Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/10 |
|
e-Leadership edisi 10 (6-10-2006)
|
|
Edisi Oktober 2006 ==================================**================================== Milis Publikasi e-LEADERSHIP **** Topik: Aspek Kepemimpinan: Mentoring ==================================**================================== MENU SAJI EDITORIAL : Pemimpin dan Mentor ARTIKEL (1) : Pemimpin Sebagai Mentor ARTIKEL (2) : Penggunaan Mentor TIPS KEPEMIMPINAN : Kepemimpinan yang Dilakukan Yesus DARI HATI KE HATI : Tanggapan untuk Sdr. David H.P. STOP PRESS : Kuesioner untuk Anggota e-Leadership ==================================**================================== EDITORIAL -*- Pemimpin dan Mentor -*- Setelah pada edisi lalu dibahas tentang `Penetapan Tujuan`, aspek kepemimpinan yang dibahas kali ini adalah `Mentoring`. Aspek ini penting dalam kepemimpinan Kristen, terutama karena pada hakikatnya tugas seorang pemimpin bukanlah untuk menciptakan pengikut melainkan melahirkan seorang pemimpin baru. Maka dari itu, sebagai seorang pemimpin, teladan dan bimbingan yang benar sangat dibutuhkan. Keselarasan antara firman Tuhan dengan prinsip yang digunakan sangat penting untuk diperhatikan. Lewat edisi kali ini, harapan kami adalah kiranya Anda sebagai pemimpin dapat beroleh bekal untuk memimpin dan menjadi mentor bagi bawahan dan pengikut Anda, sebagai calon pemimpin-pemimpin baru yang handal, dan berkenan di hadapan Tuhan. Bagi Anda yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin, selamat belajar. Staf Redaksi e-Leadership, Lanny " ... dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu," (Titus 2:7) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Titus+2:7 > ==================================**================================= KUNCI MENGEMBANGKAN ORANG ADALAH MENDAPATI KETIKA MEREKA MELAKUKAN SESUATU DENGAN BENAR (Ken Blanchard dan Spencer Johnson - The One Minute Manager) ==================================**================================== ARTIKEL -*- PEMIMPIN SEBAGAI MENTOR -*- "Setiap pemimpin cenderung memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin." Observasi ini terdengar sederhana, namun memiliki implikasi penting, khususnya terhadap pengembangan kepemimpinan. Mari kita baca sekali lagi: setiap pemimpin cenderung memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin. Dengan kata lain, prinsip, pola, dan perilaku kepemimpinan seseorang lebih banyak ditentukan oleh orang-orang yang dahulu pernah menjadi pemimpinnya dibanding dengan, misalnya, buku yang pernah ia baca, program pelatihan yang pernah ia ikuti, seminar yang pernah ia hadiri, dan seterusnya. Jika seorang pemimpin tidak memiliki mentor dengan prinsip, pola, dan perilaku kepemimpinan yang baik, kemungkinan besar ia juga tidak akan menjadi pemimpin yang baik. Tidak heran kita terus-menerus dikecewakan oleh pemimpin dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tiran menghasilkan tiran. Manipulator menghasilkan manipulator. Namun, sebaliknya juga benar, pemimpin-pelayan menghasilkan pemimpin-pelayan. Memang, pemimpin dapat memimpin berdasarkan sikap natural yang inheren dalam dirinya, atau berdasarkan program pelatihan kepemimpinan yang ia ikuti, atau bahkan buku yang ia baca. Namun, kemungkinan dari semua itu sangat kecil dibanding yang pertama, yaitu kecenderungan memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin. Timotius adalah seorang yang dipakai Allah untuk menjadi pemimpin gereja-Nya sebagai generasi penerus Paulus. Ia masih muda menurut standar sosial Yahudi pada waktu itu (komentator memperkirakan usianya sekitar 30-40 tahun). Ia memiliki sifat pemalu dan kurang percaya diri (1Korintus 16:10; 1Timotius 4:12). Dan ia sakit- sakitan, khususnya gangguan perut (1Timotius 5:23). Pendek kata, ia bukan tipe pemimpin yang hebat menurut standar dunia. Namun, Allah memakai Timotius di balik berbagai kelemahannya. Bahkan Allah telah mempersiapkan Timotius dari sejak ia masih sangat muda. Neneknya, Lois, dan ibunya, Eunike, memberi pengaruh yang besar dalam imannya kepada Allah. Fondasi iman telah tertanam dalam diri Timotius semenjak kecil. Dan setelah fondasi itu diletakkan, ia siap untuk menjalani proses pengembangan kepemimpinan yang menjadi perpaduan yang indah antara faktor manusiawi dan ilahi. Faktor Manusiawi ---------------- Dalam perjalanan misi Paulus yang kedua, Timotius diajak untuk pergi dari Listra, kota kediamannya, dan ikut dalam perjalanan misi Paulus ke berbagai tempat mulai dari Makedonia, Akhaya, Efesus, Korintus, Asia Kecil, dan Yerusalem. Bahkan ia juga bersama Paulus saat Paulus pertama kali mengalami pemenjaraan (Filipi 1:1; Kolose 1:1; Filipi 1:1). Proses pemberdayaan ini berlanjut dengan Paulus memercayakan Timotius untuk menangani tiga tugas gereja yang tidak mudah: di Tesalonika (1Tesalonika 3:1-10), di Korintus (1Korintus 4:16,17, 16:10,11), dan di Filipi (Filipi 2:19-24). Bahkan ia juga berkolaborasi dengan Paulus dalam menulis enam surat kepada jemaat (1 dan 2 Tesalonika, 2Korintus, Kolose, Filemon, dan Filipi). Dan Timotius taat belajar di bawah Paulus. Relasi afektif antara Paulus dan Timotius berjalan kurang lebih dua puluh tahun, dari sejak pertama kali Paulus bertemu dengan Timotius di Listra (sekitar tahun 46-48) sampai dengan pemenjaraan kedua Paulus di Roma menjelang kematiannya (sekitar tahun 67-68). Timotius belajar dari Paulus segala sesuatu yang perlu ia ketahui untuk menjadi pemimpin-pelayan yang berkenan bagi Allah dan berpadanan dengan panggilan Injil. Ia telah meneladani ajaran, cara hidup, pendirian, iman, kesabaran, kasih, dan ketekunan Paulus, bahkan bersama-sama merasakan penderitaan dan aniaya dengan Paulus (2Timotius 2:10,11). Bagaimana Anda memimpin orang lain sebagian besar ditentukan oleh bagaimana Anda pernah dipimpin. Siapakah yang Anda teladani sebagai pemimpin? Apakah prinsip, pola, dan perilaku kepemimpinannya selaras dengan firman Tuhan? Jika ada orang yang Allah pakai dalam hidup Anda untuk menjadi mentor seperti Paulus terhadap Timotius, bersyukurlah kepada-Nya. Doakan orang tersebut. Dan berdoalah agar Anda dapat meneruskan pola tersebut dengan menjadi mentor yang baik bagi calon-calon pemimpin lain. Fungsi pemimpin bukan menciptakan pengikut, tapi melahirkan pemimpin. Keberadaan pemimpin bukan untuk membuat generasi pengikut yang selalu berada dalam bayang-bayangnya. Bukan untuk kloning pengikut. Namun, pemimpin ada untuk melahirkan para pemimpin baru yang bahkan lebih baik dari dirinya. Proses ini sulit dan kompleks. Bukan hanya membutuhkan pengorbanan pribadi dari sisi waktu, tenaga, pemikiran, dan sumber daya lain, namun juga kerendahan hati untuk rela menelurkan pemimpin baru yang lebih kapabel dari dirinya sendiri. Sayangnya, banyak pemimpin yang melakukan mentoring dengan gaya guru kungfu. Ilmu yang tertinggi tidak pernah diajarkan karena sang guru khawatir hidupnya akan terancam oleh kelihaian muridnya. Dengan demikian, si murid tidak akan pernah berada pada level yang sama dengan sang guru. Apalagi pada level yang lebih tinggi! Faktor Ilahi ------------ Timotius bukan saja memiliki Paulus sebagai mentor yang berkualitas dan rela membagi hidupnya (dalam arti literal), namun ia juga memiliki karunia yang Allah percayakan kepadanya. Paulus menasihati Timotius untuk "mengobarkan" karunia tersebut (2Timotius 1:6). Analogi yang tepat untuk mengerti kata "mengobarkan" di sini adalah upaya mengipas-ngipas nyala api yang hampir padam agar menyala-nyala kembali. Namun, ini tidak berarti Timotius sedang kehilangan iman. Tetapi bahwa dalam keterbatasannya, Timotius harus terus ingat untuk menggunakan dan menerapkan karunianya, atau karunia tersebut akan mubazir. Kepemimpinan Kristen pada dasarnya adalah kepemimpinan berdasarkan karunia yang Allah berikan kepada para hamba-Nya. Kepemimpinan Kristen memang akan lebih efektif bila memanfaatkan dengan selektif segala pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kepemimpinan yang ada. Namun, kepemimpinan Kristen adalah sebuah karunia. Paulus menaruh kepemimpinan dalam daftar karunia rohani di surat Roma 12:8. Jika kita melalaikan hal ini, kepemimpinan yang dijalankan akan sangat mudah menjadi kepemimpinan sekuler, kepemimpinan yang mengandalkan diri sendiri dan menanggalkan Allah. Namun, jika kita selalu ingat bahwa kepemimpinan adalah sebuah karunia dari Allah, kita akan senantiasa bersandar pada Roh Allah dalam menjalankan fungsi kepemimpinan kita. Dan tidak memiliki satu pun alasan untuk menyombongkan diri. Itu sebabnya, Paulus menulis agar Timotius bersandar pada Roh Allah yang membangkitkan tiga hal: kekuatan, kasih, dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya yang berat di gereja Efesus. Roh yang membangkitkan kekuatan untuk berani berhadapan dengan guru-guru palsu yang muncul dari dalam gereja. Roh yang membangkitkan kasih akan umat Allah yang memotivasi Timotius untuk menghadapi berbagai risiko disalah mengerti, dikhianati, dan seterusnya. Dan Roh yang membangkitkan ketertiban (lebih tepatnya, "soundmindedness" atau pikiran yang terang/sistematis) untuk menjaga Timotius dari berbagai ajaran palsu dan tidak sehat yang muncul di sekitarnya. Dengan bersandar pada Roh Allah, pemimpin Kristen dipersiapkan untuk berhadapan dengan segala macam bentuk tantangan, kesulitan, dan bahaya kepemimpinan. Bahkan kematian sekalipun. Harmonisasi ----------- Faktor manusiawi dan ilahi bekerja bersama dalam proses pengembangan kepemimpinan dalam diri calon pemimpin Kristen. Sungguh suatu hal yang indah! Inilah cara yang Allah pilih untuk mempersiapkan Timotius, dan banyak pemimpin Kristen lainnya dari zaman ke zaman. Jika hanya berfokus kepada faktor ilahi, kita akan kehilangan relevansi dengan realita dunia di mana kita mencoba memimpin. Karena setiap orang yang Allah berikan secara khusus dalam hidup kita, diberikan dengan maksud tertentu. Seorang mentor sangat berperan dalam membentuk hidup seseorang. Juga setiap peristiwa dan setiap pengalaman yang Allah izinkan untuk kita alami, tidak terjadi secara kebetulan. Jika kita berfokus kepada faktor duniawi, kita akan kehilangan substansi dari kepemimpinan yang coba kita jalankan. Dan perlahan- lahan kita akan kehilangan arti dan arah dari kepemimpinan tersebut. Namun, kalau kedua faktor tersebut kita pertahankan, kita akan meneruskan pola kepemimpinan Kristus, yang diturunkan kepada Paulus, lalu kepada Timotius, lalu kepada orang-orang yang Allah pakai dari generasi ke generasi menjadi pemimpin-pelayan. Sumber diedit dari: Judul buku : Kepemimpinan Kristen Judul bab : Pemimpin sebagai Mentor Penulis : Sendjaya Penerbit : Kairos Books, Yogyakarta 2004 Halaman : 229--233 ==================================**================================== ARTIKEL (2) -*- PENGGUNAAN MENTOR -*- Penggunaan mentor telah menjadi kata yang banyak disebut-sebut sekarang ini. Meskipun demikian, hal itu benar-benar suatu konsep kuno, seorang diberi contoh oleh pembimbing yang lebih tua dan bijaksana, yang membantu anak didik yang lebih muda di sepanjang perjalanan. Yosua memiliki Musa sebagai mentornya. Elisa memiliki Elia. Timotius memiliki Paulus. Kami telah menemukan bahwa kebanyakan pemimpin muda rindu akan orang yang lebih tua, yang benar-benar bersedia dan tertarik untuk menyediakan telinga yang mau mendengar dan hati yang mau memahami, serta menasihati apa saja yang dapat diberikan orang tersebut dari pengalaman dan pengetahuannya mengenai Tuhan, kehidupan, dan manusia. Karena alasan ini, penggunaan mentor merupakan unsur kunci lain dalam Arrow Leadership Program. Setiap peserta, setelah satu minggu, diminta untuk mendapatkan seorang mentor berdasarkan pilihannya sendiri atau berhubungan dengan seorang mentor yang kami anjurkan. Kami memiliki satu daftar mentor yang potensial, yang telah setuju untuk melayani. Dan kami menanyakan mentor itu apakah dia mau bekerja dengan orang dari Arrow Program ini untuk masa satu setengah tahun mendatang. Para mentor datang dari berbagai kondisi dan keadaan. Ada yang pensiunan. Ada juga yang masih bekerja purnawaktu. Mereka terdiri dari pria dan wanita. Sebagian berasal dari latar belakang bisnis, yang lainnya dari bidang pelayanan, dari profesi-profesi kesehatan, dan ada yang kontraktor perumahan. Para mentor ini diharapkan untuk memperlengkapi peserta Arrow Program, dengan cara berbagi modal pemberian Tuhan bersama mereka. Modal itu bisa meliputi kebijaksanaan, informasi, pengalaman, kepercayaan, wawasan, hubungan, dan status. Penggunaan mentor bisa berlangsung dengan tingkat intensitas dan keterlibatan yang berbeda-beda. Bisa beraneka ragam mulai dari sangat hati-hati sampai ke sambil lalu. - Penggunaan mentor secara intensif akan melibatkan para mentor yang bisa menjadi pencipta murid, pembimbing rohani, dan pelatih. - Mentor yang bukan regular dapat merupakan konselor, guru, atau sponsor. - Mentor pasif bisa termasuk orang-orang yang bisa dicontoh entah dari sejarah atau dari kehidupan zaman sekarang.[1] Pandangan lain tentang proses ini diberikan oleh Edward Sellner, seorang teolog awam Katolik yang menulis buku "Mentoring". Untuk menunjukkan cara-cara lain di mana bimbingan bisa dilakukan, Sellner keluar dari konsep yang biasa, yaitu satu mentor untuk satu orang. Dia menulis satu bab tentang C.S. Lewis yang, sebagai seorang figur sastra, merupakan seorang mentor rohani jarak jauh bagi Sellner. Dia juga membahas konsep sejarah Celtic mengenai "sahabat jiwa". Dia percaya bahwa mimpi-mimpi bisa menjadi mentor bagi jiwa kita khususnya pada masa-masa transisi yang penting dalam hidup kita, sebagaimana Tuhan berbicara dari hati nurani kita. Sellner membuat daftar karakteristik yang dapat membantu kita mengenali seorang mentor kontemporer atau sahabat jiwa. - Kematangan, hikmat yang datang hanya bersama usia; - Rasa belas kasihan, kemampuan untuk mendengar orang lain tanpa mengeluarkan kata yang sifatnya menghakimi. - Rasa hormat yang sungguh-sungguh terhadap orang lain, terhadap cerita dan waktu mereka - suatu rasa hormat yang di mulai dengan refleksi terhadap kisah diri kita sendiri; - Kemampuan untuk menjaga hal-hal yang rahasia; - Pengungkapan diri, kemauan untuk membagikan bagian-bagian perjalanan diri sendiri bila sesuai dan kemauan untuk jujur; - Berlaku seperti seorang pakar yang terus-menerus merefleksikan pengalaman-pengalaman pribadi dan hubungan-hubungan dengan Tuhan; - Kemampuan untuk melihat gerakan-gerakan roh dan gerakan-gerakan hati. Sellner menggambarkan mentor sebagai "bidan", yaitu seorang yang secara mendalam terlibat dalam proses membantu orang lain "melahirkan sesuatu." Dia juga memperingatkan bahwa tak seorang pun sempurna dalam mewujudkan semua karakrer ini, dan bahwa akhirnya "orang harus melihat dalam hatinya sendiri dan kepada Tuhan yang berkarya melalui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kita."[2] Pelayanan mentor sering kali diremehkan, tidak hanya menyangkut manfaatnya bagi orang-orang yang lebih muda, tetapi juga menyangkut manfaatnya bagi sang mentor. Saya yakin bahwa banyak pemimpin senior mempertahankan kekuasaan karena mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan jika mereka menyingkir dan melepaskan kekuasaan. Akan tetapi, salah satu tanda dari kematangan adalah peralihan dari gaya berkuasa kepada gaya hikmat, dengan mengingat Amsal yang mengatakan, "rambut putih" melambangkan kebijaksanaan (lih. Ams. 16:31). Secara pribadi, saya telah menemukan kepuasan luar biasa dalam kelompok kecil pemimpin-pemimpin muda, di mana saya mendapat kehormatan untuk menjadi mentor. Mereka telah membuat saya tetap berpikiran tajam, tetap waspada, dan tetap bertumbuh. Saya telah belajar dari mereka sebanyak yang saya sudah dapat bagikan kepada mereka. Para pemimpin senior kadang-kadang takut menjadi mentor. Kami bertanya-tanya dalam hati apakah kami mempunyai banyak hal untuk dibagi. Kami tidak mempunyai hubungan dengan generasi yang lebih muda. Bisa saja kami merasa kurang cakap dalam hidup kami. Asalkan kami mau mengambil risiko, mau dikritik dan jujur, mau mendengarkan, dan mau membatalkan agenda-agenda pribadi, kami akan melihat bahwa pelayanan sebagai mentor merupakan salah satu sumbangan paling berarti dalam hidup kami. Menjadi mentor bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang lebih tua. Saya mendorong setiap orang, muda atau tua, awam atau pendeta: "Anda seharusnya menceritakan apa yang Anda ketahui kepada orang lain, minimal yang berusia sepuluh tahun lebih muda dari Anda. Dengan siapa Anda sedang melakukan hal itu?" Catatan kaki: ------------- 1. Banyak dari pemikiran dan praktik kami berkaitan dengan hubungan mentoring berdasarkan karya Paul Stanley dan Bobby Clinton. Di samping itu mereka pun secara aktif menciptakan proses mentoring kami, mereka telah menulis buku mengenai topik itu. Untuk mendapatkan wawasan mengenai bidang yang penting ini, lihat MENTOR: Anda Perlu Mentor dan Bersedia Menjadi Mentor oleh Paul Stanley dan J. Robert Clinton (Malang: Gandum Mas, 1996). 2. Edward Sellner, Mentoring: The Ministry of a Spiritual Kinship (Notre Dame, Indiana: Ave Maria Press, 1992), hlm. 76-79. Sumber diedit dari: Judul buku : Leaders On Leadership Judul bab : Membantu Para Pemimpin Bertumbuh Penulis : Leighton Ford Penerbit : Gandum Mas, Malang 2002 Halaman : 175--177 ==================================**================================== TIPS KEPEMIMPINAN -*- MENGGUNAKAN PRINSIP SATU LANGKAH -*- UNTUK MENGEMBANGKAN PARA PEMIMPIN Yesus Kristus menunjukkan satu pola kepemimpinan yang sederhana dan dapat direproduksi: Dia berkonsentrasi pada hal-hal yang kecil untuk mendapatkan hasil-hasil yang maksimal. Yesus memfokuskan pelayanan- Nya di dunia pada sekelompok kecil para pengikut terpilih yang berdoa dengan sungguh-sungguh. Dimuridkan oleh Anak Allah dan diberi kuasa oleh Roh Kudus, maka individu-individu ini mengubah dunia sementara mereka menyebarkan kabar baik tentang pengampunan, harapan, dan hidup yang kekal. Bagaimana Yesus melatih sekelompok kecil para pemimpin masa depan ini? Dia melakukannya langkah demi langkah. Meneladani--Aku melakukannya. "Datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah" (Mrk. 1:14). Membimbing--Aku melakukannya; engkau bersama-Ku. "Mari, ikutlah Aku" (Mrk. 1:17). Mengawasi--Engkau melakukannya, Aku besertamu. "Kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Mrk. 1:17). Memberi kuasa--Engkau melakukannya. "Ia menetapkan dua belas orang ... untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan" (Mrk. 3:14-15). Melipatgandakan--Engkau melakukannya, dan orang lain bersama engkau. "Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat" (Mrk. 6:7). Penerapan pada bagian ini jelas: bangunlah para pemimpin dan mereka akan membangun pelayanan. Bila Anda mau mengikuti pola Yesus, gereja Anda akan mengikuti jalan yang menghasilkan buah dan keefektifan. Seperti yang dikatakan John Maxwell, "Untuk menjadi efektif, kita harus menumbuhkan semuanya, memperlengkapi banyak orang, dan mengembangkan sedikit orang." Sumber diedit dari: Judul buku : On-Purpose Leadership (Kepemimpinan yang Efektif) Judul artikel : Menggunakan Prinsip Satu Langkah untuk Mengembangkan Para Pemimpin Penulis : Dale Galloway & Warren Bird Penerjemah : Meiliana Purnama Penerbit : Harvest Publication House (HPH), Jakarta 2003 Halaman : 69--70 ==================================**================================== JELAJAH -*- EQUIP -*- http://www.iequip.org "Equipping leaders to reach our world" adalah motto yang terpampang di halaman depan situs ini. Situs Equip khusus bergerak di bidang kepemimpinan Kristen dan mempunyai misi melengkapi para pemimpin Kristen secara efektif bagi pelayanan tubuh Kristus di seluruh dunia. Dalam situs yang didirikan oleh Dr. John C. Maxwell ini, Anda bisa menemukan artikel ataupun tulisan tentang kepemimpinan di menu "Tools and Resources". Menu "Leadership Q&A" menampilkan 15 pertanyaan atau permasalahan beserta jawabannya yang sering muncul dari pelatihan kepemimpinan yang diadakan di berbagai negara. Kumpulan artikel di bagian "Articles" dikelompokkan berdasarkan penulisnya, yaitu Doug Carter, Tim Elmore, dan Dr. John C. Maxwell. Sumber diambil dari: Publikasi ICW Edisi 1073 ==> http://www.sabda.org/publikasi/icw/1073/ ==================================**================================== DARI HATI KE HATI From: Tut Wuri Handayani <twh_yo(at)xxxx> >Untuk Sdr. David H.P. > >Dari surat yang dimuat di edisi e-Leadership bulan September, Anda >berkata bahwa Anda terpilih menjadi ketua persekutuan mahasiswa >tetapi Anda merasa tidak siap. Menurut saya Anda sangat beruntung >karena mendapat kesempatan untuk melatih diri menjadi seorang >pemimpin ketika Anda masih muda. Pergunakanlah kesempatan ini >dengan sebaik mungkin. Pada dasarnya kesiapan seorang pemimpin >bukanlah tergantung dari berapa banyak ia SUDAH belajar tapi dari >berapa banyak ia MAU belajar. Jika Anda sudah menyadari bahwa >selama ini hidup Anda hanya santai dan tidak memiliki beban >tanggung jawab yang besar, maka inilah saatnya Anda berubah dan >memacu diri. Tidak ada kesuksesan yang dicapai tanpa perjuangan, >terutama perjuangan melawan diri sendiri; melawan sifat dan >kebiasaan buruk yang ada dalam diri kita sendiri. >Kekurangan yang harus Anda prihatinkan paling besar saat ini >menurut saya adalah hubungan Anda pribadi dengan Tuhan. Ini akan >menjadi titik lemah Anda yang tidak tergantikan oleh apa pun >kecuali oleh Tuhan sendiri. Hubungan dengan Tuhan tidak bisa >diajarkan dari teori atau dengan pengetahuan saja tapi dengan >mulai bergaul akrab dengan Tuhan secara pribadi. Mulailah >menerapkan disiplin rohani dengan banyak merenungkan Firman Tuhan >dan berdoa serta membuat journaling (membuat catatan pribadi). >Lakukan dengan setia sehingga Anda membangun kehidupan rohani >yang indah dengan Tuhan dan belajarlah mengenal jalan-jalan-Nya. > >Hanya itu yang bisa saya berikan. Mudah-mudahan menolong. Tentang >artikel mungkin Redaksi e-Leadership bisa memberi masukan. Redaksi: Salam kenal untuk Sdri. Tut Wuri Handayani. Terima kasih banyak untuk tanggapan Anda terhadap surat pembaca yang kami muat di Kolom Dari Hati ke Hati y.l.. Kami percaya masukan Anda akan berguna tidak hanya bagi Sdr. David, tapi juga mereka yang membutuhkan. Tentang artikel kepemimpinan, silakan berkunjung ke situs Indo Lead yang menyediakan banyak sekali bahan-bahan yang berguna untuk melatih Anda menjadi seorang pemimpin Kristen yang baik. Alamat berkunjung di: ==> http://lead.sabda.org/ Selamat belajar menjadi pemimpin. ==================================**================================== STOP PRESS Dalam rangka meningkatkan pelayanan e-Leadership dan juga partisipasi anggota e-Leadership, maka Redaksi ingin mengumpulkan data, masukan, dan saran-saran dari para anggota. Karena itu, mohon kesediaannya mengisi dan mengembalikannya ke: < staf-leadership(at)sabda.org > --------------------------- potong di sini --------------------------- KUESIONER UNTUK ANGGOTA e-LEADERSHIP** ---------------------------------------------------------------------- Nama lengkap : Alamat e-mail : Tanggal lahir : Kota tempat tinggal : Pendidikan terakhir : Jurusan pendidikan : Status : belum menikah/menikah Pekerjaan : Keterampilan yang dimiliki: Gereja : Pelayanan : **Catt: Jawaban Anda ini nanti tidak akan kami publikasikan. 1. Apakah saat ini dalam pekerjaan/pelayanan Anda, Anda menduduki posisi sebagai pemimpin? Jika jawabannya ya, silakan pilih jawaban Anda berikut ini (bisa lebih dari satu jawaban): [ ] Anda hamba Tuhan dan pimpinan dalam gereja. [ ] Anda salah satu pimpinan bidang/komisi di gereja. [ ] Anda termasuk jajaran pimpinan dalam perusahaan umum. [ ] Anda termasuk jajaran pimpinan yayasan/organisasi Kristen. [ ] Anda termasuk jajaran pimpinan yayasan/organisasi sosial non-agamawi. [ ] Anda adalah pengajar/dosen/pembicara. [ ] Anda adalah penulis artikel/buku. [ ] Anda kepala rumah tangga. [ ] .... 2. Apakah Anda aktif menggunakan media internet? Jika jawabannya ya, silakan pilih jawaban Anda berikut ini (jawaban bisa lebih dari satu): [ ] Anda memiliki situs pribadi di alamat url: ........ [ ] Anda memiliki blog pribadi di alamat url: ........ [ ] Anda memiliki situs-situs favorit yang sering Anda kunjungi untuk mencari bahan tentang kepemimpinan, misalnya: ........ [ ] Anda tergabung dalam milis diskusi di: ......... [ ] Anda sering mengirimkan tulisan Anda ke situs/milis: ...... [ ] .... 3. Topik-topik apakah yang Anda butuhkan untuk menambah wawasan kepemimpinan Anda? [ ] .... [ ] .... [ ] .... [ ] .... 4. Apakah Anda bersedia berpartisipasi dalam Publikasi e-Leadership? Jika, ya, silakan cek jawaban pilihan Anda: [ ] Ingin mengirimkan kesaksian seputar kepemimpinan Kristen. [ ] Ingin mengirimkan artikel tentang kepemimpinan Kristen. [ ] .... 5. Saran, komentar dan masukan yang ingin Anda berikan bagi kemajuan Publikasi e-Leadership: 1. .... 2. .... ------------- kirim ke: < staf-leadership(at)sabda.org > ------------- ==================================**================================== Berlangganan : subscribe-i-kan-leadership(at)xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-leadership(at)xc.org Kontak e-Leadership: staf-leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead : http://lead.sabda.org/ ---------------------------------------------------------------------- Redaksi e-Leadership: Lanny, Yulia, Puji e-Leadership merupakan kerja sama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2006 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |