Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/91 |
|
e-BinaAnak edisi 91 (3-9-2002)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 091/September/2002 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Tugas Bercerita o/ TIPS MENGAJAR (1) : Trik Membuat Anak-Anak Tenang Selama Cerita o/ TIPS MENGAJAR (2) : Cara Membawakan Sebuah Cerita o/ BAHAN MENGAJAR : Menara Babel o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Tanggapan untuk Situs PEPAK ********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Syalom, Tema besar yang akan kami ambil selama bulan September ini adalah tentang "TUGAS GURU". Tugas guru ini akan meliputi topik-topik: 1. Tugas Bercerita 2. Tugas Membimbing 3. Tugas Memberi Teladan 4. Tugas Berkunjung Bercerita adalah topik pertama yang akan kita bahas karena bercerita merupakan salah satu tugas utama seorang guru SM. Melalui cerita, kebenaran Firman Tuhan dapat disampaikan dengan cara yang lebih menarik dan berkesan di hati anak-anak. Karena itu janganlah menganggap tugas cerita sebagai tugas yang tidak penting. Kita tidak boleh asal ambil cerita tanpa mengadakan persiapan terlebih dahulu. Kepiawaian kita dalam bercerita tidak menjamin kalau cerita yang kita sampaikan tersebut dapat berkenan kepada Tuhan dan berkesan dalam hati murid-murid kita. Sebagai guru SM yang baik, marilah kita lebih mendalami ketrampilan mempersiapkan dan menyampaikan sebuah cerita agar Roh Kudus dapat bekerja lebih heran ketika kita menyampaikan cerita di depan anak-anak yang kita kasihi. Selamat bercerita! Tim Redaksi "Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (1Tawarikh 16:24) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Tawarikh+16:24 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL TUGAS BERCERITA =============== PERSIAPAN BERCERITA Persiapan yang baik dan serius merupakan syarat untuk menghasilkan suatu cerita yang baik. Ada tiga macam persiapan yang harus dilakukan oleh seorang guru SM untuk mengasilkan sebuah cerita yang baik. Pertama, persiapan kerohanian. Kehidupan rohani seorang guru SM merupakan "sarana transportasi" dari berita yang akan disampaikannya. Bila sarana itu "tidak bersih" maka efektifitas beritanya sedikit banyak akan terpengaruh. Persiapan kerohanian bukanlah barang instan yang dapat terjadi seketika, tetapi merupakan perjuangan sehari-hari yang tidak akan pernah selesai sampai hidup ini usai. Namun demikian Allah menghargai setiap upaya hamba-Nya untuk mencapai tingkat pertumbuhan rohani yang lebih tinggi dan roh-Nya akan membantu perjuangan itu. Kerinduan seorang guru SM untuk menjadi alat-Nya yang mulia membuat anugerah Allah lebih mudah berbuah dalam dirinya (2Timotius 2:20-21). Kedua, persiapan materi cerita. Jika dilakukan dengan sungguh- sungguh mungkin persiapan ini akan menjadi saat yang paling melelahkan bagi seorang guru SM, tetapi sekaligus menjadi saat yang paling mengasyikkan. Melelahkan karena pada tahap ini ia perlu menyelidiki Alkitab dengan lebih cermat, baik berita dari perikop yang akan diceritakan maupun informasi rinci mengenai konteks saat itu. Di sini pula ia perlu merumuskan apa tujuan dari cerita yang akan diceritakan. Ketiga, persiapan penyampaian cerita. Mungkin kebanyakan guru SM tidak terlalu memikirkan tentang bagaimana ia akan menceritakan cerita yang telah dipersiapkannya. Ia sudah puas dengan mengetahui apa yang harus ia ceritakan. Bagian bagaimana menyampaikan, memperagakan atau menyampaikan tidak terlalu dipikirkan, karena dipikir akan timbul dengan sendirinya nanti sementara menguraikan cerita tersebut. Padahal bagian ini sangat penting. Seorang guru SM yang mengabaikan bagian penyampaian dalam persiapannya akan merasa adanya kekurangan besar pada waktu ia bercerita. Dalam pembahasan selanjutnya, pembicaraan akan difokuskan hanya kepada masalah persiapan materi cerita, sementara persiapan kerohanian tidak akan disinggung, karena merupakan topik sendiri yang cukup luas. PERSIAPAN MATERI CERITA Hal pertama yang mesti dilakukan dalam bagian ini adalah memilih perikop Alkitab yang akan diceritakan. Karena cerita-cerita Alkitab itu begitu banyak dan mungkin juga panjang untuk diceritakan dalam satu waktu cerita, maka seorang guru SM perlu memilih dan memilah dengan tepat bagian Alkitab mana yang akan diceritakannya, kemudian mendoakan dan menggumuli berita yang terkandung didalamnya. Pada tahap ini seorang guru SM memerlukan buku-buku penolong yang dapat membantunya untuk mengerti dengan baik segala hal tentang perikop atau cerita itu. Setelah itu usahakan untuk mencari berita dari cerita atau perikop tersebut. dengan mengacu cerita yang ada dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa cerita tersebut mengandung signifikasi teologis, atau dengan kata lain mengandung berita mengapa cerita itu ditulis atau dimuat dalam Alkitab. Oleh karena itu, seorang guru SM harus dapat menyimpulkan dalam suatu kalimat mengenai apa yang menjadi berita dari cerita yang sedang dipersiapkannya. Langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan cerita. Suatu cerita seharusnya mempunyai tujuan, yaitu untuk apa atau dengan maksud apa cerita itu disampaikan. Tidak peduli betapa baik atau Alkitabiahnya suatu cerita, namun tanpa tujuan yang jelas suatu cerita bukanlah cerita yang layak. Jika seorang guru SM tidak mengetahui tujuan dari ceritanya, semuanya akan menjadi tidak jelas; tidak jelas bagi dirinya sendiri dan pada akhirnya juga tidak jelas bagi anak-anak yang mendengarnya. Yang terakhir adalah membuat plot cerita. Plot cerita adalah alur atau jalan cerita yang terdiri dari pendahuluan, isi, klimaks, dan penutup. Dalam sebuah cerita, plot memegang peranan sangat penting, sebab plot akan menjadi kerangka cerita. Sebuah cerita dikatakan baik apabila semua unsur cerita terpadu menjadi suatu kebulatan yang berpusat pada tujuan yang ada dalam cerita. Di dalam membuat plot seorang guru SM perlu memperhatikan unsur-unsur suatu cerita dan waktu yang digunakan. Komposisi cerita yang baik adalah sebagai berikut: UNSUR WAKTU KETEGANGAN Pendahuluan 10% 20% Isi Cerita 80% 80% Klimaks 5% 100% Penutup 5% 95% PENDAHULUAN CERITA Hampir sebagian besar perhatian anak dimenangkan pada saat pendahuluan. Pendahuluan mempunyai tujuan untuk menarik perhatian atau konsentrasi anak kepada cerita kita dan mempersiapkan mereka untuk menerima berita yang terkandung di dalamnya. Suatu pendahuluan yang baik mempunyai kriteria: singkat, menarik, dan relevan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk suatu pendahuluan cerita memang tidak ada ketetapan yang pasti, mungkin berkisar antara 5-15% dari waktu bercerita. Tetapi yang pasti suatu pendahuluan cerita yang panjang apalagi bertele-tele, akan kehilangan daya tariknya. Menit- menit pertama bahkan kalimat pertama, suatu cerita penting sekali, karena dari situlah seorang pencerita akan mendapat atau kehilangan perhatian pendengarnya. Oleh karena itu ia harus membuat pembukaan ceritanya semenarik mungkin. Ketika seorang pencerita mulai membuka ceritanya, ia tidak harus melucu dan tidak harus nampak pintar. Tetapi jangan sekali-sekali membosankan. Suatu pendahuluan yang baik bukan hanya singkat dan menarik tetapi juga harus relevan dengan tujuan cerita. Sebab itu pendahuluan tidak boleh umum atau melebar, sebaliknya harus sangat khusus dan tajam, terfokus pada tujuan cerita. MACAM-MACAM PENDAHULUAN CERITA Seorang pencerita yang baik tidak akan pernah kehabisan daya kreatifitas dalam membuka cerita. Ia tidak akan membiarkan ceritanya dibuka dengan pendahuluan yang selalu sama atau hampir sama. Ada beberapa macam pendahuluan yang dapat dipakai di dalam sebuah cerita. Pertama; mengulang cerita yang lalu, pengulangan tersebut harus dilakukan sama baiknya dengan minggu lalu, namun dengan waktunya yang lebih singkat. Seakan-akan ia memutar kembali atau mereview suatu film dari episode minggu lalu yang telah disaksikan anak-anak dengan segala ketegangannya sehingga mereka merasakan kembali perasaan-perasaan tersebut. Kedua; menggunakan suatu ilustrasi atau cerita lain sebelum masuk ke cerita yang utama. Memulai cerita dengan mengisahkan suatu ilustrasi merupakan hal yang menarik bagi anak-anak, khususnya anak besar. Pada umumnya mereka telah dapat menangkap kesejajaran atau analog yang terdapat dalam suatu ilustrasi dengan cerita utama. Walaupun demikian, yang perlu dipertimbangkan apakah ilustrasi itu mengandung makna atau pokok tema yang sama dengan cerita yang akan diceritakan. Demikian pula lamanya waktu untuk menceritakan ilustrasi itu perlu menjadi bahan pertimbangan. Cerita-cerita atau ilustrasi-ilustrasi yang digunakan mungkin saja bersumber dari pengalaman pribadi sendiri, pengalaman orang lain, atau kisah tentang suatu kejadian yang "hangat" di masyarakat. Bisa juga dengan memperlihatkan atau melukiskan suatu benda. Ini akan sangat menarik bagi anak-anak. Ketiga; melukiskan suatu suasana. Pelukisan suatu suasana dapat menjadi pendahuluan cerita yang cukup menarik, apalagi jika si pencerita pandai memilih dan menggunakan kata-kata yang tepat. Seorang pencerita dapat memulai cerita dengan melukiskan suatu suasana di dalam cerita itu. Umpamanya, tentang keadaan alam yang tenang di danau Galilea atau suasana meriah pesta kawin di Kana atau perasaan cemas Elia yang takut kepada Izebel. Keempat; membangkitkan rasa ingin tahu anak. Jika sebuah pendahuluan telah dapat membangkitkan rasa ingin tahu anak,itu berarti perhatian mereka telah dimenangkan. Selanjutnya akan lebih mudah untuk mengajak mereka masuk ke dalam inti cerita. Rasa ingin tahu anak dapat kita bangkitkan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing pendapat mereka atau dengan kalimat-kalimat cerita yang mengundang tanda tanya dan rasa ingin tahu atau juga dengan membawa benda peraga yang menarik. Masih banyak macam pendahuluan yang dapat dipikirkan oleh seorang pencerita yang baik, namun keempat macam pendahuluan di atas biarlah dapat menjadi jendela mengalirnya udara kreatifitas dari seorang guru SM ISI CERITA 80% waktu cerita berada di bagian ini. Karena itu pencerita perlu memikirkan dengan matang urutan cerita, karakter dan tokoh-tokoh yang terlibat dan pesan atau tujuan yang akan dicapai. Urutan cerita harus dijalin dalam kesatuan yang berkesinambungan dan logis, dari ringan ke berat, dari negatif ke positif, dari persoalan ke penyelesaian menuju ke arah klimaks cerita. Urutan yang tidak tertata dengan baik membuat cerita menjadi sukar untuk dimengerti dan anti klimaks. Karakter tokoh-tokoh yang terlibat harus jelas. Kita perlu mempunyai bayangan akan karakter setiap pelaku dan suaranya. Usahakan untuk tetap konsisten. Kemudian pesan cerita yang menjadi tujuan cerita dituangkan kepada anak dalam bentuk aplikasi. Karena aplikasi adalah bagian yang terpenting, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal yang pertama adalah jangan menaruh aplikasi setelah klimaks cerita, karena setelah klimaks minat anak terhadap cerita akan menurun drastis. Aplikasi paling efektif ditempatkan dalam jalinan cerita selama cerita itu berlangsung di mana perhatian anak-anak masih dalam keadaan baik. Lagi pula dengan berbuat begini kesan menggurui anak dapat dikurangi. Hal lain yang harus diperhatikan adalah menyampaikan pesan itu berulang kali selama cerita berlangsung agar anak-anak dapat lebih menangkap maksudnya. Tentu saja perlu digunakan formula kalimat yang berlainan namun dengan maksud yang sama. KLIMAKS CERITA Sebuah cerita yang baik selalu mempunyai klimaks. Kata "klimaks" berasal dari kata Yunani yang artinya "tangga". Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan klimaks sebagai "puncak dari suatu hal, kejadian, keadaan dan sebagainya yang berkembang secara berangsur- angsur." Klimaks dapat pula berarti "kejadian atau adegan yang paling menarik (menegangkan) atau penting." Seorang pencerita yang baik selalu memikirkan atau menata cerita ke arah klimaks sehingga pendengar merasakan keagungan, kemenangan, keindahan cerita tersebut. Membuat suatu klimaks dalam sebuah cerita memang bukan hal yang mudah, terutama bagi pencerita yang baru, namun bukan berarti tidak mungkin. Yang perlu diperhatikan sejak awal adalah mengetahui faktor- faktor apa yang dapat membentuk suatu klimaks itu dan kemudian berupaya untuk menata dan melatihnya terus-menerus. Ketekunan pasti membuahkan keberhasilan. Dalam menata klimaks yang perlu disadari dari awal adalah bahwa klimaks lahir dari sebuah plot cerita yang baik. Sebuah plot cerita yang baik selain memiliki keutuhan, kebulatan dan komposisi unsur-unsur cerita juga merancang kapan dan di mana terjadinya klimaks, sehingga secara struktur cerita tersebut mempunyai bobot ketegangan yang semakin lama semakin meninggi dan menuju klimaks. Jika plot suatu cerita lemah atau salah dalam alurnya, maka klimaks akan sukar dicapai. Hal lain yang harus diperhatikan dalam membuat klimaks cerita adalah menata kontras-kontras yang ada di dalam cerita. Jika pencerita pandai menggunakan dan melukiskan kontradiksi-kontradiksi yang ada, ketegangan cerita akan terus meningkat dan klimaks akan dapat dicapai. Hal-hal yang bersifat kontras umpamanya gelap terang, jahat-baik, besar-kecil, ketakutan-ketenangan, badai gelombang- tenang, kebencian-kasih, miskin-kaya dan sebagainya. Selain itu -- dan ini mungkin jarang disadari oleh banyak pencerita -- klimaks dapat tercapai dengan adanya peninggian atau pengagungan Tuhan di dalamnya. Suatu cerita yang mengagungkan Tuhan dan memperlihatkan bahwa pada akhirnya Dialah Pemenang, Pengasih, Pengampun, dan sebagainya akan menghasilkan klimaks yang mengesankan. Yang terakhir yang tidak kalah penting dalam menata klimaks adalah teknik penyampaian yang mendukung. Klimaks tidak akan pernah tercapai tanpa panduan kata, mata, wajah, perasaan dan gerak tubuh yang menopang dengan baik. Jika plot cerita sudah menuju klimaks dan ketegangan yang disebabkan adanya kontradiksi terpelihara dengan baik, maka penyampaian cerita juga harus bergerak setara dengan kedua hal di atas, sehingga kekuatan cerita dapat menuju klimaks. PENUTUP CERITA Banyak pencerita mempersiapkan pendahuluan dengan baik, tetapi mungkin sedikit yang mempersiapkan bagian penutup dengan matang. Sebenarnya penutup cerita sama pentingnya (jika tidak mau dikatakan jauh lebih penting) dari pada pendahuluan cerita. Karena sewaktu aplikasi cerita berlangsung, anak-anak sudah mengetahui dan merasakan apa yang diinginkan oleh kebenaran Allah dari diri mereka dan pada bagian penutup cerita si pencerita menghimbau, membujuk, mendorong mereka untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak Allah. Penutup cerita yang lemah seringkali melumpuhkan kekuatan cerita yang baik sehingga tujuan cerita tidak tercapai. Mengingat pentingnya hal ini seorang pencerita sepatutnya memberikan perhatian yang serius pada bagian penutup. Untuk membuat penutup cerita yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pada dasarnya penutup cerita harus mencakup inti sari tujuan cerita, sehingga berita cerita tersebut benar-benar dimengerti dan diingat oleh anak-anak. Kemudian penutup harus jelas. Penutup tidak perlu panjang, kurang lebih hanya 5 % dari waktu keseluruhan. Semakin panjang suatu penutup semakin menurun konsentrasi anak, karena hal yang paling menarik telah diperoleh pada bagian klimaks dan fisik anak juga tidak menunjang lagi karena mereka memiliki batas konsentrasi. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa penutup tidak boleh mengandung gagasan atau pokok pikiran yang baru yang akan melemahkan tujuan cerita kita dan akan membingungkan anak yang akan mendengar. Plot cerita dari pendahuluan sampai penutup harus merupakan keterpaduan. Terakhir penutup harus mengandung tantangan kepada anak-anak yang mendengar untuk memberi respons pada kehendak Allah. Anak-anak harus merasa bahwa cerita itu adalah untuk dirinya pribadi dan ia merasakan adanya suatu desakan untuk mengambil sikap atau keputusan kepada Allah yang telah berbicara kepadanya. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Veritas -- Jurnal Teologi dan Pelayanan, Volume I, Jilid I (April 2000) Pengarang : Benny Solihin Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2000 Halaman : 86 - 92 ********************************************************************** o/ TIPS MENGAJAR (1) TRIK MEMBUAT ANAK-ANAK TENANG SELAMA BERCERITA ============================================== Gangguan utama saat guru melaksanakan tugas bercerita adalah adanya beberapa anak tertentu yang "gelisah" atau memang "nakal" sehingga menganggu cerita. Apalagi jika cerita (disampaikan dengan) kurang menarik. Namun, beberapa trik untuk mengatasi hal itu dapat dilakukan, seperti: 1. Simulasi Kunci Mulut -------------------- Sebelum cerita diberikan, buatlah suatu acara "penguncian mulut" secara menarik. Mintalah supaya anak-anak mengikuti gerakan guru. Pertama, gerakan "mengunci mulut" (dengan tanpa suara). Kemudian diteruskan dengan gerakan "memasukkan kunci tersebut ke dalam saku". 2. Ikrar Bersama ------------- Sebelum cerita, ajaklah anak-anak untuk mengucapkan suatu ikrar yang berisi kesediaan untuk mendengar Firman Tuhan dengan tenang. Tentu saja, pilih ikrar yang singkat dan mudah dihafal. Misalnya, diambil dari satu ayat atau dari satu baris teks lagu, misal: "Saya siap dan sedia mendengarkan Firman Tuhan dengan tenang." Jika anak-anak berisik mintalah mengulang lagi ikrar yang sudah dihafal di awal cerita. 3. Lomba Pendengar Setia --------------------- Bagilah anak-anak dalam kelompok. Jadikan anak yang paling nakal/ cerewet sebagai ketua kelompok. Tugas ketua kelompok adalah menjaga agar kelompoknya tenang selama guru bercerita. Lombakan! Kelompok mana yang paling tenang selama cerita diberikan. 4. Kuis Cobalah Tebak ------------------ Buatlah kuis di awal acara cerita. Jawaban dari kuis tersebut akan ditanyakan pada akhir cerita. Anak-anak harus mendengarkan dengan tekun untuk mengetahui "jawaban" dari kuis tersebut. Buatlah kuis yang agak sulit sehingga anak-anak perlu serius mendengarkan cerita dari guru. 5. Mendekati Anak yang Gelisah --------------------------- Mungkin sewaktu guru bercerita ada anak tertentu yang gelisah dan biasanya mulai menganggu temannya. Guru dapat mendekati dia dengan tetap bercerita, namun kali ini tataplah mata anak tersebut. Seolah-olah guru sedang bercerita hanya kepada anak tersebut (beberapa saat). Biasanya ia akan tenang karena sadar ia diperhatikan gurunya dengan sangat istimewa. Bila anak lain gelisah lakukan lagi cara yang sama. Tentu saja guru harus mengatur agar guru tidak mendekati anak tersebut secara tidak sadar. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Mengajar Sekolah Minggu yang Kreatif Pengarang : Drs. Paulus Lie Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1997 Halaman : 32 - 34 ********************************************************************** o/ TIPS MENGAJAR (2) CARA MEMBAWAKAN SEBUAH CERITA ============================= Latihlah lebih dahulu membawakan cerita di rumah sehingga Anda benar- benar hafal dan kenal dengan setiap kejadian dan maksudnya cerita yang dibawakan itu. Fahamilah cerita itu sedemikian baiknya sehingga Anda dapat menceritakannya seolah-olah Anda benar-benar ada ketika kejadian itu berlangsung. Nilailah kecakapan Anda dengan pertanyaan di bawah ini: 1. Apakah gagasannya disajikan secara jelas? ----------------------------------------- Setiap kejadian harus dimengerti secara jelas supaya tidak menimbulkan pertanyaan dalam pikiran para murid. Semua keterangan yang perlu untuk memperoleh pengertian pada bagian-bagian selanjutnya dari cerita itu harus disajikan pada saat yang tepat. Janganlah Anda sekali-kali berkata, "Oh, saya lupa menyampaikan hal ini kepada kalian." 2. Apakah Anda memakai percakapan? ------------------------------- Pergunakan sebanyak mungkin percakapan secara langsung (interaksi). Usahakanlah untuk melukiskan perasaan setiap karakter melalui gaya pengucapan. Anda boleh menghafalkan kata- kata yang tepat dalam percakapan langsung. 3. Apakah cerita itu meyakinkan? ----------------------------- Cerita itu harus jelas bagi Anda kalau Anda menghendaki agar cerita itu jelas bagi orang lain. Jika cerita itu bernada ceria, Anda harus ikut juga bergembira; jikalau cerita itu sedih setiap murid yang ada dalam kelas Anda juga ikut bersedih bersama Anda. Lebih baik menggerakkan perasaan daripada suara yang keras. Pakailah gerakan yang sederhana untuk menggambarkan suatu adegan. Pandanglah ke atas ke arah sebuah pohon seolah-olah Anda betul- betul melihat Zakheus sedang turun dari pohon itu. 4. Apakah cerita itu memberikan suatu tujuan tertentu? --------------------------------------------------- Pilih dan bawakanlah cerita Anda dengan cara sedemikian rupa sehingga cerita itu menjelaskan tujuan dan pelajaran seluruhnya. Bahan dikutip dari sumber: Judul Buku: Pola Mengajar Sekolah Minggu Pengarang : Mavis L. Anderson Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1993 Halaman : 52 - 53 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR Berikut ini cerita yang dapat Anda gunakan untuk bahan mengajar yang menarik. Selamat bercerita! MENARA BABEL ============ Untuk Pembina: -------------- 1. Bacalah Kejadian 11:1-11 . 2. Pelajarilah ayat-ayat itu. 3. Siap bercerita! Bacakan: -------- Kejadian 11:4-7 Cerita: ------- Bertahun-tahun sesudah banjir besar (Cerita tentang Nuh), hanya ada satu bahasa di dunia ini. Semua orang berbicara dalam bahasa yang sama. Allah menyuruh mereka mengisi seluruh dunia, tetapi mereka hanya tinggal tetap di satu daerah. Mereka berkata, "Ayo, kita membuat batu bata dan membakarnya sampai keras. Mari kita mendirikan kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit supaya kita termasyhur dan tidak tercerai berai di seluruh bumi." Mereka sombong. Allah menghukum mereka oleh karena mereka tidak taat. Allahlah yang membuat berbagai bahasa sehingga pembicaraan mereka menjadi kacau satu dengan yang lainnya. Semua orang yang berbicara dalam satu bahasa berkumpul di satu tempat. Masing-masing kelompok berbicara dengan bahasa yang berbeda, sehingga bangunan itu tidak dapat mereka selesaikan. Allah mengacaukan usaha mereka. Dalam waktu singkat manusia menjadi sombong. Allah akan menghukum kejahatan. Allah akan menjatuhkan orang-orang yang sombong. Tanyakan kepada Murid-murid: ---------------------------- Sifat-sifat Allah yang mana yang dinyatakan dalam cerita ini? Bagaimana sifat-sifat itu dijelaskan? Sifat-sifat Allah dalam Cerita Ini: ----------------------------------- 1. Allah itu Maha-tahu -- Allah mengetahui pikiran dan perbuatan manusia. 2. Allah itu Maha-suci -- Orang-orang ingin dipuji dan menjadi penting. Mereka menjadi sombong, lalu Allah menghukum dosa mereka yaitu dosa kesombongan. Alat Peraga: ------------ Carilah gambar menara Babel atau ajaklah murid-murid menggambar menara sendiri. Bahan diringkas dari sumber: Judul Buku: Sampaikan Cerita Keselamatan: Menyatakan Sifat-sifat Allah dan Kebenaran-Nya Pengarang : Dell dan Rachel Schultz Penerbit : Lembaga Literatur Babtis, Bandung, 1994 Halaman : 41 - 43 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: jimmy okberto <jimmyokberto@> >Salam Damai Yesus Kristus, >Terima kasih atas hadirnya PEPAK. Banyak membantu kami sebagai >pelayan untuk menambah pengetahuan dan kreativitas sebagai pelayan >Anak. Redaksi: Surat di atas adalah tanggapan dari Sdr. Jimmy Okberto mengenai situs PEPAK. Puji Tuhan jika situs PEPAK dapat menjadi berkat bagi pelayanan Anda. Bagi rekan-rekan e-BinaAnak yang belum mengunjungi Situs PEPAK, silakan akses alamatnya di: ==> hhtp://www.sabda.org/pepak/ Kami menunggu tanggapan, saran, dan ide dari Anda mengenai situs PEPAK ini. Segera kunjungi situsnya ...!!! :) ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ ********************************************************************** Staf Redaksi: Oeni, Davida, Ratnasari Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |