Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/124

e-Leadership edisi 124 (13-8-2012)

Motivasi dan Kepemimpinan (I)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI AGUSTUS 2012=============

                    MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN (I)

                    e-Leadership 124 -- 13/08/2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN (I)
INSPIRASI: MOTIVASI PENGIKUT SEJATI KRISTUS

Shalom,

Seorang pemimpin harus menunjukkan kepedulian yang tinggi kepada orang
yang dipimpinnya. Seorang pemimpin juga harus bisa menularkan
integritas serta tanggung jawabnya kepada para pengikutnya. Dalam
edisi e-Leadership kali ini, kami menyiapkan artikel yang mengulas
mengenai faktor komunikasi yang berhubungan langsung dengan prestasi
perorangan atau kelompok. Ada beberapa tip menarik yang bisa Anda
aplikasikan di dalam komponen kepemimpinan Anda. Kiranya menjadi
berkat.

Staf Redaksi e-Leadership,
Yonathan Sigit
< http://lead.sabda.org >

"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24)
< http://alkitab.sabda.org/?Ibrani+10:24 >

                   ARTIKEL: MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN (I)

"Keberhasilan seorang pemimpin sebagai seorang motivator berkaitan
langsung dengan kesungguhannya dalam menunjukkan kepedulian terhadap
bawahannya."

Seorang pemimpin sering menggunakan sebuah gaya kepemimpinan tertentu,
yang bahkan mungkin tidak disadarinya. Penggunaan gaya kepemimpinan
itu disebabkan oleh cara mereka memandang pengikut mereka dan
motivasi-motivasinya. Karena fungsi pemimpin adalah memimpin, maka
membuat pengikut mengikuti otoritasnya adalah tujuannya yang utama.
Seorang pemimpin birokrasi misalnya, ia meyakini bahwa semua orang
bisa sependapat mengenai cara terbaik untuk melakukan banyak hal, dan
bahwa ada beberapa sistem di luar hubungan manusia yang dapat menjadi
tuntunan, yaitu hukum dan peraturan.

Setiap individu berbeda satu dengan yang lainnya, tidak hanya dalam
kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu dan bertindak, tetapi juga
berbeda dalam "keinginan untuk melakukan" atau motivasi mereka. Motif
kadang kala diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, arahan, atau
desakan hati dalam diri seseorang. Motif diarahkan menuju kepada
sasaran, secara sadar atau di bawah sadar. Motivasi yang tepat adalah
syarat yang mendasar dalam kepemimpinan yang kuat dan efektif.

Pemimpin yang bersifat paternal menginginkan semua orang (termasuk
dirinya sendiri) merasa nyaman. Dia percaya bahwa tekanan dan
ketegangan dalam kelompoknya adalah sesuatu yang buruk bagi
organisasinya (dan mungkin bahkan sebagai sesuatu yang tidak
kristiani).

Pemimpin yang otonom biasanya membuat satu dari dua asumsi: entah
bahwa organisasinya berjalan begitu baik sehingga dia tidak bisa
menambahkan apa pun, atau bahwa organisasinya itu benar-benar tidak
membutuhkan sebuah kepemimpinan yang kuat.

Pemimpin demokratis yang menjunjung tinggi partisipasi, biasanya
menikmati proses pemecahan masalah dan bekerja bersama orang-orang
lain. Dia beranggapan bahwa orang-orang lain juga menikmati hubungan
ini. Dia juga menyimpulkan bahwa lebih banyak yang dapat dihasilkan
dengan cara ini. Menurutnya, hal ini merupakan cara terbaik untuk
tetap menjaga tingkat motivasi yang tinggi demi mencapai sebuah
tujuan.

Pemimpin yang bersifat autokrasi beranggapan bahwa orang-orang hanya
melakukan apa yang diperintahkan, seperti domba yang diatur. Hanya ia
sendiri yang tahu apa yang terbaik bagi semua orang. Sikapnya ini
mengekang motivasi, walaupun mungkin ia adalah seorang diktator yang
baik hati.

Memotivasi atau Tidak Memotivasi

Wilayah "bagaimana" memotivasi karyawan atau orang lain adalah sesuatu
yang penting. Kadang-kadang, kita mendapat keuntungan ketika kita
menyadari apa yang sebaiknya tidak dilakukan ketika memotivasi orang
lain. M.M. Feinberg, dikutip dalam buku "Managing Your Time",
memberikan sebuah kesimpulan yang tepat tentang bagaimana memotivasi
orang lain. Psikolog perusahaan dan konsultan pribadi ini mengatakan
hal-hal berikut ini.

1. Jangan pernah meremehkan seorang bawahan karena hal itu akan
menghapus perasaan berharga dalam diri seseorang dan inisiatif yang
dimilikinya.

2. Jangan pernah mengkritik seorang bawahan di depan orang lain.
Godaan ini muncul di bawah tekanan dan dapat merusak sebuah relasi.

3. Jangan pernah gagal untuk memberi bawahan Anda perhatian yang tidak
terbagi. Perhatian personal yang tidak terbagi dari waktu ke waktu
merupakan sesuatu yang sangat penting. Harga diri bawahan akan hilang
seiring kesadaran bahwa sang pemimpin tidak pernah memberi perhatian
penuh kepadanya.

4. Jangan pernah terlihat asyik dengan kepentingan Anda sendiri karena
hal itu akan memberikan kesan mementingkan diri sendiri, dan
memanipulasi orang lain demi tujuan Anda.

5. Jangan pernah pilih kasih karena akan menghilangkan semangat juang
kelompok dengan cepat.

6. Jangan pernah gagal untuk membantu bawahan Anda berkembang.
Perasaan bahwa pimpinan mereka adalah seseorang yang berjuang untuk
anak buahnya, adalah sebuah motivator yang hebat. Berikan informasi
tentang lowongan, peluang, dan jangan pernah menahan mereka dari
ketertarikan pribadi.

7. Pekalah terhadap hal-hal kecil. Apa yang tampaknya tidak penting
bagi Anda, mungkin sangat penting jika dilihat dari sudut pandang para
karyawan.

8. Jangan pernah mempermalukan karyawan yang lemah. Namun demikian,
membiarkan adanya kelemahan di posisi kunci, sering kali berujung pada
rusaknya inisiatif dari orang-orang yang sebenarnya mampu. Seorang
manajer harus dapat menjaga, agar tidak pernah menyebabkan rasa malu
kepada karyawan yang bersangkutan ketika mengurus masalah ini.

9. Jangan pernah bimbang dalam membuat keputusan. Keragu-raguan di
puncak pimpinan melahirkan kurangnya percaya diri dan keragu-raguan di
seluruh organisasi. Satukan masalah ini pada masalah lain di atas,
maka motivasi yang rusak itu tidak akan pernah dapat diperbaiki.

Semua konsultan berpegang pada pandangan bahwa keberhasilan seorang
pemimpin sebagai seorang motivator, berkaitan langsung dengan
ketulusannya dalam menunjukkan kepedulian terhadap bawahannya. Menurut
Feinberg, "Cara terbaik untuk memotivasi seorang bawahan adalah dengan
menunjukkan kepadanya bahwa Anda mengetahui kebutuhannya, ambisinya,
ketakutannya, dan dirinya sebagai seorang pribadi. Manajer yang tidak
peka, yang mungkin secara tidak sengaja menyendiri, dingin,
impersonal, dan tidak tertarik untuk bergaul dengan para bawahannya,
biasanya mendapati bahwa sangat sulit untuk membuat para bawahannya
itu memberikan usaha yang lebih." Tujuh belas cara Feinberg di bawah
ini, dapat bermanfaat bagi seorang manajer untuk menunjukkan
kepedulian dan kepekaannya terhadap para karyawannya, sehingga dapat
memotivasi mereka.

1. Komunikasikan standar Anda dan jadilah konsisten. Karena dengan
demikian, Anda memperkecil usaha-usaha yang tidak terarah, sekaligus
memberi motivasi bawahan Anda dengan tujuan-tujuan yang mereka
ketahui.

2. Waspadalah dengan ketidakjelasan dan prasangka Anda sendiri.
Reaksi-reaksi emosional sering mewarnai apa yang seharusnya menjadi
penilaian yang objektif.

3. Buatlah bawahan Anda mengerti posisi mereka masing-masing.
Lakukanlah hal ini secara konsisten, dengan jalan meninjau hasil kerja
atau dengan cara lainnya. Menyembunyikan informasi yang kritis ini
akan sangat merugikan, baik bagi organisasi Anda melalui turunnya
motivasi karyawan, maupun bagi karyawan Anda yang memerlukan dan
berhak untuk mengetahui hasil kerja mereka.

4. Berikanlah pujian jika hal itu layak dipuji. Jika pujian diberikan
secara tepat, pujian itu akan menjadi salah satu pendorong yang paling
kuat, terutama dalam bidang prestasi kerja yang sulit atau bagi mereka
yang berada di daerah kecemasan.

5. Teruslah membuat karyawan Anda mendapat informasi mengenai
perubahan-perubahan yang mungkin berdampak bagi mereka. Hal ini tidak
berarti memberi tahu seluruh rahasia perusahaan, tetapi untuk
membuktikan kepedulian Anda terhadap mereka, dengan memberitahukan
hal-hal yang berkaitan secara langsung dengan mereka.

6. Bimbinglah karyawan-karyawan Anda, bukan hanya membiasakan diri
pada kebutuhan pribadi mereka yang ada di bawah Anda, namun juga
mengomunikasikan kesadaran ini kepada mereka.

7. Perlakukanlah bawahan Anda sebagai tujuan, bukan alat, untuk
menghindari pemanfaatan bawahan Anda demi kepentingan pribadi Anda.
Ingatlah Thomas Cook, Sang Penjelajah, beliau menamai pulau yang baru
ditemukan dengan nama awak kapal pertama yang menemukannya. Dia
menghargai setiap awak kapalnya sebagai pendamping dalam setiap
petualangannya, dan mereka mengasihinya karena beliau memberikan
perhatian kepada setiap pribadi. Hal itu membuat diri mereka merasa
berarti.

8. Tinggalkanlah cara yang biasa Anda pakai untuk dapat menolong
bawahan Anda. Dengan sedikit usaha ekstra, kemauan untuk melalui
beberapa ketidaknyamanan pribadi dan kerelaan untuk menjalani
kesulitan bersama dengan bawahan Anda, akan menunjukkan bahwa apa yang
sedang mereka kerjakan adalah sesuatu yang penting bagi Anda ..., dan
bahwa mereka juga penting bagi Anda. Pastikanlah bantuan yang Anda
berikan adalah bantuan yang benar-benar dibutuhkan. Ingatlah bahwa
dalam mengoreksi kesalahan, mengembangkan kemampuan di titik-titik
yang dirasa kurang, atau dalam menguatkan sisi-sisi yang lemah dari
karyawan Anda, pertama-tama Anda harus mengenal pribadinya. Hal ini
mungkin membutuhkan pemikiran keras selama berjam-jam dan pengalaman.

9. Bertanggungjawablah atas apa yang dikerjakan oleh karyawan Anda.
Bagian dari mengasuh adalah kesediaan untuk mengambil bagian dalam
beberapa tanggung jawab yang dipikul oleh karyawan Anda. Terlibatlah
dalam kegagalan sekaligus keberhasilan pribadi mereka. Bagian dari
gagal atau sukses Anda ada di dalam diri mereka. Sebagaimana Frank
Stanton, presiden CBS, bertanya kepada orang-orang kuncinya, "Apakah
ini usaha terbaik yang Anda dan saya bisa lakukan bersama-sama?"
Dengan demikian, ia menunjukkan bahwa dia memikul sebagian tanggung
jawab, dan bahwa dia benar-benar peduli.

10. Bangunlah kemandirian. Seorang pengawas yang peduli berusaha untuk
mengendurkan pengawasannya untuk kemudian melepaskan pengawasannya itu
secara bertahap. Dengan demikian, ia mendorong pemikiran yang mandiri,
inisiatif, dan daya akal bawahannya.

11. Tunjukkanlah kerajinan pribadi. Pemimpin yang paling termotivasi
memiliki pengikut yang paling termotivasi. Teladan merupakan salah
satu faktor yang paling baik untuk memberi motivasi.

12. Bijaksanalah terhadap karyawan Anda. Pertimbangan, rasa hormat,
keseimbangan, penghargaan, dan kepekaan terhadap pandangan orang lain
-- semuanya penting dalam berurusan dengan para karyawan.

13. Bersedialah untuk belajar dari orang lain. Berilah penerimaan yang
ramah terhadap ide-ide baru, bahkan ketika Anda tahu ide-ide tersebut
tidak akan berhasil. Ini akan mendorong pemikiran kreatif yang lebih,
dan ide-ide di masa mendatang yang mungkin akan berhasil.

14. Tunjukkanlah rasa percaya diri. Tinjaulah keraguan apa pun yang
Anda miliki terhadap departemen Anda, pegawai Anda, proyek Anda atau
perusahaan Anda sendiri dan secara pribadi. Dengan menunjukkan rasa
percaya diri, para pemimpin juga membangun rasa percaya diri di dalam
diri pengikutnya. Tunjukkanlah kepercayaan diri itu melalui perilaku
dan perkataan Anda. Tunjukkanlah keyakinan Anda bahwa pekerjaan itu
dapat diselesaikan. Ketika Anda meyakini hal itu, maka Anda juga yakin
pada tanggung jawab Anda sendiri dan yakin terhadap kemampuan bawahan
Anda yang melaksanakan pekerjaan itu.

15. Mengizinkan kebebasan berekspresi. Anggaplah bawahan Anda mampu,
kendurkan penjagaan Anda, dan sesekali biarkan mereka bebas melakukan
hal-hal menurut cara mereka sendiri. Utamakan untuk memerhatikan hasil
daripada metode yang dipakai. Dengan demikian, Anda akan membuat tugas
yang ada menjadi jauh lebih menarik dan menantang bagi bawahan Anda.

16. Delegasikan, delegasikan, delegasikan. Anggaplah bawahan Anda
mampu dan berambisi. Delegasikanlah tugas-tugas kepada mereka sebanyak
beban yang Anda miliki. Kenalilah tekanan memotivasi dan sadarilah
bahwa sebagian besar dari kita tidak tertantang untuk mengerjakan
sesuatu yang mendekati kemampuan kita. Karena itu, biarkan bawahan
Anda berjalan dengan keputusan mereka sendiri, belajar dari kesalahan
mereka, dan bersuka ria dalam keberhasilan mereka sendiri sesering
mungkin.

17. Doronglah kecerdikan dalam diri bawahan Anda. Sekretaris dengan
bayaran terendah mungkin terlihat sebagai karyawan yang sederhana.
Cobalah untuk menantang kreativitasnya dengan mendesak bawahan Anda
itu, untuk mengalahkan sistem buatan Anda dalam mengerjakan pekerjaan
Anda. Jika sistem arsip Anda tidak memuaskan, jangan menggantinya
sendiri; tunjuklah sekretaris dan manajer kantor Anda untuk menangani
pekerjaan itu. Tantangan dalam mengembangkan sistem milik bos mungkin
membawa hasil yang mengejutkan.

Salah satu cara terbaik untuk memotivasi bawahan Anda adalah dengan
membiarkan mereka mengambil bagian dalam pengambilan keputusan.
Partisipasi yang sedemikian memerlukan ketentuan untuk konsultasi
sistematis dalam hal yang berkaitan langsung dengan tugas mereka.
Usul, saran, dan nasihat merupakan perangsang yang baik sekaligus
memberi motivasi yang besar dalam organisasi mana pun, yang memiliki
keberanian untuk mengizinkan mereka dalam pengambilan keputusan.
(t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
Judul Buku: The Making of a Christian Leader
Judul asli bab: Motivation and Leadership
Penulis: Ted W. Engstrom
Penerbit: Zondervan Publication, Michigan 1976
Halaman: 127 -- 134

                               KUTIPAN

Kita bukan datang untuk saling bersaing, melainkan untuk saling
melengkapi. (Bill McCartney)

               INSPIRASI: MOTIVASI PENGIKUT SEJATI KRISTUS

Baca: Markus 9:33-37

Dalam dunia kepemimpinan, motivasi merupakan salah satu faktor yang
memiliki peranan penting. Motivasi yang benar dalam diri seorang
pemimpin dapat mendorong tercapainya tujuan yang telah digariskan
bersama. Demikian juga dalam dunia pelayanan, motivasi adalah salah
satu faktor penting keberhasilan pelayanan yang dilaksanakan.

Tidak heran kalau motivasi para murid masih keliru. Mereka memang
belum mengerti tujuan mengikut Kristus, yaitu memikul salib
masing-masing seperti Kristus memikul salib-Nya. Para murid telah
terjebak dalam pola pikir duniawi yang sibuk memperdebatkan siapa yang
terhebat di antara mereka (ayat 34). Motivasi mereka adalah mendapat
kedudukan dan kehormatan. Maka Yesus memperingatkan para murid agar
merenungkan kembali motivasi mereka dalam mengikuti-Nya.

Yesus menunjukkan dua prinsip penting dalam pelayanan. Pertama,
kepemimpinan yang melayani (ayat 35). Dunia berpandangan bahwa seorang
pemimpin haruslah orang yang terkemuka dan mendapatkan banyak
fasilitas. Sebaliknya, pemimpin dalam konteks pengikut Kristus adalah
pemimpin yang melayani. Untuk menjadi pemimpin yang melayani,
dibutuhkan kerendahan hati.

Prinsip kedua adalah kerendahan hati. Yesus memakai contoh menyambut
anak kecil sebagai ilustrasi kerendahan hati. Menyambut anak kecil
seperti menyambut Tuhan Yesus sendiri membutuhkan kerendahan hati
(ayat 37). Dalam mengikut Kristus, hendaknya segala bentuk motivasi
yang berorientasi pada diri sendiri dan kemuliaannya harus dibuang.

Sebagaimana teguran yang ditujukan kepada para murid, teguran itu juga
berlaku untuk kita. Sudahkah kita memiliki motivasi yang benar dalam
mengikut Kristus? Ataukah kita masih memiliki ambisi dan keinginan
pribadi tersembunyi di balik kehidupan kristiani yang kita jalani?
Hanya kita yang tahu. Namun apa pun kondisi kita, mintalah kepada
Kristus, agar ia memberikan motivasi yang murni sebagai pengikut
sejati.

Diambil dari:
Nama situs: SABDA.org (Publikasi e-SH)
Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2012/02/21
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 11 Juni 2012

Kontak: < leadership(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto dan Yonathan Sigit
Editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/lead >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org