Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/17 |
|
e-Leadership edisi 17 (10-5-2007)
|
|
Edisi Mei 2007 ==================================**================================== Milis Publikasi e-LEADERSHIP **** Topik: Karakter Pemimpin - Kredibilitas ==================================**================================== MENU SAJI EDITORIAL : Karakter yang Fundamental ARTIKEL (1) : Kredibilitas ARTIKEL (2) : Membangun Kepercayaan TIPS : Memenangkan Kepercayaan JELAJAH : Situs Leadership Indonesia STOP PRESS : Belajar dari Tokoh-Tokoh Besar ==================================**================================== EDITORIAL -*- KARAKTER YANG FUNDAMENTAL -*- Seorang anak diminta untuk memetik setangkai bunga yang sangat indah dan langka, namun terletak jauh di bawah jurang yang diapit tebing curam. Si peminta bahkan mau membayar mahal bila anak itu bersedia untuk diturunkan dengan tali dan mengambil bunga tersebut. Setelah berpikir beberapa saat, anak itu mengatakan bahwa ia bersedia turun ke jurang asalkan yang memegangi ujung talinya adalah ayahnya. Apa alasan anak itu mau menempuh bahaya? Tak lain adalah karena ia percaya kepada ayahnya, bahwa ayahnya tidak akan mencelakakannya. Kita bisa melihat bahwa sang ayah memiliki satu kualitas diri, yang disebut kredibilitas sehingga si anak merasa yakin sepenuhnya terhadap diri dan kemampuan ayahnya. Kita cenderung lebih mudah untuk memercayai orang yang sudah kita kenal dan kita anggap dapat dipercaya. Namun, bagaimana jika kita ditempatkan di lingkungan, khususnya organisasi, di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak saling mengenal kepribadian masing- masing. Tak mudah meraih kepercayaan dengan kondisi individu yang seperti itu, karena itu kepercayaan membutuhkan waktu untuk bisa tumbuh dan bukti bahwa seseorang benar-benar memiliki kredibilitas. Berangkat dari pertimbangan itulah, edisi kali ini menyajikan satu karakter pemimpin yang fundamental. Untuk bisa memenangkan loyalitas dan memberi pengaruh bagi para pengikut, seorang pemimpin haruslah menjadi seorang yang dapat dipercaya. Materi-materi berikut kiranya bisa menolong untuk semakin membangun dan mengembangkan kredibilitas diri Anda. Selamat belajar! Redaksi e-Leadership, Lanny Kusumawati "Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 28:20) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+28:20> ==================================**================================== TO BE PERSUASIVE WE MUST BE BELIEVABLE; TO BE BELIEVABLE WE MUST BE CREDIBLE; TO BE CREDIBLE WE MUST BE TRUTHFUL. (Edward R. Murrow) ==================================**================================== ARTIKEL (1) -*- KREDIBILITAS -*- Suatu kali, Dwight Eisenhower berkata: "Untuk menjadi pemimpin, seseorang harus memiliki pengikut. Agar memiliki pengikut, ia harus memiliki rasa percaya diri. Sebab itu, tak diragukan lagi, kualitas utama dari seorang pemimpin, adalah integritas. Tanpanya, tak akan ada keberhasilan yang sejati, baik dalam kelompok masyarakat, di lapangan sepakbola, ketentaraan, ataupun kantor. Bila rekan-rekan kerja mendapati pemimpinnya berpura-pura atau tidak jujur, pemimpin itu akan jatuh. Perkataannya haruslah sesuai dengan tindakannya. Karena itulah, yang paling diperlukan seorang pemimpin adalah integritas dan tujuan yang tinggi." Apakah kita dapat dipercaya? Apakah orang lain percaya pada kepemimpinan kita? Agar dapat memberi dampak terhadap kehidupan orang lain, kita harus menjadi pemimpin yang memiliki kredibilitas. Pengertian Kredibilitas ----------------------- Kredibilitas adalah alasan yang masuk akal untuk bisa dipercayai. Seorang yang memiliki kredibilitas berarti dapat dipercayai, dalam arti kita bisa memercayai karakter dan kemampuannya. Sokrates mengatakan, "Kunci utama untuk kejayaan adalah membuat apa yang nampak dari diri kita menjadi kenyataan." Istilah "integritas" dan "kejujuran" menolong kita dalam mengartikan kredibilitas. Integritas adalah "keadaan yang merupakan satu kesatuan dan utuh". Istilah yang paralel artinya dengan integritas (bahasa Ibrani: "tom" atau "tomim") bisa membantu kita untuk memahaminya: "righteousness" (`kebenaran` dalam Mzm. 7:8); "uprightness" (`kejujuran` dalam Mzm. 25:21); "without wavering" (`tidak ragu-ragu` dalam Mzm. 26:1 NRSV, NASB, dan NIV); dan "blameless" (`tidak bercela` dalam Mzm. 101:2 NRSV); sebanyak dua ayat dalam bahasa Ibrani memakai kata "tom", sedangkan yang lainnya diterjemahkan sebagai "integritas". Beberapa tokoh Alkitab dalam Perjanjian Lama menunjukkan integritas mereka. Mereka adalah Nuh (Kej. 6:9), Abraham (Kej. 17:1), Yakub (Kej. 25:27), Ayub (Ayb. 1:1, 8:2-3), dan Daud (1Rj. 9:4). Sering kali kata Ibrani tersebut diterjemahkan menjadi "perfect" (sempurna) atau "blameless" (tak bercela). Dalam Perjanjian Baru, kata integritas muncul hanya di Tit. 2:7 dalam kaitannya dengan pengajaran (NRSV, NIV, REB). Perihal kesucian hati atau pikiran tertuang dalam Mat. 5:8, 6:22; Yak. 1:7, 8:4-8 (Holman Bible Dictionary). "Honesty" (kejujuran) berarti `keadilan dan keterusterangan suatu tindakan`. King James Version sering kali menggunakan "honesty" atau kata-kata lainnya yang serupa arti, sedangkan terjemahan modern memakai kata lain, seperti "honorable/honorably" (sopan dalam Rm. 13:13, Flp. 4:8, Ibr. 13:18; 1Ptr. 2:12); "noble" (mulia dalam Luk. 8:15, Rm. 12:17); "dignity" (kehormatan dalam 1Tim. 2:2); dan "properly" (dengan sopan dalam 1Tes. 4:12). Orang yang "memiliki reputasi jujur" adalah orang yang terkenal baik (Kis. 6:3, NRSV; Holman Bible Dictionary). Para pemimpin memenangkan respek dan kepercayaan bila mereka melakukan apa yang benar, memberi masukan bagi para pengikut, memberikan telinganya untuk mendengarkan, memberi pujian bila pengikut bekerja dengan baik, menaati komitmen yang telah ditetapkan, saling memercayai dan melengkapi, bersama-sama menggenapi visi, bersikap terbuka, mengatasi masalah-masalah pribadi, mengakui kesalahan, memberikan solusi-solusi yang kreatif, dan mengajar dengan baik. Pemimpin yang kredibel memengaruhi hidup dan keputusan pengikut mereka. Mitos tentang Kredibilitas dan Kepemimpinan ------------------------------------------- Ada banyak sekali mitos tentang kredibilitas dan kepemimpinan. Beberapa di antaranya dikemukakan di bawah ini. - Citra diri (image) lebih penting daripada karakter. Kredibilitas akan berkembang bila karakter lebih dipentingkan dari citra diri. Kredibilitas akan rusak tanpa integritas. Kita memang bisa berpura-pura jujur, tulus, dan kompeten untuk sementara waktu, namun adanya tekanan dan masalah-masalah akan mengungkapkan karakter kita yang sebenarnya. - Pemimpin memiliki lebih banyak hak dibanding pengikut. Kedudukan tidak menjamin adanya hak-hak istimewa. Malahan pemimpin memiliki hak lebih sedikit dan kewajiban yang lebih banyak daripada orang lain. Pemimpin yang melayani bahkan mengorbankan kepentingan pribadinya. - Kepemimpinan adalah kedudukan yang penuh kekuasaan. Kepemimpinan bukanlah perihal kedudukan. Pada kenyataannya, kepemimpinan adalah pengaruh. - Seorang pemimpin bisa memimpin karena kedudukannya, bukan karena teladan yang diberikannya. Seorang pemimpin yang kredibel memimpin karena teladan yang diberikannya, bukan karena kedudukannya yang berkuasa. Pemimpin yang tidak merealisasikan ucapannya tidak akan memiliki pengikut yang bertahan lama. - Karisma adalah dasar kepemimpinan. Pandangan yang keliru ini bisa menyebabkan pemujaan terhadap sosok pemimpin yang "pahlawan". Karisma adalah hasil dari kepemimpinan yang efektif, bukan pendorong. - Kehidupan pribadi dan publik tidak harus sejalan. Ini adalah upaya untuk menolerir cacat moral dan karakter. Kredibilitas membutuhkan keselarasan dan konsistensi di semua aspek kehidupan seseorang. - Integritas tidaklah diperlukan dalam kesuksesan. Jika kita mengartikan kesuksesan dari sisi finansial, kedudukan, atau kekuasaan, integritas memang tidak diperlukan. Namun, kesuksesan yang sejati adalah hidup dalam keselarasan dengan prinsip-prinsip Tuhan dan ini memerlukan integritas. Kredibilitas dan Kepercayaan ---------------------------- Kepemimpinan yang kredibel adalah kepemimpinan yang dapat dipercaya. Kepercayaan kita akan tumbuh melalui komunikasi yang terbuka dan jujur. Dalam hal ini, kepekaan pemimpin juga dibutuhkan. Rasa takut disakiti kerap kali menjadi penghalang berkembangnya suatu hubungan yang bisa menumbuhkan kepercayaan dan memengaruhi orang lain. Ketika orang tidak memercayai sesuatu, mereka mulai berprasangka dan selalu menebak-nebak. Kurangnya kepercayaan menyebabkan seseorang menutup-nutupi, menyimpang dari, atau mengabaikan fakta karena merasa takut atau marah. Ketika seorang pekerja bersikap defensif, kesalahpahaman dalam berkomunikasi terjadi. James M. Kouzes dan Barry Z. Posner membahas perihal kepercayaan dan hubungan. Studi yang mereka lakukan menunjukkan bahwa orang akan mampu mengambil keputusan dengan lebih baik bila bekerja bersama pemimpin yang dipercaya. Mereka saling terbuka dalam mengungkapkan perasaan, jujur mengenai masalah dalam kelompok, dan memiliki tekad untuk mencari solusi. Mereka juga menunjukkan adanya pengaruh timbal-balik yang baik, kepuasan kerja yang lebih, motivasi tinggi untuk menyikapi setiap keputusan, dan kedekatan antaranggota tim. Lebih dari 66% orang yang berada dalam kelompok dengan tingkat kepercayaan rendah mengatakan bahwa mereka akan sungguh-sungguh mempertimbangkan untuk mencari jabatan yang lain. Faktor yang memengaruhi kredibilitas ------------------------------------ Fakta tentang kepercayaan: perbedaan utama antara kelompok yang kinerjanya tinggi dan kelompok yang kinerjanya rendah adalah tingkat kepercayaan mereka kepada atasan. Kepercayaan bersifat rapuh dan peka, juga tidak datang dengan mudah maupun cepat. Kita tidak akan memercayai seseorang sampai kita merasa nyaman berada di dekatnya dan dihargai. Kita menginginkan orang lain untuk membuktikan dirinya sebelum kita menaruh kepercayaan pada mereka. Dan kepercayaan itu dapat hancur hanya dengan satu kesalahan. Richard Huseman dan John Hatfield menggambarkan sikap dan perilaku yang timbul pada tingkat kepercayaan yang berbeda. - Tidak ada kepercayaan. Orang-orang yang kehilangan kepercayaan dalam suatu hubungan, entah kepada pemimpin, atau organisasi, memiliki motto "Aku akan mengendalikan mereka sebelum mereka mengendalikan aku." Mereka hanya mengurusi kepentingan mereka sendiri untuk melindungi diri. - Tingkat kepercayaan rendah. Orang-orang di tingkat ini selalu berprasangka dan tidak mau melakukan hal-hal melebihi tingkat kepercayaan mereka. - Tingkat kepercayaan tinggi. Orang-orang di tingkat ini lebih menekankan memberi daripada menerima. Mereka yakin bahwa mereka tidak akan dimanfaatkan atau dikhianati. Di samping itu, faktor keadilan juga berperan. Saat kita lebih banyak memberi daripada menerima, kita menginginkan keadilan. Orang menghitung harga dan keuntungan dalam suatu hubungan. Orang-orang seperti ini mungkin ada di dalam gereja atau lingkungan pekerjaan kita. Jika keuntungan yang diperoleh tidak seimbang dengan atau lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, mereka akan merasa frustrasi dan mungkin akan memutuskan untuk pergi. Begitu pulalah orang menilai kepemimpinan. Mereka mendukung pemimpinnya selama keuntungan yang didapat setara dengan harga yang dibayar. Dukungan, pelayanan, dan pemberian mereka mencerminkan persepsi mereka tentang keuntungan. Orang akan setia pada pemimpin yang dapat dipercaya dan memiliki kredibilitas. Membangun Kepercayaan dan Meningkatkan Kredibilitas --------------------------------------------------- Bila kita menganggap seseorang tidak bisa dipercaya, kecil peluangnya bagi suatu hubungan yang berdasarkan kepercayaan untuk berkembang. Peluang untuk dilukai oleh orang lain selalu ada, namun pemimpin yang sejati akan mengambil risiko itu. Untuk itu, seorang pemimpin perlu menyatakan kepercayaannya lebih dahulu kepada orang lain. Faktor pendukung lainnya, yaitu kepekaan terhadap keperluan dan minat orang lain. Dengan cara menanyakan secara langsung apa yang pengikut butuhkan, mendengarkan nada suara mereka, dan mengajukan pertanyaan sebagai tanda kepedulian, orang akan menilai bahwa pemimpin mereka tulus dalam memberi perhatian. Selain itu, semangat bekerja sama juga perlu untuk dikembangkan. Zig Ziglar menguraikan lima aturan untuk menumbuhkan semangat kerja sama sebagai berikut. - Pemimpin yang peka dan efektif menyadari bahwa tidak semua fakta ia ketahui. - Kepemimpinan yang sesungguhnya meliputi bekerja sama dengan dan meraih hasil maksimal dari orang-orang yang tidak sependapat dengan kita. - Pemimpin yang efektif melihat pandangan orang lain. Ia menekankan manfaat kerja sama, bukannya menuntut kerja sama dari para pengikutnya. - Pemimpin yang terorganisir merencanakan setiap tindakannya. Ia memilih waktu dan tempat yang tepat untuk mengutarakan gagasannya dengan jelas dan ringkas. - Pemimpin yang berhasil tidak membiarkan prasangka menghalangi para pengikut dalam menerima usul dan gagasan yang valid. Ia ingin memenangkan kerja sama dengan pikiran yang terbuka. Menilai Kepemimpinan -------------------- Orang yang memandang pemimpinnya sebagai pemimpin yang kredibel juga melihat dirinya sendiri, tanggung jawabnya, rekan kerjanya, dan organisasinya dengan cara yang berbeda dari orang yang memandang pemimpinnya tidak memiliki kredibilitas. Apakah organisasi Anda memandang Anda sebagai pemimpin yang memiliki kredibilitas? Seorang pemimpin sejati memiliki lebih dari sekadar nama jabatan kepemimpinan. Ia juga memiliki rasa percaya kepada diri sendiri dan kepada orang-orang yang mengikutinya. (t/Lanny) Sumber diterjemahkan dari: Nama situs : We Build People Judul asli : Credibility Penulis : Steve Mills Alamat situs: http://webuildpeople.ag.org/wbp_library/9507_credibility.cfm ==================================**================================== ARTIKEL (2) -*- MEMBANGUN KEPERCAYAAN -*- Kemampuan untuk membangun organisasi yang terpercaya dan memercayai adalah salah satu karakteristik krusial yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Apalagi dalam mendirikan suatu organisasi yang saling berbagi tanggung jawab untuk mencapai visi dan menjalankan jenis kepemimpinan berbagi (shared leadership). Beberapa titik-balik yang paling berhasil dari organisasi-organisasi yang tadinya mengalami kegagalan dicapai oleh manajemen baru yang mendorong tumbuhnya kepercayaan dalam organisasi. Dulunya perusahaan memiliki buku-buku tebal yang berisi kebijakan, kaidah, dan peraturan yang mengatur apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan pekerja. Dalam kenyataannya, pernyataan dan prinsip-prinsip yang lebih sederhana telah mengambil alih peran buku-buku tersebut. Prinsip itu mengatakan, "Utarakan pertimbanganmu dan kami akan percaya bahwa kau melakukan hal yang benar." Perlu waktu untuk membina kepercayaan, namun hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya. Jika kepercayaan disalahgunakan dalam suatu organisasi yang level kepercayaannya tinggi, dampaknya bisa sangat fatal. Kepercayaan membutuhkan pertanggungjawaban. Baik di organisasi komersial, maupun dalam suatu hubungan -- penyalahgunaan kepercayaan berdampak besar terhadap orang-orang. Kepercayaan sering kali dianggap sebagai hal yang remeh, baik di dalam gereja, persekutuan, apalagi di luar gereja. Model gereja tradisional yang "menggaji" pendeta sebagai pelaku pelayanan dengan jelas menggambarkan suatu organisasi yang bisa beroperasi pada level kepercayaan yang rendah. Orang bisa saja datang ke gereja, tapi keterlibatan mereka hanya sebatas melaksanakan tugas-tugas yang sederhana saja. Bahkan gereja-gereja besar, yang melibatkan banyak orang dalam pelayanannya, bukan tak mungkin beroperasi pada level kepercayaan yang relatif rendah bila tidak mengizinkan jemaatnya untuk saling berbagi tanggung jawab dan pertanggungjawaban demi kelangsungan gereja tersebut. Tuhan menginginkan kita untuk berjalan dengan kepercayaan penuh -- baik di dalam-Nya maupun dalam gereja. Tuhan itu dapat dipercaya. Ia telah berkata, "Tak akan pernah Aku meninggalkanmu, tak akan pernah Aku membuangmu." Sebab itu, dengan yakin kita dapat berkata, "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut" (Ibrani 13:6). Kita perlu belajar untuk memercayai dengan sepenuhnya, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri" (Amsal 3:5). Pengalaman kita dalam memercayai Tuhan seharusnya meningkatkan kemampuan kita dalam memercayai dan mendorong kita untuk membangun kepercayaan dalam persekutuan Kristen. Kepercayaan merupakan sesuatu yang menyangkut adanya hubungan -- antara Tuhan dan anggota gereja, antara individu yang satu dan individu lain dalam gereja, dan antara anggota gereja dan jajaran pimpinan gereja. Untuk bisa memercayai, kita memerlukan kepekaan, kesediaan mengambil risiko, dan kesediaan untuk menyerahkan wewenang dalam situasi tertentu. Pembangunan hubungan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi kemungkinan besar membutuhkan sikap mau melayani dan kerendahan hati. Larry Reynolds mengidentifikasi empat komponen utama yang dibutuhkan dalam membangun hubungan tersebut. Komponen pertama adalah KOMPETENSI, yaitu kemampuan seseorang untuk memenuhi harapan kita, melakukan tugas yang kita ingin untuk ia kerjakan. Ketika berada dalam pesawat terbang, kita memercayai sang pilot berdasarkan kompetensinya yang terbukti dengan lisensi terbang yang diperolehnya. Saat meminta seseorang untuk memimpin satu persekutuan rumah, kita tidak akan sepenuhnya memercayainya sampai merasa yakin bahwa ia memiliki kemampuan cukup untuk memimpin kelompok secara efektif. Hal ini menegaskan kebutuhan untuk memastikan bahwa kita telah menyesuaikan peranan di gereja dengan karunia dan kemampuan yang dimiliki oleh jemaat, termasuk untuk membentuk suatu proses yang tepat untuk menyesuaikan kemampuan dan karunia mereka dalam pelayanan yang mereka kerjakan di gereja. Hal ini bukan sekadar masalah bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau buruk. Hal ini justru akan memengaruhi tingkat kepercayaan dalam hubungan tersebut. Komponen kedua adalah KETERBUKAAN. Ketika kita bersedia untuk memercayai orang lain, berbagi pendapat, pemikiran, dan visi dengan mereka, sesungguhnya kita sedang mendorong mereka untuk memercayai kita. Bagi sebagian pemimpin gereja, hal ini merupakan tantangan. Sebab kita mungkin harus memerangi keinginan untuk kebutuhan dan perasaan pribadi kita sendiri. Kita juga perlu menaksir level kepercayaan yang telah dibangun persekutuan itu dalam gereja -- apakah anggota gereja bersedia untuk berbagi satu sama lain dengan terbuka dan jujur? Keterbukaan menuntut kita untuk berbicara dalam kasih dan apa adanya. Malahan, dengan membicarakan kebenaran di dalam kasih, kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus, yang adalah Kepala (Efesus 4:15). Keterbukaan juga menuntut kemudahan untuk dihubungi -- jika salah seorang anggota gereja ingin menemui kita, seberapa mudah mereka akan mendapat waktu di sela keseharian Anda? Keterbukaan juga menunjukkan bahwa kita akan sungguh-sungguh memberi dorongan dan tanggapan secara timbal balik. Secara profesional, banyak anggota gereja yang diharapkan untuk mengikuti beberapa bentuk latihan pengumpulan tanggapan sebagai bagian dari peninjauan pengembangan. Persekutuan yang memiliki kepercayaan penuh dapat mengambil sebagian latihan-latihan ini untuk memberi dorongan dan kesempatan bagi pengembangan diri. Kualitas yang dapat dipercaya dan konsistensi merupakan unsur yang vital. Orang hanya akan memercayai kita jika mereka bisa mengandalkan kita untuk melakukan hal yang telah dijanjikan. Bahwa kita akan menjaga komitmen kita terhadap suatu hubungan, bukannya bersikap "angin-anginan." Perlu diperhatikan bahwa untuk menjaga kepercayaan, kita perlu memenuhi apa yang diharapkan orang lain dari hubungan tersebut, ketimbang melakukan hal-hal yang diyakini harus kita lakukan. Mungkin saja penting untuk mengklarifikasi harapan bila kita ingin menghindari kesalahpahaman dan penurunan level kepercayaan. Hal-hal sederhana, seperti tidak menelepon balik atau tidak menjawab surat, bisa menciptakan persepsi bahwa kita tidak dapat dipercaya. Jauh lebih mudah untuk mempertahankan kualitas kita agar dapat dipercaya jika ada kesadaran akan kemampuan dan prioritas. Konflik yang mengganggu waktu dan energi kita bisa dikurangi dengan tidak memaksakan diri melebihi kemampuan. Dengan memiliki pemahaman yang jelas tentang prioritas, kita bisa memecahkan situasi ketika kita diperhadapkan pada masalah. Manajemen waktu yang tradisional mengelompokkan hal-hal berdasar pada seberapa penting dan mendesaknya suatu hal -- hal yang penting dan mendesak menempati prioritas tertinggi. Menginvestasikan waktu pada hal-hal yang penting, namun tidak mendesak, adalah salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stres di waktu mendatang. Yang terakhir adalah KEADILAN. Mustahil bisa membangun kepercayaan bila perilaku kita kurang berintegritas, memperlakukan satu orang lebih baik daripada yang lain, atau kurang jujur dalam menangani situasi. Bagaimana keputusan itu diambil di dalam gereja? Apakah orang-orang yakin bahwa keputusan yang mereka ambil sudah adil, tanpa prasangka? Ataukah beberapa orang merasa tak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan? Akhirnya, kita perlu mengingat bahwa jika orang lain akan meletakkan kepercayaannya pada kita, kita pun harus bisa menjadi orang yang bisa dipercaya. Selain itu, diperlukan juga kesediaan kita untuk memercayai orang lain. Pada dasarnya, kepercayaan perlu diraih. Warren Bennis menggambarkan kepercayaan sebagai lem emosional yang merekatkan semua institusi. Ini menunjang pemikiran bahwa dengan memakai lem, seorang tidak dapat menghindari situasi yang lengket -- kepercayaan melibatkan risiko pribadi. Namun, dengan mengambil risiko ini, kita akan memasuki level kepercayaan yang lebih tinggi. (t/Lanny) Sumber diterjemahkan dari: Nama situs : The Teal Trust Judul asli : Building Trust Penulis : -- Alamat situs : http://www.teal.org.uk/mat/page4.htm ==================================**================================== TIPS -*- MEMENANGKAN KEPERCAYAAN -*- Sembilan panduan ini bisa menjadi langkah awal untuk memenangkan kepercayaan dari para pengikut Anda. 1. Jadilah seorang penyemangat. Jika Anda tidak memiliki sesuatu yang baik untuk dikatakan, mungkin Anda tidak perlu berkata apa-apa. 2. Pelajari, dengarkan, dan pahami perasaan yang terkandung di balik ucapan seseorang. 3. Perlihatkan minat dan perhatian yang tulus terhadap pekerjaan orang lain. 4. Jadilah teman yang dapat diandalkan untuk para pengikut Anda -- untuk orang-orang yang Anda pimpin. 5. Komunikasikan dengan jelas tujuan dan rencana yang akan membawa dampak bagi anggota organisasi. Dengarkan pula saran dan masukan dari mereka. 6. Saat memberikan arahan atau koreksi bagi para pengikut, pastikan Anda cepat tanggap terhadap sikap mereka, dan bagikan pula tentang bagaimana cara Anda mengatasi masalah serupa. 7. Tunjukkan kasih dan kepedulian Anda secara nyata. 8. Bersikaplah konsisten ketika mengatur dan mengarahkan para pengikut. 9. Berikan pujian kepada para pengikut Anda secara terbuka. Sumber diadaptasi dari: Nama situs : NETBible Judul asli : Basis for Building Trust Penulis : -- Alamat situs: http://net.bible.org/illustration.php?topic=1604 ==================================**================================== JELAJAH -*- SITUS LEADERSHIP INDONESIA -*- http://www.leadership-indonesia.net/ Dari segelintir situs lokal bertema kepemimpinan, situs Leadership Indonesia ini bisa menjadi alternatif bagi mereka yang mencari situs kepemimpinan berbahasa Indonesia. Sebanyak 65 artikel kepemimpinan dari berbagai sumber tersedia di situs ini. Beberapa di antaranya berjudul Pemimpin dan Manajer, Suksesi, dan Jadi Nomor Satu. Bukan hanya itu, kisah hidup dan perjuangan dari tokoh-tokoh pemimpin yang berhasil di bidangnya masing-masing, mulai dari presiden sampai pengusaha, bisa menjadi inspirasi dan dorongan bagi Anda dalam menjalankan kepemimpinan. Fasilitas pencariannya juga cukup lengkap karena Anda bisa memilih bagaimana tampilan hasil pencarian yang Anda inginkan, menurut kategori, urutan alfabet, atau dari yang paling banyak diakses. Kiriman dari: Maria ==================================**================================== STOP PRESS -*- BELAJAR DARI TOKOH-TOKOH BESAR MELALUI BIO-KRISTI -*- Kalau Anda hendak mencari inspirasi dengan membaca riwayat hidup tokoh-tokoh besar, rasanya Anda perlu mencoba Buletin Elektronik Biografi Kristiani (Bio-Kristi). Buletin yang diterbitkan Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) ini akan mengajak Anda untuk berkenalan dengan tokoh-tokoh besar Kristen yang sudah mewarnai dunia lewat pemikiran dan karya-karya mereka. Demikian pula dalam hal kepemimpinan. Tokoh-tokoh seperti Martin Luther, John Wycliffe, John Wesley, Martin R. DeHaan dan masih banyak tokoh lainnya. Dari mereka, Anda bisa belajar banyak hal mulai dari karakter, kredibilitas, integritas, komitmen, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan kepemimpinan. Tidak hanya membahas riwayat hidup, Bio-Kristi juga mengulas bagaimana mereka merumuskan pemikiran dan karya-karyanya. Disertai dengan info-info ringan, Anda tidak akan kecewa berlangganan publikasi satu ini. Segera bergabung dalam barisan pelanggan Bio-Kristi dengan mengirim surat ke: ==> < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Untuk melihat arsip-arsip edisi terdahulu silakan akses: ==> http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi Kunjungi dan jadilah salah satu pengguna dari situs Bio-Kristi: ==> http://biokristi.sabda.org/ ==================================**================================== Berlangganan : subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: staf-leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead : http://lead.sabda.org/ ---------------------------------------------------------------------- Redaksi e-Leadership: Lanny Kusumawati e-Leadership merupakan kerja sama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara tersambung di situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2007 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |