Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/180 |
|
e-Leadership edisi 180 (15-9-2015)
|
|
=============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI SEPTEMBER 2015============== Kepemimpinan dalam Rumah Tangga (I) e-Leadership -- Kepemimpinan dalam Rumah Tangga (I) Edisi 180, 15 September 2015 Shalom, Sikap yang sering kali diabaikan oleh beberapa pemimpin Kristen adalah memberi perhatian pada pernikahan dan keluarganya karena alasan pelayanan. Banyak orang berpikir bahwa tidak apa-apa mengabaikan pasangan dan keluarga kita selama itu dilakukan untuk pelayanan. Pada kenyataannya, sikap mengabaikan pernikahan dan keluarga dalam kepemimpinan sering kali menjadikan seseorang pemimpin di mana pun, kecuali di rumahnya sendiri. Saat menasihati Timotius tentang syarat seorang penilik jemaat, Paulus mengatakan bahwa seorang penilik jemaat haruslah "seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya."(1 Timotius 3:4) Mencermati nasihat Paulus ini, tersirat betapa pentingnya pasangan dan keluarga bagi seorang pemimpin. Sebelum keluar rumah sebagai sosok pemimpin yang hebat, seorang pemimpin harus mampu menunjukkan kepemimpinannya di dalam rumahnya sendiri. Demikian kira- kira yang ingin dikatakan Paulus. Karena itu, pada kesempatan ini e- Leadership mengangkat tema Kepemimpinan dalam Rumah Tangga. Kami berharap bahwa artikel yang kami sajikan dapat menolong kita, khususnya para suami, untuk bisa menjadi pemimpin yang lebih baik lagi, baik di dalam maupun di luar rumah mereka. Tuhan memberkati. Pemimpin Redaksi e-Leadership, Berlin B. < berlin(at)in-christ.net > < http://lead.sabda.org > Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. (1 Petrus 3:7)< http://alkitab.mobi/tb/1Ptr/3/7/ > ARTIKEL: SUAMI, ROLE MODEL PEMIMPIN DALAM KELUARGA Ada sebuah kisah tentang seorang pria yang meninggal dan masuk ke surga untuk menemukan dua tanda di atas dua jalur yang berbeda. Salah satu tanda mengatakan: "Semua laki-laki yang telah didominasi oleh istri-istri mereka, berdiri di sini". Jalur yang satu ini kelihatan sangat panjang. Tanda kedua berbunyi: "Semua (laki-laki) yang tidak pernah didominasi oleh istri-istrinya, berdiri di sini". Di bawah tanda itu tampak berdiri satu orang. Lalu, pria itu pun menghampirinya, meraih lengannya, dan berkata. "Apa rahasianya, bagaimana Anda melakukannya? Jalur lain sangat penuh dengan jutaan laki-laki dan Anda hanya seorang diri berdiri di barisan ini." Pria itu melihat sekeliling dengan ekspresi bingung dan berkata: "Kenapa, saya tidak yakin saya mengetahuinya. Istri saya yang menyuruh saya untuk berdiri di sini". Kita mungkin sudah pernah mendengar lelucon tentang "siapa yang memegang kendali di rumah". Namun, topik kepemimpinan dalam rumah tangga pun dianggap sebagai bahan tertawaan. Selama beberapa dekade terakhir, budaya kita telah merumuskan kembali makna dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan di tengah rumah tangga dan lingkungan masyarakat. Banyak laki-laki yang justru bingung dan merasa tidak aman, dan tidak tahu bagaimana harus bertindak di rumah. Mereka tidak memiliki model kepemimpinan dan mental yang baik sebagai pemimpin keluarga. Akibatnya, mereka tidak memimpin secara efektif atau bahkan tidak menerapkannya. Banyak pria yang menikah dengan wanita kuat dan mandiri akhirnya membiarkan tanggung jawabnya dilakukan sendiri oleh sang istri. Mereka membiarkannya tanpa melakukan apa pun. Sayangnya, model pria seperti ini bukanlah yang diharapkan Tuhan. Alkitab menjelaskan bagaimana seharusnya seorang pria, ayah dan suami menjadi role model yang baik. Lebih tepatnya menjadi pemimpin dan pelayan. Beberapa konsep yang dicatatkan dalam Alkitab dengan jelas menunjukkan bagaimana seharusnya peran seorang suami. Konsep ini membawa kebebasan untuk suami/istri dan membantu mereka sebagai sebuah tim untuk memerangi konflik dan ketidakterbukaan dalam pernikahan. Seperti dikutip dari Familylife.com, seorang pria, suami, dan ayah sepatutnya: # Menjadi pemimpin yang baik. Alkitab menunjukkan susunan kepemimpinan yang jelas dalam pernikahan. Seperti dituliskan dalam 1 Korintus 11: 3 tentang bagaimana istri sepatutnya tunduk kepada suami sebagai kepala keluarga. Begitu pula suami sepatutnya mengasihi istri sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat. Sebab siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri (baca Efesus 5:22-30). Tentang pesan yang disampaikan di Efesus ini, William Hendriksen, seorang sarjana Perjanjian Baru dan penulis komentar Alkitab, mengatakan bahwa Tuhan sudah menempatkan tanggung jawab utama rumah tangga di pundak suami. Tuhan menugaskan istri untuk menaati suami. Namun, menjadi "kepala" bukan berarti suami bebas mendominasi istri. Tuhan tidak pernah memandang perempuan di posisi kedua setelah laki- laki. Ia menegaskan hal itu, bahwa kita semua memiliki nilai dan kedudukan yang sama (Galatia 3:28). # Mencintai istri tanpa syarat. Dalam Efesus 5:25 dikatakan, "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri- Nya baginya". Penerimaan tanpa syarat suami terhadap istri tidak diukur dari kinerja, tetapi dari nilai sebagai karunia Tuhan kepada laki-laki. Jika Anda ingin mencintai istri Anda tanpa syarat, pastikan tangki emosional Anda penuh. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah meyakinkan diri terus-menerus. Biarkan istri tahu secara lisan bahwa Anda menghargai dia, menghormati, dan mencintainya. Tak ada makna di balik kata "cinta", tanpa aksi atau tindakan. Dan, setiap suami perlu melakukan kedua hal ini secara bersamaan. Salah satu peran suami yang banyak hilang di tengah keluarga adalah tindakan pengorbanan. Kapan terakhir kali Anda memberikan sesuatu yang romantis kepada istri Anda, sesuatu yang benar-benar dihargainya. Kadang-kadang Anda harus memberikan sesuatu yang Anda nikmati sehingga istri Anda dapat merasakan dan melihat cinta Anda kepadanya. # Menjadi pelayan. Menurut Perjanjian Baru, menjadi kepala bagi istri dan keluarga bukan berarti menempatkan suami menjadi tuan, tetapi justru harus mau menjadi pelayan. Setiap laki-laki sepatutnya menyadari ini, bahwa Kristus adalah model kepemimpinan kita. Yesus secara gamblang memberi teladan ketika Ia menjadi hamba bagi murid-murid-Nya dengan membasuh kaki para murid kala itu (baca Yohanes 13:1-17). Salah satu cara terbaik untuk melayani istri adalah memahami kebutuhan dan mencoba memenuhinya. Suami harus peka dengan apa yang dirasakan istri, apa yang tengah dihadapinya dan mencoba untuk mengurangi kekhawatirannya, masalahnya, dan tekanan yang dialaminya. Hal lain yang dapat dilakukan seorang suami adalah tetap selalu ada untuk istri, dalam kondisi apa pun itu. Tetap senantiasa ada tak hanya dalam persoalan jasmaniah, pun terkait persoalan kebutuhan spiritual. Jadilah seorang laki-laki yang takut akan Tuhan dan memiliki karakter ilahi agar Anda dapat membawa keluarga Anda sebagai keluarga yang diberkati dan dikenan Tuhan. Diambil dan disunting dari: Nama situs: Jawaban.com Alamat URL: http://www.jawaban.com/read/article/id/2014/11/18/92/141118113213/Suami,-Role-Model-Pemimpin-Dalam-Keluarga Penulis artikel: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 11 Juni 2015 KUTIPAN "Menjadi seorang ayah adalah sebuah pilihan, tetapi tetap setia dalam keayahan adalah sebuah kewajiban." -- Joan Ambu INSPIRASI: SIKAP DEMOKRATIS PEMIMPIN KELUARGA Sikap demokratis pemimpin rumah tangga -- rumah tangga merupakan unit terkecil dari suatu komunitas bangsa. Boleh jadi diumpamakan keberadaan rumah tangga itu sebagai negara bagian terkecil dari suatu bangsa. Sebab, anggota suatu rumah tangga adalah ayah, ibu, dan anak. Ayah menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Fungsi ayah ini tidak dapat digantikan atau ditambah. Tidak ada dua pemimpin dalam rumah tangga. Tidak ada dua nakhkoda bagi sebuah kapal. Dan, tidak ada dua presiden dalam sebuah negara berbentuk republik. Rumah tangga memiliki pemimpin yang unik. Kenapa tidak? Selain tidak dapat diganti atau ditambah, masih ada keunikan lain. Pemimpin dalam kenegaraan, institusi, lembaga, dan pemimpin organisasi bisa mengundurkan diri atau disuruh mundur karena tidak sanggup memimpin apa yang dipimpinnya. Namun, tak pernah kita dengar ada pemimpin rumah tangga yang mengundurkan diri. Atau disuruh mengundurkan diri oleh anggota rumah tangganya untuk menjadi pemimpin keluarga. Di sisi lain, ayah memang harus mampu menjadi pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya. Bagaimana mungkin seseorang mampu memimpin yang lain kalau dirinya sendiri tidak sanggup mengurusnya. Untuk menjadi pemimpin yang baik dan dituruti oleh anggota rumah tangga, seorang ayah harus mempunyai "power". Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kekuatan untuk menjadi pelindung anggota rumah tangga secara fisik maupun psikis serta spiritual. Mempunyai kekuatan untuk menjadi suri teladan bagi anggota rumah tangga. Ibarat sebuah negara, tipe kepemimpinan suatu keluarga juga sangat menentukan warna dan corak sosial budaya suatu keluarga. Tipe kepemimpinan seorang kepala keluarga yang bersifat otoriter akan mengungkung anggota keluarga pada suasana dan lingkungan yang tidak nyaman. Ayah yang bersifat demokratis dalam lingkungan rumah tangga sudah pasti menimbulkan dan suasana lingkungan keluarga yang kondusif. Tipe kepemimpinan seorang ayah ini sebenarnya termasuk tipe pemimpin garis tengah. Tidak terlalu permisif, serba membolehkan, tetapi juga tidak mengekang dan melarang. Tipe kepemimpinan seorang ayah yang demokratis akan selalu menerima dan mendengar masukan, pertimbangan, saran dari anggota keluarganya. Prinsip musyawarah dan mufakat akan lebih diutamakan. Namun, suatu ketika pemimpin rumah tangga ini dapat bertindak tegas terhadap pelanggaran komitmen keluarga. Suatu ketika, ayah bisa memberikan hukuman (punishment) dan sebaliknya bisa pula memberikan penghargaan (reward) yang adil dan seadil-adilnya bagi anggota keluarga. Demokratisasi kepemimpinan dalam rumah tangga menjadi cikal bakal lahirnya pemimpin yang demokratis di negeri ini. Sebab, tipe kepemimpinan ayah dalam keluarga akan berdampak luas terhadap pembentukan karakter anak sebagai calon pemimpin bangsa. Diambil dan disunting dari: Nama situs: Matra Pendidikan Alamat URL: http://www.matrapendidikan.com/2014/08/sikap-demokratis-pemimpin-rumah-tangga.html Penulis artikel: Uda Awak Tanggal akses: 11 Mei 2015 STOP PRESS: PUBLIKASI KALENDER DOA SABDA (KADOS) Bagi Anda yang terbeban atau terlibat dalam pelayanan doa, baik di gereja, maupun mereka yang berkomitmen untuk berdoa syafaat secara pribadi dan ingin mendapatkan informasi dan panduan pokok-pokok doa harian selama sepekan. Kami menyediakan pokok-pokok doa untuk membantu Anda agar memiliki waktu-waktu doa yang teratur dan terarah. Anda juga dapat berpartisipasi untuk mengirimkan pokok-pokok doa, khususnya bagi Indonesia dan terlibat dalam forum pendoa syafaat, atau kritik/saran ke redaksi Kalender Doa SABDA yang beralamat di <doa(at)sabda.org>. Mari segera berlangganan dengan cara mengirimkan email kosong ke alamat <subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org> dan setiap seminggu sekali Anda akan mendapatkan buletin Kalender Doa SABDA secara gratis. Kontak: leadership(at)sabda.org Redaksi: Berlin B., Ayub, dan Mei Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |