Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/165 |
|
e-Leadership edisi 165 (15-7-2014)
|
|
==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI APRIL 2014============ Kepemimpinan dan Kemerdekaan e-Leadership -- Kepemimpinan dan Kemerdekaan Edisi 165, 15 Juli 2014 Shalom, Pada bulan Agustus 1945, bangsa kita memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan begitu, Indonesia tidak lagi berada di bawah penjajahan negara tertentu. Sebagai orang percaya, selain hidup merdeka di dalam negara yang merdeka pula, kita juga telah dimerdekakan dari dosa ketika menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Namun, sama halnya dengan beberapa warga negara Indonesia yang melupakan perjuangan para pahlawan, ada orang percaya yang juga menganggap remeh anugerah kemerdekaan yang dari Tuhan. Bagaimana dengan para pemimpin Kristen di Indonesia? Apakah kita sudah menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga Kerajaan Allah? Apakah kita menjalankan peran kita dengan sungguh-sungguh dan penuh ucapan syukur? Mari kita simak e-Leadership edisi bulan ini, sambil mempersiapkan diri menyambut peringatan kemerdekaan bangsa kita pada bulan Agustus mendatang. Mari kita isi kemerdekaan ini dengan menjadi pemimpin Kristen yang bertanggung jawab, baik kepada bangsa dan negara, terlebih kepada Tuhan. Staf Redaksi e-Leadership, Berlin B. < http://lead.sabda.org > Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. (1 Petrus 2:16) < http://alkitab.mobi/tb/1Pt/2/16/ > ARTIKEL: KEPEMIMPINAN YANG BERTANGGUNG JAWAB Pendahuluan Dr. Johannes Leimena merupakan sosok pemimpin yang unik. Pemimpin yang "low profile", tetapi memiliki kekuatan pengaruh yang sangat kuat bagi pemimpin-pemimpin lainnya. Ada banyak komentar positif mengenai sosok Dr. Leimena sebagai seorang yang berintegritas, jujur dan bertanggung jawab. Adam Malik mengatakan bahwa Leimena adalah "Seorang negarawan dan sekaligus gerejawan yang patut diteladani". Sultan Hamengku Buwono IX mengungkapkan, "Ia adalah teladan bagi kita semua sebagai pemimpin politik yang tetap hidup sederhana dan murni." Dan, masih banyak lagi karakter kepemimpinan yang mengagumkan dari Dr. Leimena sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap diri dan negaranya. Kepemimpinan seperti apakah yang diterapkan oleh Dr. Leimena? Leimena menerapkan kepemimpinannya berdasarkan karakteristik dirinya sebagai orang Ambon. Ia mengambil tanggung jawab ikut berjuang dan mengabdi penuh kepada Republik Indonesia. Selain itu, ia berpartisipasi dalam Komite Tiga Negara (KTN) untuk memenangkan kepentingan bangsa Indonesia. Melalui profesinya sebagai dokter, ia memikirkan dan berpartisipasi dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Dr. Leimena dengan semangat ekumenis mengajak seluruh orang Kristen di Indonesia untuk menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Bertanggung jawab untuk menjadi nasionalis sejati dalam menjalankan misi ekumenisme di Indonesia. Tanggung Jawab pada Diri Sendiri dan Masyarakat Pengalaman hidup Dr. Leimena merupakan sebuah proses pembelajaran terbaik dalam melihat sosok pemimpin yang ulet dan penuh integritas. Dr. Leimena bertanggung jawab terhadap dirinya dalam menjalani pendidikannya sejak di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dan menempuh pendidikan tinggi di sekolah kedokteran "STOVIA" (School Tot Opleiding Van Indische Artsen). Ia sangat rajin membaca buku sebagai bagian dari menambah wawasan dan pengetahuan. Selain itu, dengan kepribadiannya yang sederhana, ia bisa diterima oleh semua golongan. Dalam menjalani profesinya, Dr. Leimena banyak terlibat dengan masyarakat. Banyak orang yang dirawat menjadi sembuh. Ia dikenal sebagai dokter "bertangan dingin" karena setiap pasien yang ditanganinya pasti sembuh. Pada saat menjadi Menteri Kesehatan, ia juga merencanakan beberapa strategi untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dari kota hingga pedesaan. Posyandu merupakan salah satu strategi yang dicanangkan oleh Dr. Leimena untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan kesehatan. Strategi tersebut dahulunya lebih dikenal dengan "Leimena plan". Ia dikenal sebagai pemimpin yang memiliki integritas dan keuletan. Integritas dalam berpikir dan bertindak. Serta ulet dalam menjalankan tugas dan perannya. Dr. Leimena berupaya agar ia dapat menampilkan karakter dirinya dalam setiap peran yang ia lakukan. Ia menjalankan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan menjalankan tanggung jawab sebagai pengabdi dan pelayan masyarakat. Dalam menjalani hari-harinya, Dr. Leimena pada akhirnya dikenal oleh pemimpin lainnya sebagai sosok yang penuh integritas dan keuletan. Ia tidak takut untuk mengungkapkan sebuah kebenaran kepada siapa saja, dan juga berani untuk mengusulkan sebuah solusi cerdas yang penuh pertimbangan bagi tujuan bersama. Karakter inilah yang membuatnya selalu didengar dan dikagumi oleh pemimpin lain di sekitarnya. Warga Negara yang Bertanggung Jawab Menurut Dr. Leimena, bangsa merupakan tempat bagi seseorang untuk menjawab panggilan-Nya. Untuk itu, sebagai orang Kristen yang berada di tengah-tengah bumi Indonesia, kita memiliki tanggung jawab untuk menjawab panggilan Tuhan tersebut. Dr. Leimena menempatkan orang Kristen dalam dua cara pandang, yaitu sebagai warga kerajaan surga dan warga negara Indonesia. Sebagai warga kerajaan surga, orang Kristen harus bertanggung jawab kepada Tuhan dalam menjawab panggilan Tuhan untuk melayani di negara Indonesia sebagai bagian dari tanggung jawabnya terhadap Tuhan. Sedangkan sebagai warga negara Indonesia, orang Kristen bertanggung jawab melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Dengan demikian, orang Kristen hidup dalam dua kewarganegaraan, tetapi tetap menjalankan fungsi yang sama. Mengapa menjalankan fungsi yang sama? Karena fungsi dari sebuah negara juga merupakan fungsi yang diberikan Tuhan kepada negara tersebut dalam memelihara kehidupan yang adil, berkemanusiaan, dan sejahtera. Negara dan warga negara merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Warga negara merupakan bagian dari organisasi besar negara yang menjadi satu kesatuan. Seperti tubuh yang terdiri atas banyak bagian, tetapi menjadi satu kesatuan, demikianlah hubungan antara warga dan negara. Warga negara yang bertanggung jawab berarti warga yang turut bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi dalam negaranya. Dr. Leimena mengatakan bahwa kita dapat bertanggung jawab terhadap negara jika telah mempunyai keinsafan kenegaraan. Dan, keinsafan kenegaraan tidak dapat tumbuh jika tidak ada suatu keinsafan kebangsaan. Dengan demikian, kita tidak dapat menyebut diri kita warga negara, apabila kita tidak sadar bahwa kita adalah anggota dari suatu organisme yang bernama Indonesia. Pandangan kekristenan mengenai kewarganegaraan yang bertanggung jawab berhubungan erat dengan beberapa hal yang mendasar: Bagaimana kita memandang dunia di mana umat manusia hidup. Alkitab mengajarkan kepada kita adanya hubungan yang erat antara manusia dan bumi. Dalam proses yang panjang, Allah telah mendamaikan manusia dengan bumi lewat penebusan Yesus Kristus. Untuk itu, kita wajib memelihara dunia ini dan turut serta dalam pekerjaan untuk menciptakan Kerajaan Allah di dunia ini. Bagaimana kita memandang bangsa di mana kita ada di dalamnya? Alkitab mengajarkan kepada kita untuk memandang bangsa dengan sungguh-sungguh. Sebab, di situlah Tuhan menempatkan kita untuk menjawab panggilan kita. Bagaimana kita memandang negara, yang darinya kita adalah warga. Dalam bagian ini, orang Kristen juga ditempatkan dalam posisi yang paradoks, yaitu sebagai warga negara dan warga Kerajaan Allah. Sebagai warga negara, orang Kristen harus bertanggung jawab menentukan nasib hidup bangsa ini. Sedangkan sebagai warga Kerajaan Allah, kita menghadirkan kerajaan-Nya dengan merealisasikannya dalam kehidupan kita dan dunia. Bagaimana kita memandang masyarakat, tempat kita hidup dan bergerak setiap hari? Masyarakat merupakan sebuah komunitas hidup bersama. Dalam kehidupan bersama, dibutuhkan hubungan yang harmonis, serta melibatkan diri dalam usaha-usaha sosial yang bertanggung jawab. Sebagai masyarakat, kita harus memiliki tanggung jawab politik dalam memilih pemimpin bangsa ini. Tanggung jawab menjalankan peran dua kewarganegaraan, yaitu sebagai warga negara dan warga kerajaan Allah, akan berfungsi apabila setiap orang Kristen memiliki kesadaran untuk bernegara. Kesadaran itu mencakup sebagai warga negara yang beriman kepada Yesus Kristus sekaligus hidup sebagai warga negara Indonesia yang baik dan turut berpartisipasi dalam pembangunan. Dr. Leimena menunjukkan kedua sikap tersebut dengan turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia lewat diplomasi dalam berbagai perundingan antarnegara maupun dengan RMS di Maluku. Ia juga masuk sebagai salah satu anggota panitia penyelenggara kongres Pemuda pada tahun 1928 (yang melahirkan "Sumpah Pemuda"). Dr. Leimena menyadari bahwa kehadirannya di Indonesia merupakan bagian dari rencana Tuhan untuk memberinya peran dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Selain piawai berdiplomasi, ia juga bersedia menerima tanggung jawab untuk duduk dalam kabinet kementerian selama 21 tahun. Ia dikenal sebagai seorang cendekiawan yang tidak sekadar sebagai pemimpin yang hanya memikirkan kekuasaan dan kedudukan, tetapi juga berpikir jauh ke depan tentang negara dan kehidupan sosial di Indonesia. Dr. Leimena juga bertanggung jawab kepada Tuhan dalam mengembangkan Kerajaan Allah di bumi Indonesia. Ia terlibat aktif dalam membentuk lembaga-lembaga Kristen, seperti GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), Universitas Kristen Indonesia (UKI), Pembentukan DGI (Dewan Gereja-Gereja di Indonesia [sekarang PGI]), dan masih banyak lagi. Ia turut serta membangun semangat ekumenisme antar gereja-gereja yang ada di Indonesia. Sebagai orang kristiani, Dr. Leimena mampu memahami dan mengamalkan ajaran Kristen sampai ke pergaulan dalam masyarakat dan negara. Menurut Dr. Leimena, sebagai warga kerajaan Allah, ia memiliki tanggung jawab untuk mengamalkan ajaran Kristus dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ia memandang oikumene sebagai komitmen terhadap visi Kerajaan Allah atau suatu kesadaran dalam menjalankan tanggung jawab di muka bumi ini. Dalam menerapkan nilai-nilai kristiani, ia sering dikatakan sebagai orang yang menerapkan "kesalehan sosial" oleh banyak orang yang mengenalnya. Dalam konteks inilah, Dr. Leimena berkeyakinan bahwa setiap umat Kristen di Indonesia menjadi "warga negara yang bertanggung jawab". Politik Merupakan Etika Melayani Menurut Dr. Leimena, politik merupakan etika untuk melayani dan bukan teknik untuk berkuasa. Politik adalah alat untuk melayani sesama dan bukan alat untuk menguasai sesama. Dengan berpolitik, tujuan dan cita- cita kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan akan tercipta. Tanpa politik, sebuah negara akan berjalan tanpa adanya tanggung jawab dari tiap warga negaranya, untuk menuju pada cita-cita hidup bernegara. Salah satu buah pemikiran Leimena adalah "Orang Kristen bukanlah minoritas yang berarti menyendiri (isolasi), melainkan tugas orang Kristen justru menjadi saksi di dalam masyarakat Indonesia". Ia mengajak orang Kristen untuk memancarkan kasih Kristus bagi bangsa Indonesia. Kehadiran orang Kristen di Indonesia memiliki tanggung jawab dalam menjamin maju atau mundurnya bangsa ini. Dengan hidup dalam kesederhanaan, ia mampu menjadi negarawan sejati dan politisi yang berhati nurani. Melihat profesinya sebagai dokter, orang mungkin berpikir bahwa ia akan jauh dari dunia politik, dan lebih masuk ke dalam pengabdian sebagai dokter. Anggapan tersebut tidak hadir dalam kehidupannya. Sebagian besar hidupnya diabdikan untuk mempertahankan negara Indonesia lewat panggung politik. Ia menampilkan cara berpolitik dengan etika melayani yang penuh dengan integritas, kesantunan, dan ketekunan. Dr. Leimena merupakan sosok politisi ulung, yang tampil dengan karakter sederhana, akan tetapi memiliki pengaruh yang kuat dalam memimpin. Hal ini terbukti selama 21 tahun ia masuk dalam kementerian dan menjadi pejabat Presiden RI selama tujuh kali. Dr. Leimena merupakan sosok yang disegani dan dikagumi oleh lawan maupun teman politiknya. Penutup Dr. Leimena meninggalkan banyak pembelajaran tentang karakter kepemimpinan. Ia mampu membangun cara pandang yang tepat dalam melihat tanggung jawab sebagai orang yang taat kepada Allah dan orang yang memiliki kewajiban sebagai warga negara. Ia dipandang sebagai sosok yang patut diteladani dan pemimpin yang rendah hati. Ia banyak dikagumi oleh para pemimpin, disegani oleh lawan dalam berdiplomasi, pandai bergaul, dan dipercaya sebagai seorang teman. Dr. Leimena menunjukkan integritasnya sebagai pemimpin. Kepemimpinan yang bertanggung jawab merupakan wujud dari menjalankan peran kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Daftar Pustaka: Penyusun buku kenangan Dr. J. Leimena. "Mengenang Dr. J. Leimena: Kewarganegaraan yang bertanggung jawab", BPK Gunung Mulia: Jakarta ? 1985 Victor Silaen. "Dr. J. Leimena Negarawan Sejati & Politisi Berhati Nurani". BPK Gunung Mulia: Jakarta - 2007 Diambil dan disunting dari: Nama situs: Ricky Arnold Nggili Alamat URL: http://rickyanggili.blogspot.com/2013/11/dr-j-leimena-kepemimpinan-yang.html Judul asli artikel: Dr. Johannes Leimena: Kepemimpinan yang Bertanggung Jawab Penulis artikel: Ricky A. Nggili Tanggal akses: 13 Maret 2014 KUTIPAN Pemimpin yang baik adalah guru yang paling baik karena mereka menginginkan pengikutnya untuk mengajar dan melayani. (Anonim) INSPIRASI: MENGISI KEMERDEKAAN Nas bacaan: Yesaya 58:5-8 Pada 1942, pada masa awal penjajahan Jepang, Amir Syarifuddin Harahap berbicara dalam perayaan Natal BPPKK (Badan Persiapan Persatuan Kaum Kristen). Tokoh Kristen yang kemudian menjadi perdana menteri RI itu mengimbau agar orang tidak hanya memikirkan alam baka, tetapi "harus berdiri dengan kedua kakinya di tengah masyarakat yang bergolak". Amir mengatakan demikian karena umat Kristen Indonesia masa itu cenderung apatis terhadap dinamika masyarakat. Mereka lebih suka berfokus pada hal-hal rohani. Puluhan tahun kemudian, setelah Indonesia merdeka, masalah yang sama rupanya masih melilit umat Kristen di Indonesia. Banyak gereja mengaku "menjunjung Alkitab", tetapi sayangnya cenderung apatis terhadap persoalan bangsa. Mereka lebih suka berfokus pada hal-hal rohani yang berkaitan dengan ibadah, pekabaran Injil. Soal mengisi kemerdekaan Indonesia dengan keterlibatan di segala bidang, nyaris tidak pernah dikaji atau ditekankan. Tentu, ibadah dan pekabaran Injil perlu. Namun, jika hanya itu yang dilakukan orang Kristen, berarti kita belum sepenuhnya mengerti isi hati Allah. Dalam bagian kitab Yesaya yang kita baca hari ini, Allah jelas-jelas menginginkan ibadah umat-Nya berdampak pada perubahan sosial. Isu keadilan (ayat 6) dan kemiskinan (ayat 7), yang secara khusus menyangkut bidang politik, hukum, dan ekonomi, harus menjadi perhatian kita. Hari ini, biarlah imbauan Amir Syarifuddin mengingatkan kita akan panggilan Kristen di tengah masyarakat. Biarlah kita disemangati kembali untuk turut giat mengisi kemerdekaan bangsa. Diambil dari: Nama situs: SABDA.org Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/e-rh/2011/08/17/ Penulis artikel: ST Tanggal akses: 13 Februari 2014 Kontak: leadership(at)sabda.org Redaksi: Ryan, Berlin B., dan S. Setyawati Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip BCA Ps. Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |