Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/114 |
|
e-Leadership edisi 114 (12-3-2012)
|
|
=========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI MARET 2012============= KEPEMIMPINAN VISIONER (I) e-Leadership 114 -- 12/03/2012 DAFTAR ISI ARTIKEL: PENTINGNYA KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG VISIONER (I) INSPIRASI: ANTARA SENI DAN KEMENANGAN Shalom, Salah satu faktor penting dalam kepemimpinan yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi adalah visi dari seorang pemimpin. Hal ini merupakan pergulatan setiap pemimpin, untuk membedakan antara visi atau ambisi pribadi. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pengertian visi, sumber visi, kepentingan visi, silakan menyimaknya lebih lanjut di Kolom Artikel. Kiranya Tuhan memakai dan memperlengkapi kita dalam menjalankan visi-Nya, untuk pelebaran kerajaan Allah dan kemuliaan-Nya. Tuhan memberkati. Pemimpin Redaksi e-Leadership, Desi Rianto < ryan(at)in-christ.net > < http://lead.sabda.org > "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13) < http://alkitab.sabda.org/?Filipi+4:13 > ARTIKEL: PENTINGNYA KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG VISIONER (I) Kepemimpinan yang sehat akan menghasilkan suatu organisasi yang sehat. Organisasi yang sehat merupakan suatu organis yang bertumbuh dan bergerak, serta semua komponennya berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya membuahkan hasil yang baik bagi organisasi itu sendiri dan berdampak bagi lingkungannya. Kepemimpinan yang sehat dan organis tentunya didukung oleh beberapa faktor pendukung penting sebagai roda yang menggerakkan kepemimpinan itu ke suatu arah yang dituju bersama. Salah satu faktor penting dalam kepemimpinan yang sangat menentukan berhasil tidaknya kepemimpinan suatu organisasi atau gereja, yaitu visi dari seorang pemimpin. Hendry Kissinger mengatakan, "Seorang pemimpin adalah seorang individu pencipta visi yang menggerakkan orang-orang dari tempat mereka berada ke tempat yang lain. Dengan visi, maka suatu organisasi akan bergerak dengan pasti pada apa yang dicita-citakan. Namun sebaliknya, jika visi tidak dimunculkan oleh pemimpin, maka tentunya arah gerak suatu organisasi akan terombang-ambing. Amsal mengatakan demikian, "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat" (Amsal 29:18). "Wahyu", "penglihatan", "mimpi", itulah yang tertulis dalam Alkitab. Dan apa yang dikatakan Alkitab itu benar. Seorang pemimpin harus punya visi. Eka Darma Putera, menggambarkan ketiadaan pemimpin yang punya visi sebagai suatu keadaan yang bergerak tanpa arah, serta sibuk dengan diri, tanpa makna. Dan, hasilnya hanyalah kepenatan, tanpa tahu untuk apa. Pemahaman Awal tentang Visi Lovett H. Weems, Jr. mengatakan bahwa visi itu adalah sebuah mimpi atau gambaran kemungkinan ke depan. Lebih jelasnya bisa dikatakan demikian, "visi adalah suatu ihwal melihat, suatu ihwal mendapat persepsi tentang sesuatu yang imajinatif, yang memadukan pemahaman yang mendasar tentang situasi masa kini dengan pandangan yang menjangkau jauh ke depan". Visi menunjukkan suatu pandangan sekilas dari masa depan yang kita inginkan dan yang kita pikir seharusnya demikian. Berdasarkan karakternya, kita juga bisa memberikan satu konsep aktual mengenai visi. Karakteristik visi dari Kouzes dan Posner seperti dikutip oleh Wafford, mengatakan bahwa, Visi berasal dari kata yang secara literal "melihat". Tidak ada kata yang lebih baik untuk menjelaskan kemampuan melihat ke depan (forward-looking) dan memahami potensi-potensi yang ada di masa depan (foresighted). Jadi, visi mengandung pengertian sebagai suatu orientasi masa depan. Sebuah visi adalah gambaran tentang apa yang bisa terjadi. Walt Callestad mengatakan, "The future will be what you envision it to be". Artinya, visi memproyeksikan keunikan dari suatu kondisi di masa depan, menentukan masa depan seperti apa yang kita harapkan demikian. Visi menyajikan gambaran perubahan dari suatu organisasi dan mendorong dilakukannya tindakan menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Sumber Visi Bob Gordon, menjelaskan pandangannya bahwa dalam kekristenan, visi datangnya dari Tuhan dan merupakan pekerjaan Tuhan di dalam seseorang. Roh Tuhan yang bekerja dalam diri seseorang yang didiami-Nya pada saat-saat perjumpaannya dengan Tuhan. Dialah yang menciptakan visi itu dan kita tinggal menerimanya saja. Bishop Rueben P. Job mengatakan bahwa, "Visi adalah sebuah pemberian dari Allah. Visi adalah upah dari sikap disiplin, setia, dan mau mendengarkan Allah." Visi merupakan pemberian dari `mata iman` untuk melihat yang tidak kelihatan, untuk mengetahui apa yang tidak mampu diketahui, dan memikirkan apa yang tidak mampu dipikirkan. Lalu, visi itu menjadi titik temu atau sasaran –- arah gerak kita sebagai umat-Nya. Adanya visi Tuhan, mendorong kita melangkah maju menuju sasaran yang termuat di dalam visi-Nya. Kalau seorang pemimpin tidak memunyai visi dari Tuhan, ia akan "berhenti" dan "mati". Jadi, visi bukan hasil dari pengamatan kita tentang apa yang perlu dilakukan atau apa yang ingin dicapai, melainkan suatu petunjuk ilahi yang ditanggapi oleh manusia dan Dia yang memanggil manusia untuk mulai bertindak. Visi dari Tuhan merupakan panggilan bagi manusia. Panggilan Tuhan adalah panggilan yang efektif, artinya bahwa visi Allah yang ia tanamkan dalam diri seorang pemimpin pasti terlaksana. Itu sebabnya, penting bagi seorang pemimpin untuk mendapatkan visi yang bersumber dari Allah sendiri. Poin penting selanjutnya ialah, visi timbul karena adanya hati yang terbeban untuk mengetahui serta melakukan kehendak Tuhan dan untuk menjadi apa pun yang dikehendaki Tuhan. Dan, tujuan visi Allah tidak lain adalah untuk membangun tubuh Kristus, dan Dia menjadi kepala kita. Kepala memberikan kita visi dengan perintah yang sangat jelas. Di sinilah letak perbedaan seorang pemimpin kristiani dengan pemimpin sekuler. Kekristenan selalu berawal dari Allah, Allah yang mengerjakan bagi umat-Nya dan Allah yang menuntun dalam mencapai visi itu untuk membangun tubuh Kristus. Sedangkan pemimpin sekuler lebih melihat pada fenomena-fenomena dan kecenderungan-kecenderungan yang lebih baik ke depan. Itu biasanya berasal dari dalam diri manusia, bukan pewahyuan ilahi, serta tujuan akhir, dilihat hanya untuk keperluan kepuasan, kebaikan manusia saja. Pemimpin yang Visioner John Maxwell mengatakan demikian, "Dalam hukum kepercayaan, sang pemimpin harus menemukan impiannya (visi) baru pengikutnya. Tetapi, pengikut menemukan pemimpinnya baru impiannya". Artinya, pertama-tama dalam diri pemimpin harus tertanam visi Allah dalam dirinya, dan pengikut pertama-tama tidak mau tahu tentang visi pemimpinnya melainkan mereka hanya ingin "seorang pemimpin" yang dapat dipercaya. Itulah sebabnya, tanggung jawab menjadi pemimpin yang visioner sangat ditekankan dan diharapkan ada di dalam diri setiap pemimpin. Artinya, seorang pemimpin tidak boleh mengharapkan visi itu datangnya dari pengikutnya, melainkan dia sendiri yang harus menemukan visi itu dan membagikannya bagi pengikutnya untuk dicapai bersama-sama. Dilihat dari sudut pandang kepemimpinan motivator, pemimpin disebut visioner atau pemimpin yang punya visi, yaitu jika dia adalah orang yang imajinatif dan aktif merancang strategi, sampai suatu hari kelak inovasinya akan sesuai dengan kebutuhan pelanggan pada masa depan dan mendatangkan untung besar. Bila seorang pemimpin telah menawarkan sebuah visi kepada timnya, artinya dia telah membuat sebuah gambaran mental akan masa depan yang makmur bagi mereka, menciptakan rasa memahami inspirasi dan harapan di antara para anggota tim, serta memotivasi mereka demi berjuang untuk mencapai visi itu. Jadi, kepemimpinan yang visioner mutlak diperlukan, namun tidak hanya sampai di situ, melainkan ia juga harus mampu merancang strategi untuk mencapai visi itu. Pentingnya Visi Bagi Pemimpin Visioner Andreas Harefa, mengomentari demikian, "Sosok seorang pemimpin visioner adalah orang yang mampu melihat `status quo` dan kemapanan yang ada tidak sesuai dengan kehendak Allah; mampu melihat sebuah ide atau impian tentang masa depan yang secara mendasar lebih baik, lebih manusiawi, dan lebih diperkenankan oleh Tuhan sebagai sebuah kenyataan yang mungkin diciptakan lewat perjuangan dalam ketaatan kepada Allah; memiliki minat dan perhatian yang amat besar terhadap potensi manusia yang ada, yang mengejar kesempurnaan sebagai ciptaan Allah; mengambil inisiatif dengan menerima tanggung jawab untuk melaksanakan perubahan yang diyakini sebagai panggilan hidup di dunia." Beranjak dari kondisi yang seperti inilah, seorang pemimpin visioner menempatkan visi itu sebagai tumpuan kaki untuk melangkah keluar dari "status quo", dan mencapai mimpi bersama dengan kelompok organisasi yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin tidak boleh tidak, harus punya visi bila ingin menjadi pemimpin yang baik dan membawa perubahan bagi kelompok yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, visi mutlak penting bagi kepemimpinan. 1. Visi Menggerakkan Organisasi/Gereja yang Dipimpin Bergerak artinya berpindah dari apa yang ada hari ini menuju ke masa depan. Sebuah visi yang besar bila dibagikan oleh seorang pemimpin bagi para anggotanya dengan baik, akan menggerakkan mereka untuk mengambil tindakan aktif di dalam visi itu. Seorang tokoh terkemuka, Dr. Martin Luther King Jr., yang berdiri di Tangga Lincoln Memorial berbicara di depan 250.000 orang. Pada waktu berbicara, dia menyampaikan sebuah visi. Dia berbicara mengenai harapan masa depan yang lebih baik, tidak hanya untuk orang kulit hitam Amerika, tetapi untuk semua orang Amerika. Dia menyatakan demikian, "Saya memiliki sebuah impian." Dia menyatakan visinya dengan jelas, dengan cara yang bersemangat, optimis, dan membuat orang lain juga merasakan semangat yang sama, impian dan visinya itu telah menggerakkan bangsa itu. Visi yang menarik akan menantang anggota tim untuk melakukan suatu perubahan besar yang bergerak ke arah yang lebih baik. Visi haruslah membawa pada satu perubahan dan menjadi impian bagi banyak orang. Visi menjadi jawaban bagi kegelisahan individu terhadap keinginan untuk mengalami perubahan. Hanya dengan visi yang seperti inilah suatu badan atau organisasi akan bergerak dengan penuh kerelaan dan pengharapan penuh untuk mencapai perubahan. Keberhasilan suatu organisasi atau gereja dalam menggerakkan anggota tim, bergantung sejauh mana semangat dan kerinduan dari visi itu menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan. Sebesar apa suatu organisasi mengalami pergerakan ditentukan oleh sebesar apa visi yang ditanamkan bagi organisasi. Tidak ada perubahan yang besar yang melebihi visi yang dicita-citakan bersama. Martin Luther King berhasil menggerakkan bangsanya, karena ia memiliki visi yang cukup besar untuk perubahan bagi bangsanya. Dan, pergerakan yang terjadi tidak melampaui dari apa yang diimpikan olehnya terjadi atas bangsa Amerika. Artinya, tidak ada pergerakan tak terduga yang melebihi dari apa yang pernah dicita-citakan bersama. Visi menentukan pergerakan dan arah gerak suatu organisasi. [Bersambung ke e-Leadership edisi 115] Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: GKT Lampung Alamat URL: http://www.gktlampung.org/artikel/ pentingnya-kepemimpinan-kristen-yang-visioner-darianus-mendrofa-431.html Penulis: Darianus Mendrofa Tanggal akses: 1 Desember 2011 KUTIPAN "Ketiadaan visi akan membawa orang-orang hanyut ke dalam keberadaan yang tanpa arti, tanpa tujuan dan tidak efektif." (Bob Gordon) INSPIRASI: ANTARA SENI DAN KEMENANGAN (PENGKHOTBAH 9:10, 11:6) Setiap penggemar balap motor tentu tahu seorang pembalap yang bernama Valentino Rossi. Rossi lahir di Urbino, Italia, 16 Februari 1979. Dia adalah seorang pembalap yang hebat, karena telah memegang titel juara dunia di empat kelas yang berbeda, yang diraihnya dalam waktu tujuh tahun. Bisa dikatakan bahwa dia adalah salah seorang pembalap tersukses sepanjang masa. Oleh sebab itu, orang-orang memasukkan dirinya dalam kategori "legenda hidup". Ada dua prinsip hidup yang menarik untuk diperhatikan dan diteladani dari pribadi Rossi berkaitan dengan kariernya, yaitu: Bagi Rossi, balapan adalah "seni". Tentu saja ini tidak mudah, sebab balap motor identik dengan olahraga keras. Sekalipun tidak menampik bahwa balap motor merupakan olahraga keras, tetapi Rossi tetap menganggapnya sebagai "seni". Yang dimaksud seni oleh Rossi adalah bahwa balap motor bisa dan harus dinikmati. Rossi sangat "menyukai" dengan balapan yang dia ikuti. Dengan sikap seperti itu, dia bisa menjadi lebih tenang untuk melalui lintasan setahap demi setahap untuk akhirnya mencapai garis finis. Dampaknya, para penonton pun bisa merasakan indahnya balap motor dan bersorak ketika Rossi bisa mencapai finis serta memenangkan perlombaan. Prinsip hidup seperti ini terkandung di dalam nasihat Paulus, "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan." Hanya orang yang bisa menikmati pekerjaannya yang tidak akan bersungut-sungut dan berbantah-bantahan ketika melakukan pekerjaan itu. Sebagai orang Kristen, seharusnya kita juga bisa menikmati pekerjaan kita, bukan saja akan membuat kita dekat dengan sukses, tetapi juga merupakan wujud dari ucapan syukur atas pemberian pekerjaan itu oleh Tuhan. Tujuan Rossi di dalam balapan adalah kemenangan. Sekalipun prinsip hidup ini sangat mungkin juga dimiliki oleh pembalap lain, tetapi Rossi menunjukkannya dengan konsisten. Apakah dia mulai dari urutan ketujuh, apakah cedera bahu masih membayanginya, apakah dia terjatuh di tengah lomba, dia tetap bangkit dan bersemangat memacu motornya untuk memperoleh kemenangan. Di hadapan Rossi hanya terpampang tulisan "kemenangan". Prinsip hidup seperti ini terkandung di dalam nasihat Pengkhotbah, supaya kita mengerjakan apa yang bisa kita kerjakan dengan sekuat tenaga. Orang yang memunyai tujuan untuk sukses akan bekerja sekuat tenaga, tidak asal-asalan. Dia akan mengerahkan segala kekuatan, baik pikiran maupun keterampilan. Juga, dia tidak akan mundur dan terlena ketika tantangan, masalah, dan godaan menghadang langkahnya. Di Alkitab kita bisa melihat orang-orang yang bisa menikmati pekerjaannya sekaligus konsisten akan tujuan untuk keberhasilannya, misalnya Yakub, Yusuf, Kaleb, Yosua, Paulus. Mari kita teladani mereka dengan menikmati setiap pekerjaan yang Tuhan percayakan kepada kita, dan terus berjuang dengan tekun dan sekuat tenaga untuk mencapai keberhasilan. Diambil dari: Nama buku renungan: Manna Sorgawi, 30 September 2011 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: YPI Kawanan Kecil Divisi Renungan Harian, Jakarta Utara Kontak: < leadership(at)sabda.org > Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit (c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org > < http://fb.sabda.org/lead > Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |