Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/10

e-Leadership edisi 10 (6-10-2006)

Aspek Kepemimpinan: Mentoring


                           Edisi Oktober 2006
==================================**==================================
                     Milis Publikasi e-LEADERSHIP
                                 ****
                 Topik: Aspek Kepemimpinan: Mentoring
==================================**==================================

  MENU SAJI

  EDITORIAL         : Pemimpin dan Mentor
  ARTIKEL (1)       : Pemimpin Sebagai Mentor
  ARTIKEL (2)       : Penggunaan Mentor
  TIPS KEPEMIMPINAN : Kepemimpinan yang Dilakukan Yesus
  DARI HATI KE HATI : Tanggapan untuk Sdr. David H.P.
  STOP PRESS        : Kuesioner untuk Anggota e-Leadership

==================================**==================================
EDITORIAL

                   -*- Pemimpin dan Mentor -*-

  Setelah pada edisi lalu dibahas tentang `Penetapan Tujuan`, aspek
  kepemimpinan yang dibahas kali ini adalah `Mentoring`. Aspek ini
  penting dalam kepemimpinan Kristen, terutama karena pada hakikatnya
  tugas seorang pemimpin bukanlah untuk menciptakan pengikut melainkan
  melahirkan seorang pemimpin baru. Maka dari itu, sebagai seorang
  pemimpin, teladan dan bimbingan yang benar sangat dibutuhkan.
  Keselarasan antara firman Tuhan dengan prinsip yang digunakan sangat
  penting untuk diperhatikan.

  Lewat edisi kali ini, harapan kami adalah kiranya Anda sebagai
  pemimpin dapat beroleh bekal untuk memimpin dan menjadi mentor bagi
  bawahan dan pengikut Anda, sebagai calon pemimpin-pemimpin baru yang
  handal, dan berkenan di hadapan Tuhan. Bagi Anda yang dipersiapkan
  untuk menjadi pemimpin, selamat belajar.

  Staf Redaksi e-Leadership,
  Lanny

          " ... dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan
             dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur
        dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu," (Titus 2:7)
              < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Titus+2:7 >

==================================**=================================

             KUNCI MENGEMBANGKAN ORANG ADALAH MENDAPATI
            KETIKA MEREKA MELAKUKAN SESUATU DENGAN BENAR
     (Ken Blanchard dan Spencer Johnson - The One Minute Manager)

==================================**==================================
ARTIKEL

                   -*- PEMIMPIN SEBAGAI MENTOR -*-

  "Setiap pemimpin cenderung memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin."

  Observasi ini terdengar sederhana, namun memiliki implikasi penting,
  khususnya terhadap pengembangan kepemimpinan. Mari kita baca sekali
  lagi: setiap pemimpin cenderung memimpin sebagaimana ia pernah
  dipimpin. Dengan kata lain, prinsip, pola, dan perilaku kepemimpinan
  seseorang lebih banyak ditentukan oleh orang-orang yang dahulu
  pernah menjadi pemimpinnya dibanding dengan, misalnya, buku yang
  pernah ia baca, program pelatihan yang pernah ia ikuti, seminar yang
  pernah ia hadiri, dan seterusnya.

  Jika seorang pemimpin tidak memiliki mentor dengan prinsip, pola,
  dan perilaku kepemimpinan yang baik, kemungkinan besar ia juga tidak
  akan menjadi pemimpin yang baik.

  Tidak heran kita terus-menerus dikecewakan oleh pemimpin dari satu
  generasi ke generasi berikutnya. Tiran menghasilkan tiran.
  Manipulator menghasilkan manipulator. Namun, sebaliknya juga benar,
  pemimpin-pelayan menghasilkan pemimpin-pelayan.

  Memang, pemimpin dapat memimpin berdasarkan sikap natural yang
  inheren dalam dirinya, atau berdasarkan program pelatihan
  kepemimpinan yang ia ikuti, atau bahkan buku yang ia baca. Namun,
  kemungkinan dari semua itu sangat kecil dibanding yang pertama,
  yaitu kecenderungan memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin.

  Timotius adalah seorang yang dipakai Allah untuk menjadi pemimpin
  gereja-Nya sebagai generasi penerus Paulus. Ia masih muda menurut
  standar sosial Yahudi pada waktu itu (komentator memperkirakan
  usianya sekitar 30-40 tahun). Ia memiliki sifat pemalu dan kurang
  percaya diri (1Korintus 16:10; 1Timotius 4:12). Dan ia sakit-
  sakitan, khususnya gangguan perut (1Timotius 5:23). Pendek kata, ia
  bukan tipe pemimpin yang hebat menurut standar dunia.

  Namun, Allah memakai Timotius di balik berbagai kelemahannya. Bahkan
  Allah telah mempersiapkan Timotius dari sejak ia masih sangat muda.
  Neneknya, Lois, dan ibunya, Eunike, memberi pengaruh yang besar
  dalam imannya kepada Allah. Fondasi iman telah tertanam dalam diri
  Timotius semenjak kecil. Dan setelah fondasi itu diletakkan, ia siap
  untuk menjalani proses pengembangan kepemimpinan yang menjadi
  perpaduan yang indah antara faktor manusiawi dan ilahi.

  Faktor Manusiawi
  ----------------
  Dalam perjalanan misi Paulus yang kedua, Timotius diajak untuk pergi
  dari Listra, kota kediamannya, dan ikut dalam perjalanan misi Paulus
  ke berbagai tempat mulai dari Makedonia, Akhaya, Efesus, Korintus,
  Asia Kecil, dan Yerusalem. Bahkan ia juga bersama Paulus saat Paulus
  pertama kali mengalami pemenjaraan (Filipi 1:1; Kolose 1:1; Filipi
  1:1).

  Proses pemberdayaan ini berlanjut dengan Paulus memercayakan
  Timotius untuk menangani tiga tugas gereja yang tidak mudah: di
  Tesalonika (1Tesalonika 3:1-10), di Korintus (1Korintus 4:16,17, 16:10,11), dan di Filipi (Filipi 2:19-24). Bahkan ia juga
  berkolaborasi dengan Paulus dalam menulis enam surat kepada jemaat
  (1 dan 2 Tesalonika, 2Korintus, Kolose, Filemon, dan Filipi). Dan
  Timotius taat belajar di bawah Paulus.

  Relasi afektif antara Paulus dan Timotius berjalan kurang lebih dua
  puluh tahun, dari sejak pertama kali Paulus bertemu dengan Timotius
  di Listra (sekitar tahun 46-48) sampai dengan pemenjaraan kedua
  Paulus di Roma menjelang kematiannya (sekitar tahun 67-68). Timotius
  belajar dari Paulus segala sesuatu yang perlu ia ketahui untuk
  menjadi pemimpin-pelayan yang berkenan bagi Allah dan berpadanan
  dengan panggilan Injil. Ia telah meneladani ajaran, cara hidup,
  pendirian, iman, kesabaran, kasih, dan ketekunan Paulus, bahkan
  bersama-sama merasakan penderitaan dan aniaya dengan Paulus
  (2Timotius 2:10,11).

  Bagaimana Anda memimpin orang lain sebagian besar ditentukan oleh
  bagaimana Anda pernah dipimpin. Siapakah yang Anda teladani sebagai
  pemimpin? Apakah prinsip, pola, dan perilaku kepemimpinannya selaras
  dengan firman Tuhan?

  Jika ada orang yang Allah pakai dalam hidup Anda untuk menjadi
  mentor seperti Paulus terhadap Timotius, bersyukurlah kepada-Nya.
  Doakan orang tersebut. Dan berdoalah agar Anda dapat meneruskan pola
  tersebut dengan menjadi mentor yang baik bagi calon-calon pemimpin
  lain.

  Fungsi pemimpin bukan menciptakan pengikut, tapi melahirkan
  pemimpin. Keberadaan pemimpin bukan untuk membuat generasi pengikut
  yang selalu berada dalam bayang-bayangnya. Bukan untuk kloning
  pengikut. Namun, pemimpin ada untuk melahirkan para pemimpin baru
  yang bahkan lebih baik dari dirinya. Proses ini sulit dan kompleks.
  Bukan hanya membutuhkan pengorbanan pribadi dari sisi waktu, tenaga,
  pemikiran, dan sumber daya lain, namun juga kerendahan hati untuk
  rela menelurkan pemimpin baru yang lebih kapabel dari dirinya
  sendiri.

  Sayangnya, banyak pemimpin yang melakukan mentoring dengan gaya guru
  kungfu. Ilmu yang tertinggi tidak pernah diajarkan karena sang guru
  khawatir hidupnya akan terancam oleh kelihaian muridnya. Dengan
  demikian, si murid tidak akan pernah berada pada level yang sama
  dengan sang guru. Apalagi pada level yang lebih tinggi!

  Faktor Ilahi
  ------------
  Timotius bukan saja memiliki Paulus sebagai mentor yang berkualitas
  dan rela membagi hidupnya (dalam arti literal), namun ia juga
  memiliki karunia yang Allah percayakan kepadanya. Paulus menasihati
  Timotius untuk "mengobarkan" karunia tersebut (2Timotius 1:6).

  Analogi yang tepat untuk mengerti kata "mengobarkan" di sini adalah
  upaya mengipas-ngipas nyala api yang hampir padam agar menyala-nyala
  kembali. Namun, ini tidak berarti Timotius sedang kehilangan iman.
  Tetapi bahwa dalam keterbatasannya, Timotius harus terus ingat untuk
  menggunakan dan menerapkan karunianya, atau karunia tersebut akan
  mubazir.

  Kepemimpinan Kristen pada dasarnya adalah kepemimpinan berdasarkan
  karunia yang Allah berikan kepada para hamba-Nya. Kepemimpinan
  Kristen memang akan lebih efektif bila memanfaatkan dengan selektif
  segala pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kepemimpinan yang
  ada. Namun, kepemimpinan Kristen adalah sebuah karunia. Paulus
  menaruh kepemimpinan dalam daftar karunia rohani di surat Roma 12:8.

  Jika kita melalaikan hal ini, kepemimpinan yang dijalankan akan
  sangat mudah menjadi kepemimpinan sekuler, kepemimpinan yang
  mengandalkan diri sendiri dan menanggalkan Allah. Namun, jika kita
  selalu ingat bahwa kepemimpinan adalah sebuah karunia dari Allah,
  kita akan senantiasa bersandar pada Roh Allah dalam menjalankan
  fungsi kepemimpinan kita. Dan tidak memiliki satu pun alasan untuk
  menyombongkan diri.

  Itu sebabnya, Paulus menulis agar Timotius bersandar pada Roh Allah
  yang membangkitkan tiga hal: kekuatan, kasih, dan ketertiban dalam
  menjalankan tugasnya yang berat di gereja Efesus. Roh yang
  membangkitkan kekuatan untuk berani berhadapan dengan guru-guru
  palsu yang muncul dari dalam gereja. Roh yang membangkitkan kasih
  akan umat Allah yang memotivasi Timotius untuk menghadapi berbagai
  risiko disalah mengerti, dikhianati, dan seterusnya. Dan Roh yang
  membangkitkan ketertiban (lebih tepatnya, "soundmindedness" atau
  pikiran yang terang/sistematis) untuk menjaga Timotius dari berbagai
  ajaran palsu dan tidak sehat yang muncul di sekitarnya.

  Dengan bersandar pada Roh Allah, pemimpin Kristen dipersiapkan untuk
  berhadapan dengan segala macam bentuk tantangan, kesulitan, dan
  bahaya kepemimpinan. Bahkan kematian sekalipun.

  Harmonisasi
  -----------
  Faktor manusiawi dan ilahi bekerja bersama dalam proses pengembangan
  kepemimpinan dalam diri calon pemimpin Kristen. Sungguh suatu hal
  yang indah! Inilah cara yang Allah pilih untuk mempersiapkan
  Timotius, dan banyak pemimpin Kristen lainnya dari zaman ke zaman.

  Jika hanya berfokus kepada faktor ilahi, kita akan kehilangan
  relevansi dengan realita dunia di mana kita mencoba memimpin. Karena
  setiap orang yang Allah berikan secara khusus dalam hidup kita,
  diberikan dengan maksud tertentu. Seorang mentor sangat berperan
  dalam membentuk hidup seseorang. Juga setiap peristiwa dan setiap
  pengalaman yang Allah izinkan untuk kita alami, tidak terjadi secara
  kebetulan.

  Jika kita berfokus kepada faktor duniawi, kita akan kehilangan
  substansi dari kepemimpinan yang coba kita jalankan. Dan perlahan-
  lahan kita akan kehilangan arti dan arah dari kepemimpinan tersebut.

  Namun, kalau kedua faktor tersebut kita pertahankan, kita akan
  meneruskan pola kepemimpinan Kristus, yang diturunkan kepada Paulus,
  lalu kepada Timotius, lalu kepada orang-orang yang Allah pakai dari
  generasi ke generasi menjadi pemimpin-pelayan.

  Sumber diedit dari:
  Judul buku    : Kepemimpinan Kristen
  Judul bab     : Pemimpin sebagai Mentor
  Penulis       : Sendjaya
  Penerbit      : Kairos Books, Yogyakarta 2004
  Halaman       : 229--233

==================================**==================================
ARTIKEL (2)

                      -*- PENGGUNAAN MENTOR -*-

  Penggunaan mentor telah menjadi kata yang banyak disebut-sebut
  sekarang ini. Meskipun demikian, hal itu benar-benar suatu konsep
  kuno, seorang diberi contoh oleh pembimbing yang lebih tua dan
  bijaksana, yang membantu anak didik yang lebih muda di sepanjang
  perjalanan. Yosua memiliki Musa sebagai mentornya. Elisa memiliki
  Elia. Timotius memiliki Paulus.

  Kami telah menemukan bahwa kebanyakan pemimpin muda rindu akan orang
  yang lebih tua, yang benar-benar bersedia dan tertarik untuk
  menyediakan telinga yang mau mendengar dan hati yang mau memahami,
  serta menasihati apa saja yang dapat diberikan orang tersebut dari
  pengalaman dan pengetahuannya mengenai Tuhan, kehidupan, dan
  manusia.

  Karena alasan ini, penggunaan mentor merupakan unsur kunci lain
  dalam Arrow Leadership Program. Setiap peserta, setelah satu minggu,
  diminta untuk mendapatkan seorang mentor berdasarkan pilihannya
  sendiri atau berhubungan dengan seorang mentor yang kami anjurkan.
  Kami memiliki satu daftar mentor yang potensial, yang telah setuju
  untuk melayani. Dan kami menanyakan mentor itu apakah dia mau
  bekerja dengan orang dari Arrow Program ini untuk masa satu setengah
  tahun mendatang.

  Para mentor datang dari berbagai kondisi dan keadaan. Ada yang
  pensiunan. Ada juga yang masih bekerja purnawaktu. Mereka terdiri
  dari pria dan wanita. Sebagian berasal dari latar belakang bisnis,
  yang lainnya dari bidang pelayanan, dari profesi-profesi kesehatan,
  dan ada yang kontraktor perumahan. Para mentor ini diharapkan untuk
  memperlengkapi peserta Arrow Program, dengan cara berbagi modal
  pemberian Tuhan bersama mereka. Modal itu bisa meliputi
  kebijaksanaan, informasi, pengalaman, kepercayaan, wawasan,
  hubungan, dan status.

  Penggunaan mentor bisa berlangsung dengan tingkat intensitas dan
  keterlibatan yang berbeda-beda. Bisa beraneka ragam mulai dari
  sangat hati-hati sampai ke sambil lalu.

  - Penggunaan mentor secara intensif akan melibatkan para mentor yang
    bisa menjadi pencipta murid, pembimbing rohani, dan pelatih.

  - Mentor yang bukan regular dapat merupakan konselor, guru, atau
    sponsor.

  - Mentor pasif bisa termasuk orang-orang yang bisa dicontoh entah
    dari sejarah atau dari kehidupan zaman sekarang.[1]

  Pandangan lain tentang proses ini diberikan oleh Edward Sellner,
  seorang teolog awam Katolik yang menulis buku "Mentoring". Untuk
  menunjukkan cara-cara lain di mana bimbingan bisa dilakukan, Sellner
  keluar dari konsep yang biasa, yaitu satu mentor untuk satu orang.
  Dia menulis satu bab tentang C.S. Lewis yang, sebagai seorang figur
  sastra, merupakan seorang mentor rohani jarak jauh bagi Sellner. Dia
  juga membahas konsep sejarah Celtic mengenai "sahabat jiwa". Dia
  percaya bahwa mimpi-mimpi bisa menjadi mentor bagi jiwa kita
  khususnya pada masa-masa transisi yang penting dalam hidup kita,
  sebagaimana Tuhan berbicara dari hati nurani kita.

  Sellner membuat daftar karakteristik yang dapat membantu kita
  mengenali seorang mentor kontemporer atau sahabat jiwa.

  - Kematangan, hikmat yang datang hanya bersama usia;

  - Rasa belas kasihan, kemampuan untuk mendengar orang lain tanpa
    mengeluarkan kata yang sifatnya menghakimi.

  - Rasa hormat yang sungguh-sungguh terhadap orang lain, terhadap
    cerita dan waktu mereka - suatu rasa hormat yang di mulai dengan
    refleksi terhadap kisah diri kita sendiri;

  - Kemampuan untuk menjaga hal-hal yang rahasia;

  - Pengungkapan diri, kemauan untuk membagikan bagian-bagian
    perjalanan diri sendiri bila sesuai dan kemauan untuk jujur;

  - Berlaku seperti seorang pakar yang terus-menerus merefleksikan
    pengalaman-pengalaman pribadi dan hubungan-hubungan dengan Tuhan;

  - Kemampuan untuk melihat gerakan-gerakan roh dan gerakan-gerakan
    hati.

  Sellner menggambarkan mentor sebagai "bidan", yaitu seorang yang
  secara mendalam terlibat dalam proses membantu orang lain
  "melahirkan sesuatu." Dia juga memperingatkan bahwa tak seorang pun
  sempurna dalam mewujudkan semua karakrer ini, dan bahwa akhirnya
  "orang harus melihat dalam hatinya sendiri dan kepada Tuhan yang
  berkarya melalui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
  kita."[2]

  Pelayanan mentor sering kali diremehkan, tidak hanya menyangkut
  manfaatnya bagi orang-orang yang lebih muda, tetapi juga menyangkut
  manfaatnya bagi sang mentor. Saya yakin bahwa banyak pemimpin senior
  mempertahankan kekuasaan karena mereka tidak tahu apa yang akan
  mereka lakukan jika mereka menyingkir dan melepaskan kekuasaan. Akan
  tetapi, salah satu tanda dari kematangan adalah peralihan dari gaya
  berkuasa kepada gaya hikmat, dengan mengingat Amsal yang mengatakan,
  "rambut putih" melambangkan kebijaksanaan (lih. Ams. 16:31). Secara
  pribadi, saya telah menemukan kepuasan luar biasa dalam kelompok
  kecil pemimpin-pemimpin muda, di mana saya mendapat kehormatan untuk
  menjadi mentor. Mereka telah membuat saya tetap berpikiran tajam,
  tetap waspada, dan tetap bertumbuh. Saya telah belajar dari mereka
  sebanyak yang saya sudah dapat bagikan kepada mereka.

  Para pemimpin senior kadang-kadang takut menjadi mentor. Kami
  bertanya-tanya dalam hati apakah kami mempunyai banyak hal untuk
  dibagi. Kami tidak mempunyai hubungan dengan generasi yang lebih
  muda. Bisa saja kami merasa kurang cakap dalam hidup kami. Asalkan
  kami mau mengambil risiko, mau dikritik dan jujur, mau mendengarkan,
  dan mau membatalkan agenda-agenda pribadi, kami akan melihat bahwa
  pelayanan sebagai mentor merupakan salah satu sumbangan paling
  berarti dalam hidup kami.

  Menjadi mentor bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang lebih
  tua. Saya mendorong setiap orang, muda atau tua, awam atau pendeta:
  "Anda seharusnya menceritakan apa yang Anda ketahui kepada orang
  lain, minimal yang berusia sepuluh tahun lebih muda dari Anda.
  Dengan siapa Anda sedang melakukan hal itu?"

  Catatan kaki:
  -------------
  1. Banyak dari pemikiran dan praktik kami berkaitan dengan hubungan
     mentoring berdasarkan karya Paul Stanley dan Bobby Clinton. Di
     samping itu mereka pun secara aktif menciptakan proses mentoring
     kami, mereka telah menulis buku mengenai topik itu. Untuk
     mendapatkan wawasan mengenai bidang yang penting ini, lihat
     MENTOR: Anda Perlu Mentor dan Bersedia Menjadi Mentor oleh Paul
     Stanley dan J. Robert Clinton (Malang: Gandum Mas, 1996).

  2. Edward Sellner, Mentoring: The Ministry of a Spiritual Kinship
    (Notre Dame, Indiana: Ave Maria Press, 1992), hlm. 76-79.

  Sumber diedit dari:
  Judul buku    : Leaders On Leadership
  Judul bab     : Membantu Para Pemimpin Bertumbuh
  Penulis       : Leighton Ford
  Penerbit      : Gandum Mas, Malang 2002
  Halaman       : 175--177

==================================**==================================
TIPS KEPEMIMPINAN

               -*- MENGGUNAKAN PRINSIP SATU LANGKAH -*-
                  UNTUK MENGEMBANGKAN PARA PEMIMPIN

  Yesus Kristus menunjukkan satu pola kepemimpinan yang sederhana dan
  dapat direproduksi: Dia berkonsentrasi pada hal-hal yang kecil untuk
  mendapatkan hasil-hasil yang maksimal. Yesus memfokuskan pelayanan-
  Nya di dunia pada sekelompok kecil para pengikut terpilih yang
  berdoa dengan sungguh-sungguh. Dimuridkan oleh Anak Allah dan diberi
  kuasa oleh Roh Kudus, maka individu-individu ini mengubah dunia
  sementara mereka menyebarkan kabar baik tentang pengampunan,
  harapan, dan hidup yang kekal.

  Bagaimana Yesus melatih sekelompok kecil para pemimpin masa depan
  ini? Dia melakukannya langkah demi langkah.

  Meneladani--Aku melakukannya. "Datanglah Yesus ke Galilea
  memberitakan Injil Allah" (Mrk. 1:14).

  Membimbing--Aku melakukannya; engkau bersama-Ku. "Mari, ikutlah
  Aku" (Mrk. 1:17).

  Mengawasi--Engkau melakukannya, Aku besertamu. "Kamu akan Kujadikan
  penjala manusia" (Mrk. 1:17).

  Memberi kuasa--Engkau melakukannya. "Ia menetapkan dua belas orang
  ... untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk
  mengusir setan" (Mrk. 3:14-15).

  Melipatgandakan--Engkau melakukannya, dan orang lain bersama engkau.
  "Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua.
  Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat" (Mrk. 6:7).

  Penerapan pada bagian ini jelas: bangunlah para pemimpin dan mereka
  akan membangun pelayanan. Bila Anda mau mengikuti pola Yesus, gereja
  Anda akan mengikuti jalan yang menghasilkan buah dan keefektifan.
  Seperti yang dikatakan John Maxwell, "Untuk menjadi efektif, kita
  harus menumbuhkan semuanya, memperlengkapi banyak orang, dan
  mengembangkan sedikit orang."

  Sumber diedit dari:
  Judul buku    : On-Purpose Leadership (Kepemimpinan yang Efektif)
  Judul artikel : Menggunakan Prinsip Satu Langkah untuk Mengembangkan
                  Para Pemimpin
  Penulis       : Dale Galloway & Warren Bird
  Penerjemah    : Meiliana Purnama
  Penerbit      : Harvest Publication House (HPH), Jakarta 2003
  Halaman       : 69--70

==================================**==================================
JELAJAH

                            -*- EQUIP -*-
                        http://www.iequip.org

  "Equipping leaders to reach our world" adalah motto yang terpampang
  di halaman depan situs ini. Situs Equip khusus bergerak di bidang
  kepemimpinan Kristen dan mempunyai misi melengkapi para pemimpin
  Kristen secara efektif bagi pelayanan tubuh Kristus di seluruh
  dunia. Dalam situs yang didirikan oleh Dr. John C. Maxwell ini, Anda
  bisa menemukan artikel ataupun tulisan tentang kepemimpinan di menu
  "Tools and Resources". Menu "Leadership Q&A" menampilkan 15
  pertanyaan atau permasalahan beserta jawabannya yang sering muncul
  dari pelatihan kepemimpinan yang diadakan di berbagai negara.
  Kumpulan artikel di bagian "Articles" dikelompokkan berdasarkan
  penulisnya, yaitu Doug Carter, Tim Elmore, dan Dr. John C. Maxwell.

  Sumber diambil dari:
  Publikasi ICW Edisi 1073
  ==> http://www.sabda.org/publikasi/icw/1073/

==================================**==================================
DARI HATI KE HATI

   From: Tut Wuri Handayani <twh_yo(at)xxxx>

   >Untuk Sdr. David H.P.
   >
   >Dari surat yang dimuat di edisi e-Leadership bulan September, Anda
   >berkata bahwa Anda terpilih menjadi ketua persekutuan mahasiswa
   >tetapi Anda merasa tidak siap. Menurut saya Anda sangat beruntung
   >karena mendapat kesempatan untuk melatih diri menjadi seorang
   >pemimpin ketika Anda masih muda. Pergunakanlah kesempatan ini
   >dengan sebaik mungkin. Pada dasarnya kesiapan seorang pemimpin
   >bukanlah tergantung dari berapa banyak ia SUDAH belajar tapi dari
   >berapa banyak ia MAU belajar. Jika Anda sudah menyadari bahwa
   >selama ini hidup Anda hanya santai dan tidak memiliki beban
   >tanggung jawab yang besar, maka inilah saatnya Anda berubah dan
   >memacu diri. Tidak ada kesuksesan yang dicapai tanpa perjuangan,
   >terutama perjuangan melawan diri sendiri; melawan sifat dan
   >kebiasaan buruk yang ada dalam diri kita sendiri.

   >Kekurangan yang harus Anda prihatinkan paling besar saat ini
   >menurut saya adalah hubungan Anda pribadi dengan Tuhan. Ini akan
   >menjadi titik lemah Anda yang tidak tergantikan oleh apa pun
   >kecuali oleh Tuhan sendiri. Hubungan dengan Tuhan tidak bisa
   >diajarkan dari teori atau dengan pengetahuan saja tapi dengan
   >mulai bergaul akrab dengan Tuhan secara pribadi. Mulailah
   >menerapkan disiplin rohani dengan banyak merenungkan Firman Tuhan
   >dan berdoa serta membuat journaling (membuat catatan pribadi).
   >Lakukan dengan setia sehingga Anda membangun kehidupan rohani
   >yang indah dengan Tuhan dan belajarlah mengenal jalan-jalan-Nya.
   >
   >Hanya itu yang bisa saya berikan. Mudah-mudahan menolong. Tentang
   >artikel mungkin Redaksi e-Leadership bisa memberi masukan.

   Redaksi:
   Salam kenal untuk Sdri. Tut Wuri Handayani. Terima kasih banyak
   untuk tanggapan Anda terhadap surat pembaca yang kami muat di Kolom
   Dari Hati ke Hati y.l.. Kami percaya masukan Anda akan berguna
   tidak hanya bagi Sdr. David, tapi juga mereka yang membutuhkan.

   Tentang artikel kepemimpinan, silakan berkunjung ke situs Indo Lead
   yang menyediakan banyak sekali bahan-bahan yang berguna untuk
   melatih Anda menjadi seorang pemimpin Kristen yang baik. Alamat
   berkunjung di:

   ==> http://lead.sabda.org/

   Selamat belajar menjadi pemimpin.

==================================**==================================
STOP PRESS

  Dalam rangka meningkatkan pelayanan e-Leadership dan juga
  partisipasi anggota e-Leadership, maka Redaksi ingin mengumpulkan
  data, masukan, dan saran-saran dari para anggota. Karena itu, mohon
  kesediaannya mengisi dan mengembalikannya ke:
  < staf-leadership(at)sabda.org >

--------------------------- potong di sini ---------------------------

                KUESIONER UNTUK ANGGOTA e-LEADERSHIP**
----------------------------------------------------------------------

  Nama lengkap              :
  Alamat e-mail             :
  Tanggal lahir             :
  Kota tempat tinggal       :
  Pendidikan terakhir       :
      Jurusan pendidikan    :
  Status                    : belum menikah/menikah
  Pekerjaan                 :
  Keterampilan yang dimiliki:
  Gereja                    :
  Pelayanan                 :

  **Catt: Jawaban Anda ini nanti tidak akan kami publikasikan.

  1. Apakah saat ini dalam pekerjaan/pelayanan Anda, Anda menduduki
     posisi sebagai pemimpin? Jika jawabannya ya, silakan pilih
     jawaban Anda berikut ini (bisa lebih dari satu jawaban):
     [ ] Anda hamba Tuhan dan pimpinan dalam gereja.
     [ ] Anda salah satu pimpinan bidang/komisi di gereja.
     [ ] Anda termasuk jajaran pimpinan dalam perusahaan umum.
     [ ] Anda termasuk jajaran pimpinan yayasan/organisasi Kristen.
     [ ] Anda termasuk jajaran pimpinan yayasan/organisasi sosial
         non-agamawi.
     [ ] Anda adalah pengajar/dosen/pembicara.
     [ ] Anda adalah penulis artikel/buku.
     [ ] Anda kepala rumah tangga.
     [ ] ....

  2. Apakah Anda aktif menggunakan media internet? Jika jawabannya ya,
     silakan pilih jawaban Anda berikut ini (jawaban bisa lebih dari
     satu):
     [ ] Anda memiliki situs pribadi di alamat url: ........
     [ ] Anda memiliki blog pribadi di alamat url: ........
     [ ] Anda memiliki situs-situs favorit yang sering Anda kunjungi
         untuk mencari bahan tentang kepemimpinan, misalnya: ........
     [ ] Anda tergabung dalam milis diskusi di: .........
     [ ] Anda sering mengirimkan tulisan Anda ke situs/milis: ......
     [ ] ....

  3. Topik-topik apakah yang Anda butuhkan untuk menambah wawasan
     kepemimpinan Anda?
     [ ] ....
     [ ] ....
     [ ] ....
     [ ] ....

  4. Apakah Anda bersedia berpartisipasi dalam Publikasi e-Leadership?
     Jika, ya, silakan cek jawaban pilihan Anda:
     [ ] Ingin mengirimkan kesaksian seputar kepemimpinan Kristen.
     [ ] Ingin mengirimkan artikel tentang kepemimpinan Kristen.
     [ ] ....

  5. Saran, komentar dan masukan yang ingin Anda berikan bagi kemajuan
     Publikasi e-Leadership:
     1. ....
     2. ....


------------- kirim ke: < staf-leadership(at)sabda.org > -------------

==================================**==================================
Berlangganan       : subscribe-i-kan-leadership(at)xc.org
Berhenti           : unsubscribe-i-kan-leadership(at)xc.org
Kontak e-Leadership: staf-leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead    : http://lead.sabda.org/
----------------------------------------------------------------------
               Redaksi e-Leadership: Lanny, Yulia, Puji
    e-Leadership merupakan kerja sama antara Indo Lead, YLSA, dll.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
           Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs:
             http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
  Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org