.
     f. 80 persen dari apa yang mereka katakan sementara mereka
           melakukannya.

     Anak hanya mempunyai satu cara belajar, yakni melalui panca
     inderanya. Panca indera itu merupakan pintu masuk ke dalam
     kesadarannya. Fakta ini menunjukkan pentingnya penggunaan
     bermacam-macam bahan bantuan untuk mengajar.

  3. Anak belajar melalui kegiatan.
     ------------------------------
     Inilah prinsip yang terpenting tentang cara belajar para murid.
     Belajar bukanlah pengalaman yang pasif. Hal belajar bukanlah
     sesuatu yang sekedar terjadi pada anak itu, melainkan adalah
     sesuatu yang dilakukan oleh anak itu. Anak dapat mengingat
     paling banyak dari sesuatu yang dipelajarinya dengan cara
     mengatakan dan melakukan.

     Anak dapat terlibat dalam proses belajar melalui beberapa
     cara. Ia bisa belajar secara langsung dalam kegiatan-kegiatan,
     misalnya mengerjakan proyek-proyek, pekerjaan tangan, diskusi dan
     drama. Atau melalui lukisan-lukisan cerita ia bisa terlibat,
     secara tidak langsung karena menempatkan diri dalam keadaan orang
     lain. Perasaannya dapat dibangkitkan, khayalannya digiatkan,
     emosinya digerakkan.

  4. Anak akan belajar sebaik-baiknya bila ia mempunyai dorongan
     atau alasan untuk belajar.
     -----------------------------------------------------------
     Anak akan paling cepat belajar bila hal itu dijadikan sesuatu
     yang menyenangkan dan memuaskan. Dalam proses belajar ada dua
     macam dorongan. Yang pertama adalah dorongan dari luar, secara
     lahir. Beberapa contoh dari dorongan sejenis ini ialah ganjaran,
     hadiah, penghargaan, dan pujian. Dalam mengajar di Sekolah
     Minggu ada tempat bagi dorongan sejenis ini, tetapi jangan
     sampai merupakan dorongan satu-satunya.

     Dorongan yang kedua adalah dari dalam, secara batin. Keinginan,
     hasrat, dorongan hati pribadi adalah contoh-contoh dorongan
     sejenis ini. Dalam hal terlibat kebutuhan dan kepentingan yang
     dirasakannya. Dorongan inilah yang bekerja bila anak itu
     dipimpin untuk memahami bagaimana kebutuhannya dipenuhi melalui
     penerapan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupannya. Sungguh
     penting bagi kaum remaja dan orang dewasa menginsafi bahwa
     ajaran Alkitab dapat dipraktekkan bagi keperluan hidup mereka.

  5. Anak akan belajar paling baik bila mereka sudah siap untuk
     belajar.
     ----------------------------------------------------------
     Ini berarti bahwa sebelum pengajar menarik perhatian anak dan
     membangkitkan rasa ingin tahu mereka, mereka harus disiapkan
     untuk menerima kebenaran Alkitab. Juga, para murid siap untuk
     belajar bila mereka dapat melihat hubungan bagian-bagian
     pelajaran itu dengan keseluruhan pengajaran tersebut. Mungkin
     sebelumnya pengajar harus memberi uraian pendahuluan tentang seri
     pelajaran yang baru dan menghubungkan pelajaran-pelajaran yang
     dahulu dengan keseluruhannya melalui ulangan secara berkala.
     Suatu prinsip belajar lainnya yang terpaut di sini adalah bahwa
     para murid belajar hal-hal yang belum diketahuinya berdasarkan
     hal-hal yang sudah diketahuinya. Ini berarti pengajar harus
     mengetahui taraf pengertian murid-muridnya dalam hal-hal rohani.
     Kita harus mengetahui apa yang sudah diketahui para murid kita.

  6. Anak belajar dengan jalan meniru.
     ---------------------------------
     Fakta ini sekali menunjukkan pentingnya kehidupan pengajar.
     Kita mengajar, baik dengan perbuatan dan sikap maupun dengan
     perkataan atau gagasan. Segala sesuatu mengenai diri kita
     mengajarkan sesuatu. Dalam arti yang sesungguhnya, kita ini
     adalah "surat ... yang dapat dibaca oleh semua orang."

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 1
  Penerbit  : Gandum Mas, Malang, 1997
  Halaman   : 243 - 244


*********************************************************************
o/ ARTIKEL (2)

                      MENGENAL TIPE GAYA BELAJAR
                      ==========================

  Setiap anak mempunyai dan bekerja dengan model atau gaya belajarnya
  sendiri. Menurut David Kolb (Styles of Learning Inventory, 1981) ada
  empat jenis atau tipe gaya belajar.

  [Red. Empat jenis/kuadran yang muncul dari dua sumbu/parameter di
   bawah ini:
   Pengalaman KONGKRET (Perasaan) - Konseptualisasi ABSTRAK (Pikiran)
   Eksperimentasi AKTIF (Berbuat) - Pengamatan REFLEKTIF  (Observasi)]

  a. Tipe 'converger'
     ----------------
     Anak yang memiliki tipe ini belajar melalui proses
     Konseptualisasi Abstrak (berpikir) dan Eksperimentasi (berbuat).
     Artinya, dengan kecenderungan ini gaya belajar peserta didik
     lebih didominasi oleh intelek (pemikiran) dan perbuatan mencoba-
     coba (dengan pengalaman praktis). Dengan demikian peserta didik
     menghindari pengajaran yang semata-mata teoritis. Hal teoritis
     dan praktis harus berjalan seimbang. Gaya semacam ini umumnya
     mendominasi hidup teknokrat.

  b. Tipe 'diverger'
     ---------------
     Pada tipe 'diverger', anak belajar melalui Pengalaman-pengalaman
     Kongkret (perasaan) dan Observasi Reflektif (pengamatan). Dengan
     tipe ini peserta didik lebih didominasi oleh intuisi, perasaan,
     dan sensitivitas. Ia mengamati contoh yang didemonstrasikan oleh
     guru dan menyimak hal-hal yang erat kaitannya dengan emosi
     seperti keindahan gerak dan suasana. Banyak seniman memiliki
     kecenderungan belajar seperti ini.

  c. Tipe 'assimilator'
     ------------------
     Anak bertipe 'assimilator' ini belajar melalui Konseptualisasi
     Abstrak (kuat dalam berpikir) dengan Observasi Reflektif
     (pengamatan). Peserta didik dengan gaya belajar ini cenderung
     bersifat teoritis, enggan berbuat. Ia berorientasi kepada buku-
     buku bacaan dan contoh-contoh. Dari situ ia membangun teori atau
     keyakinan gaya. Pada umumnya teorisi dan para filsuf (pemikir)
     berkembang dengan tipe belajar demikian.

  d. Tipe 'accomodator'
     ------------------
     Pada tipe ini anak belajar melalui Pengalaman Kongkret (perasaan)
     dan Eksperimentasi Aktif (berbuat). Peserta didik dengan
     kecenderungan belajar ini lebih didominasi oleh situasi dan
     hal-hal praktis. Intuisi dan tindakan praktis sangat diutamakan.
     Ia tak merasakan perlunya teori-teori yang berorientasi kepada
     buku sumber saja. Baginya pengalaman dan perbuatan aktif di
     lapangan adalah guru yang terbaik.

  [Red.:
   Untuk mendapatkan materi "Gaya Belajar" yang lengkap dengan
   'Chart/Bagan' dan deskripsinya, Anda dapat melihatnya di edisi
   e-BinaAnak no. 45, dari buku yang berbeda dengan pengarang yang
   sama. Jika ingin melihat arsipnya silakan akses situs SABDA.org
   atau PEPAK dengan alamat sebagai berikut:
   - SABDA.org
   ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/045/
   - PEPAK -- kami minta komentar Anda mengenai situs ini.
              Kirim ke: < tim-pepak@sabda.org >
   ==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak/045/ ]

  Sumber:
  Judul Buku: Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristiani
  Pengarang : B.S. Sidjabat, Ed.D.
  Penerbit  : Kalam Hidup, Bandung, 1994
  Halaman   : 63 - 65


**********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR (1)

                         MENGAJAR ANAK BELAJAR
                         =====================

  Pelayanan kepada anak-anak akan semakin berkembang jika kita
  memahami dan merencanakan pengalaman-pengalaman yang dibutuhkan
  dalam tahap-tahap dasar proses belajar anak di bawah ini.

  1. Mendengarkan (Listening)
     ------------------------
     Pelajaran dasar yang penting dalam proses belajar anak adalah
     bagaimana anak dapat mendengar atau memberi perhatian. Guru yang
     ingin mengawali proses belajar pertama-tama harus dapat mencari
     cara untuk menarik perhatian anak, antara lain dengan memotivasi
     anak melalui ruangan kelas maupun aktivitas-aktivitas sehingga
     anak tertarik dengan materi yang harus dipelajarinya. Misalnya
     saja, sebuah poster sederhana dengan beberapa pertanyaan di
     dalamnya dapat digunakan bersama dengan suatu permainan yang
     membuat anak menemukan definisi kosa kata kunci yang dimaksudkan.
     Poster dan permainan tersebut merupakan kombinasi efektif yang
     dapat digunakan untuk memperoleh perhatian anak dan memotivasi
     anak di awal proses belajarnya. Pada umumnya anak-anak akan
     memperhatikan sesuatu yang spesifik yang mereka rasa perlu untuk
     dengarkan, misalnya: "Ada tiga hal yang harus kalian lakukan
     dalam permainan ini. Dengarkan baik-baik supaya kalian tidak
     lupa!"

  2. Meneliti (Exploring)
     --------------------
     Meneliti, tahap kedua dalam proses belajar, meliputi penelitian
     yang serius terhadap suatu masalah atau subyek. Anak-anak perlu
     dilibatkan dalam penelitian tentang sesuatu yang belum pernah
     mereka ketahui atau mereka alami. Dengan demikian anak tidak
     lagi menjadi pendengar pasif atau penonton tetapi menjadi pelaku
     yang aktif berpartisipasi dalam penelitian. Alkitab maupun alat-
     alat bantu belajar lainnya dapat digunakan dalam penelitian.
     Selain itu, dalam penelitian anak-anak dapat mengajukan
     pertanyaan, mendefinisikan masalah atau memberikan usulan
     tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin dapat digunakan untuk
     menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.

  3. Menemukan (Discovering)
     -----------------------
     Dari mendengarkan dan penelitian yang dilakukannya, anak
     sekarang mampu menemukan sendiri apa yang dikatakan dalam
     Alkitab dan dengan bimbingan Roh Kudus, anak merasakan pengaruh
     yang ditimbulkan oleh Alkitab dalam dirinya sendiri.

     Menemukan kebenaran sejati Tuhan melalui firman-Nya adalah suatu
     hal yang menarik. Namun, seringkali satu-satunya orang yang
     menemukan kebenaran tersebut adalah guru itu sendiri. Meskipun
     guru akan dengan senang hati membagikan kebenaran tersebut
     dengan murid-muridnya, tidak ada salahnya jika sukacita yang
     diperoleh saat menemukan kebenaran sejati Tuhan tersebut juga
     dapat dirasakan oleh anak-anak di bawah bimbingan gurunya yang
     terampil. Keterbatasan waktu mungkin akan mengurangi jumlah
     pengungkapan kebenaran yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri,
     tetapi seharusnya hal ini tidak dijadikan alasan untuk guru
     mengungkapkan kebenaran Firman Tuhan seorang diri tanpa
     melibatkan anak-anak. Tujuan dari penemuan ini adalah agar anak
     belajar dan menerapkan kebenaran Alkitab, bukan untuk menutupi
     kebenaran tersebut.

  4. Mencocokan (Appropriating)
     --------------------------
     Setelah anak menemukan arti suatu ayat dalam Alkitab, anak perlu
     merenungkan kebenaran yang ada dalam ayat tersebut. Anak perlu
     menghubungkan arti-arti dan nilai-nilai yang telah diungkapkannya
     dengan pengalaman pribadinya. Pengetahuan Alkitab yang tidak
     diujikan dalam kehidupan pribadi berarti tidak memenuhi tujuan
     yang dimaksudkan oleh Allah yang membuatnya.

     Berikan anak-anak bimbingan untuk mencocokkan atau membuat
     kebenaran Alkitab menjadi miliknya. Angkat suatu permasalahan
     dalam kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan dengan menggunakan
     kebenaran Alkitab. Misalnya saja,
        "Josh sangat menyukai bola basket. Ia sedang menyelesaikan
        ining terakhir ketika ia menyadari bahwa ia telah melanggar
        jam makan malam. Josh tahu orangtuanya di rumah pasti sudah
        menunggunya tetapi ia merasa sayang untuk meninggalkan
        permainannya. Apa yang seharusnya Josh lakukan untuk
        menyelesaikan pergumulan hatinya? Apa yang dikatakan
        Alkitab tentang masalah seperti yang dialami Josh ini?"

     Mengajak anak mencocokkan kebenaran Alkitab dengan suatu
     pelajaran akan memudahkan anak untuk mengenali arti yang
     sesungguhnya yang dapat ia terapkan dalam perasaannya maupun
     dalam perilakunya. Melalui tahap mencocokkan ini, anak dapat
     mengetahui apa yang diharapkan Tuhan darinya jika menghadapi
     suatu keadaan atau situasi yang hampir sama dengan kebenaran
     tersebut.

  5. Mempertanggungjawabkan (Assuming Responsibility)
     ------------------------------------------------
     Tahap ini adalah puncak dari proses belajar, tempat di mana
     tahap-tahap sebelumnya -- mendengar, meneliti, menemukan, dan
     mencocokan -- mencapai titik kulminasi/klimaks. Di sini,
     kebenaran Tuhan yang sebenarnya mengubah dan membentuk pola pikir
     anak serta sikap dan perilakunya. Pada tahap inilah usaha kita
     mengkomunikasikan kebenaran Tuhan kepada anak-anak menghasilkan
     perubahan hidup pada anak-anak tersebut. Anak-anak harus kita
     bimbing untuk melakukan hal-hal tertentu sesuai dengan apa yang
     telah mereka alami (dari tahap-tahap proses belajar yang telah
     mereka pelajari). Ujian yang sesungguhnya terjadi ketika anak
     dengan kemauannya sendiri menggunakan apa yang telah ia pelajari
     tersebut untuk menghadapi situasi baru yang ia alami. Anak juga
     dapat mempraktekkan apa yang telah ia pelajari tersebut saat ia
     sedang melakukan aktivitas bersama dengan teman-temannya yang
     lain (bersikap baik, ramah, mau berbagi, memaafkan, dsb.). Guru
     dapat juga menggunakan rencana proyek pelayanan atau kesempatan-
     kesempatan lain agar anak dapat menerapkan kebenaran Alkitab
     dalam tindakan nyata. Pada kesempatan lain, anak dapat diberikan
     kesempatan untuk merencanakan tindakan tertentu yang harus
     dilakukan untuk minggu yang akan datang.

  Proses belajar dan pemahaman manusia dapat diringkas dalam langkah-
  langkah belajar seperti di atas. Mendengarkan, meneliti, menemukan,
  mencocokkan, dan mempertanggungjawabkan bukan sekedar aktivitas
  di mana anak ikut terlibat, tetapi juga merupakan satu kesatuan
  dengan pendidikan Kristen/tujuan dan sasaran pendidikan. Melalui
  bimbingan Roh Kudus dari guru yang perhatian, aspek rohani dalam
  kepribadian anak dapat tumbuh dan berkembang.

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Judul Buku: Sunday School Smart Pages
  Editor    : Wes & Sheryl Haystead
  Penerbit  : Gospel Light, Ventura, 1992
  Halaman   : 123 - 124


**********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR (2)

                MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK UNTUK BELAJAR
                ========================================

  1. Dengan memperlihatkan semenjak dini kepadanya bahwa guru maupun
     orangtua mau menghargai karya-karya orang lain, gemar belajar,
     dan senang membaca buku. Biasanya anak mencontoh perilaku guru
     dan orangtua yang seperti itu.

  2. Dengan membacakan cerita yang menarik sesuai tingkat perkembangan
     anak. Pelan-pelan anak akan terdorong untuk bisa dan mau membaca
     sendiri, untuk memuaskan rasa ingin tahunya terhadap berbagai hal.

  3. Dengan memberikan permainan yang edukatif sejak dini, untuk
     merangsang perkembangan penalaran, sikap, keterampilan motorik,
     dan kreativitas.

  4. Dengan memberi pujian yang wajar terhadap setiap hasil karya
     anak. Pemberian pujian (apalagi penghargaan). Ini umumnya
     meningkatkan motivasinya untuk berkarya, atau berusaha lebih
     bagus lagi.

  Sumber:
  Judul Buku: Kumpulan Artikel Intisari: Psikologi Anak
  Penerbit  : Majalah Intisari, Jakarta, 1996
  Halaman   : 148


**********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR (3)

                   AGAR ANAK BELAJAR SECARA TERATUR
                   ================================

  Setiap manusia pada dasarnya memiliki kekhasannya sendiri. Karena
  itu individu merupakan istilah yang tepat, yang tidak dapat dibagi-
  bagi lagi. Individulah unit yang terkecil. Demikian pula halnya
  dengan anak. Setiap anak memiliki kemampuannya sendiri-sendiri,
  termasuk dalam hal minat dan cara belajar. Ada anak yang lebih cepat
  mengerti dengan cara mendengar, tetapi tidak sedikit yang justru
  lebih paham kalau ia membaca pelajarannya berkali-kali.

  Problem-problem pendidikan yang kita hadapi pada saat sekarang masih
  sangat banyak. Untuk menanggulanginya perlu adanya pendekatan secara
  menyeluruh terhadap semua komponen di dalam sistem pendidikan. Guru
  dan orangtua sebagai salah satu komponen di dalam sistem pendidikan
  perlu menjalin hubungan yang erat. Adanya saling pengertian antara
  guru dan orangtua akan sangat menunjang keberhasilan anak dalam
  belajar.

  Peranan orangtua dalam mengantarkan seorang anak ke jenjang
  keberhasilan dalam studi maupun lingkungan kehidupan, sebenarnya
  amatlah besar. Karena pendidikan itu dilakukan di rumah, maka banyak
  orangtua tidak menyadari sejauh mana andil mereka dalam hal ini.
  Tampaknya hanya sambil lalu saja, dan tidak jarang dalam bentuk
  omelan atau diskusi keluarga. Akibatnya tidak sempat dikaji, apakah
  terjadi kekeliruan dalam mendidik, membesarkan serta menyayangi
  anak-anak. Dapatkah pendidikan yang telah diarahkan guru maupun
  orangtua diperbaiki atau ditingkatkan? Biasanya setelah anak
  melakukan tindak-tanduk menyimpang dan sangat tidak diharapkan,
  barulah guru dan orangtua mencari-cari, dimana gerangan letak
  kesalahan mereka.

  Sebagai pendidik, kita pastilah selalu mengharapkan agar waktu
  belajar dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah dapat dilakukan secara
  teratur tanpa setiap kali harus diiingatkan apalagi dipaksa. Tugas-
  tugas yang diberikan di sekolah ini diharapkan menjadi kebiasaan
  sehari-hari yang dilakukan anak dalam suasana yang menyenangkan
  dengan kemauan dan kesadaran sendiri sehingga pekerjaan itu
  dilakukan tanpa tekanan.

  Menurut Dr. Singgih D. Gunarsa, psikolog, kebiasaan belajar pada
  waktu-waktu tertentu memang perlu ditanamkan sedini mungkin, tetapi
  harus disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan masing-masing anak.
  Artinya jangan sampai tugas untuk belajar ini menjadi beban yang
  memberatkan, sebaiknya ia harus menjadi kebiasaan yang menyenangkan.
  Cara belajar anak yang tergolong pandai akan berbeda dengan cara
  belajar anak-anak yang kurang pandai. Anak-anak yang tergolong
  pandai membutuhkan waktu lebih singkat untuk mempelajari sesuatu,
  sementara anak-anak yang kurang pandai perlu waktu lebih banyak
  untuk mencapai hasil yang baik. Sehubungan dengan ini guru dan
  orangtua perlu lebih memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan
  perorangan pada anak dalam hal kemampuan mereka masing-masing.

  Kunci untuk mengatasi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
  ialah adanya pengaturan. Pengaturan itu bukanlah suatu perintah atau
  ketentuan bahwa ia harus begini atau begitu, namun lebih merupakan
  satu persiapan yang dilakukan pendidik untuk membantu anak melakukan
  kegiatan rutin. Disamping kesabaran, dorongan moral guru maupun
  orangtua tidak kalah pentingnya. Harus diingat, anak perlu mengalami
  keberhasilan. Setiap keberhasilan anak sebaiknya dihargai.
  Penghargaan merupakan dorongan moral yang membesarkan hati anak.
  Dorongan serupa dapat pula diungkapkan dengan cara merangsang rasa
  ingin tahu anak terhadap buku bacaan. Sebab bagaimanapun, kegemaran
  membaca, amat menunjang proses belajar.

  Bahan diringkas dari sumber:
  Judul Buku: Butir-butir Mutiara Rumah Tangga
  Pengarang : Alex Sobur
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta dan Yayasan Kanisius,
              Yogyakarta, 1987
  Halaman   : 155 - 158


********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: Feronica < nicafero@ >
  >Syalom,
  >
  >Melalui e-mail ini kami ingin mengundang kepada setiap guru-guru
  >SM/Pelayan Anak untuk dapat bergabung bersama kami dalam acara
  >Pembinaan GSM PGIW Jakarta yang akan kami adakan pada
  >tanggal  : 25 Agustus 2002 Pk. 14.00 - 16.00 WIB
  >bertempat: di gereja GKPA Penjernihan, Pejompongan - JAKPUS.
  >Tema pada bulan ini mengenai "Tugas pelayanan di SM", latar
  >belakang ini kami angkat untuk melengkapi tugas sebagai guru-guru
  >SM/calon guru SM. Kiranya pembinaan ini dapat bermanfaat.
  >
  >Feronica

  Redaksi:
  Terima kasih atas kiriman informasinya.
  Kiranya informasi dari Sdri. Feronica di atas menjadi informasi yang
  berguna bagi rekan-rekan sekalian. Kami dari staf redaksi e-BinaAnak
  sangat senang jika Sdri. Feronica dan rekan-rekan yang sempat
  mengikuti acara pembinaan tersebut bisa share mengenai pelaksanaan
  /materi pembinaan tersebut. Kami tunggu ya ... :)
  Silakan kirimkan share Anda ke:
==> < staf-BinaAnak@sabda.org >


**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
**********************************************************************
                 Staf Redaksi: Oeni, Davida, Ratnasari
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
              Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                   Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org