Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/182 |
|
e-Leadership edisi 182 (17-11-2015)
|
|
===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI OKTOBER 2015============ Pemimpin dan Panggilan (I) e-Leadership -- Pemimpin dan Panggilan (I) Edisi 182, 17 November 2015 Shalom, Seorang pemimpin Kristen yang paham akan panggilan Tuhan pasti mengetahui bahwa pemimpin bukanlah orang yang bersikap arogan karena kehebatan dan kekuasaan yang dimilikinya, melainkan orang yang memiliki kerendahan hati yang dengan rela menyerahkan kuasa serta kehebatan dalam dirinya kepada Tuhan. Sebab, Tuhan menentang pemimpin yang congkak. Ia ingin agar setiap pemimpin terlebih dahulu belajar merendahkan hati di hadapan Tuhan. Seorang pemimpin Kristen harus memahami panggilan Tuhan. Apa artinya menjadi pemimpin yang memahami panggilan Tuhan? Anda dapat menemukan jawabannya dalam artikel yang telah disiapkan redaksi pada edisi ini. Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan inspirasi "Panggilan Kepemimpinan" untuk semakin membekali Anda menjadi pemimpin yang memahami panggilan Tuhan. Kiranya seluruh sajian dalam edisi ini memberkati Pembaca e-Leadership sekalian. Selamat melayani! Redaktur Tamu e-Leadership, Yuniatun < http://lead.sabda.org > "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi (pemimpin) bagi bangsa-bangsa" < http://alkitab.mobi/tb/Yer/1/5/ > ARTIKEL: PEMIMPIN DALAM PANGGILAN TUHAN Musa, siapa tidak kenal? Dia adalah seorang pemimpin besar yang ditugaskan oleh Tuhan untuk membawa bangsa Israel -- umat Tuhan yang hidup dalam perbudakan -- keluar dari negeri Mesir. Siapa pula yang tidak kenal Yosua, yang menggantikan Musa dan memimpin bangsa Israel; generasi muda yang lahir di padang gurun selama berkelana 40 tahun? Keduanya jelas merupakan sosok pemimpin zaman itu yang melakukan mukjizat dan mendemonstrasikan kuasa Tuhan. Musa dengan tongkatnya membelah Laut Merah setelah sebelumnya melakukan 10 mukjizat di tanah Mesir, sedangkan Yosua melakukan mukjizat dengan memerintah matahari dan bulan untuk berhenti di tempatnya ketika bangsa Israel bertempur dengan bangsa Amori (Yosua 10:12-14). Jelas mereka berdua merupakan pemimpin besar bangsa Israel, bukan saja karena jumlah umat yang harus dibawa, tidak kurang dari 2.5 juta orang, tetapi juga karena bangsa tersebut tidak mudah dipimpin -- disebut dengan istilah bangsa yang tegar tengkuk. Bagaimana mereka menjadi pemimpin atau lebih tepatnya, bertanya bagaimana mereka dipanggil Tuhan untuk menjadi pemimpin? Alkitab menceritakan ada kisah yang mirip seperti yang dialami oleh Musa maupun oleh Yosua. Pada waktu Musa sedang menggembalakan domba di tanah Median, tiba-tiba ia melihat belukar yang menyala-nyala, tetapi tidak terbakar, dan ketika ia menghampiri kemudian berusaha menjauh, ia mendengar namanya dipanggil: Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." (Keluaran 3:3-5) Sedangkan Yosua pada waktu ia sedang memandang Kota Yerikho yang harus dilewati bangsa Israel karena merupakan pintu gerbang menuju Tanah Perjanjian Kanaan, tiba-tiba melihat seorang laki-laki, dan Yosua pun mendekati orang itu dan terjadilah dialog ini: ... "Kawankah engkau atau lawan?" Jawabnya: "Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: "Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?" Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata kepada Yosua: "Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus." Dan Yosua berbuat demikian. (Yosua 5:13b-15) Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan kepada Musa, ternyata Musa berhadapan dengan Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub (kakek buyut, kakek, dan ayah), sedangkan Yosua menurut beberapa interpretasi berhadapan langsung dengan Tuhan Yesus, yang mengaku sebagai Panglima Balatentara Tuhan. Keduanya tidak menolak ketika Musa maupun Yosua sama-sama bersujud menyembah. Dari pengalaman keduanya, kita melihat persamaan menerima perintah: "Tanggalkan kasutmu ... sebab tanah di mana engkau berdiri adalah kudus." Kita bisa mengambil dua kesimpulan dengan peristiwa ini. Pertama, bahwa di mana ada hadirat Tuhan, tanah apa pun, entah itu tanah berbelukar ataupun jalan yang sunyi, menjadi kudus. Kedua, siapa pun yang berhadapan dengan Tuhan harus menjadi kudus, ditandai dengan menanggalkan kasut. Mengapa kasut? Rupanya kasut mengandung rahasia juga yang perlu kita gali dan menjadi kunci dalam panggilan Tuhan terhadap seorang yang dipilih-Nya untuk menjadi seorang pemimpin. Kasut melambangkan setidaknya tiga hal. Pertama, sebagai status. Pada waktu itu di Israel, kasut menjadi salah satu lambang status, semakin tinggi status dan semakin kaya seseorang, semakin bagus kasut yang dipakainya. Pakaian boleh saja kurang lengkap atau bermutu sedang- sedang, tetapi kasut tetap harus dipakai kecuali sedang bertamu, harus ditanggalkan. Sebetulnya, tidak sulit untuk dapat mengerti hal ini, bayangkan Anda datang di sebuah pesta, yang pria dengan jas lengkap dan yang wanita memakai long-dress, tetapi keduanya tidak memakai sepatu alias "nyeker". Bayangkan pandangan semua orang terhadap mereka. Kedua, sebagai hak. Kita bisa mengetahui dari kisah Rut. Diceritakan ketika salah satu sanak dari Boas tidak bersedia mengawini Rut, maka ia melepaskan kasutnya sambil berkata: "Engkau saja yang membelinya." Dan, ditanggalkannyalah kasutnya. Kemudian berkatalah Boas kepada para tua-tua dan kepada semua orang di situ: "Kamulah pada hari ini menjadi saksi, bahwa segala milik Elimelekh dan segala milik Kilyon dan Mahlon, aku beli dari tangan Naomi" (Rut 4:8-9). Ketiga, sebagai kuasa. Ini bisa kita ketahui ketika Yohanes Pembaptis membaptis orang-orang, ia dengan lantang berkata kepada umat Israel yang sedang antre untuk dibaptis di Sungai Yordan: Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api (Matius 3:11). Dari peristiwa yang dialami oleh Musa dan Yosua, kita belajar bahwa seorang pemimpin ketika dipanggil oleh Tuhan harus menyadari bahwa Tuhan itu kudus, dan ia harus datang kepada Tuhan dalam kekudusan dengan sungguh-sungguh merendahkan diri dan menyerahkan kepada Tuhan, baik status, hak, maupun kuasa yang ada dalam dirinya. Setelah peristiwa itu, Anda melihat bahwa mereka berdua siap dan mulai melakukan panggilan Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar dalam memimpin bangsa. Ada `transfer of power through holiness` (transfer kuasa melalui kekudusan -- Red.). Sejak zaman Alkitab, banyak pemimpin seperti Nebukadnezar, Beltsazar, dan Herodes, yang bersikap arogan karena kehebatan dan kekuasaan mereka, tetapi pada akhirnya mereka jatuh dalam kesombongan mereka. Sebab, Tuhan menentang pemimpin yang congkak dan ingin agar setiap pemimpin terlebih dahulu belajar merendahkan hati di hadapan Tuhan. Kita tahu bagaimana keduanya berhasil dengan baik menjalankan tugas besar dari Tuhan sekalipun memerlukan dua tahap estafet dan dua generasi karena tegar tengkuknya bangsa Israel. Kita perlu memiliki pemimpin seperti Musa dan Yosua. Adakah kita temukan di negeri kita? Diambil dan disunting dari: Nama situs: Full Gospel Business Men`s Fellowship International Indonesia Alamat URL: http://www.fgbmfi.or.id/2013-07-06-04-08-39/artikel/special-teaching/192-pemimpin-dalam-panggilan-tuhan Penulis artikel: DR. Eliezer H. Hardjo Ph.D., CM. Tanggal akses: 9 Mei 2015 KUTIPAN Mitos kepemimpinan yang paling berbahaya adalah bahwa pemimpin itu dilahirkan, bahwa ada faktor genetis dalam kepemimpinan. Itu omong kosong. Kenyataannya, hal yang sebaliknya yang benar. Pemimpin itu dibuat, bukan dilahirkan. -- Warren Bennis INSPIRASI: PANGGILAN KEPEMIMPINAN Panggilan kepemimpinan merupakan faktor dasar terpenting bagi seseorang menjadi pemimpin. Firman Allah dengan tegas memberikan tempat utama kepada panggilan TUHAN Allah (God?s leadership calling) bagi seseorang untuk masuk ke dalam tugas kepemimpinan (Yeremia 1:5). Panggilan kepemimpinan ini begitu penting karena akan selalu disertai oleh faktor-faktor penunjang utama bagi seseorang untuk menjadi pemimpin yang berhasil. Faktor-faktor berikut adalah: 1. Panggilan kepemimpinan dan kuasa lengkap. Panggilan kepemimpinan bagi seorang pemimpin akan selalu diteguhkan dengan adanya kuasa kepemimpinan lengkap (complete leadership power). Dalam kuasa kepemimpinan lengkap ini, ada tugas kepemimpinan (leadership task, atau task position), kewenangan (otoritas), hak (privilese), kewajiban (obligasi), tanggung jawab (responsibilitas), dan pertanggungjawaban (akuntabilitas), guna mengambil peran kepemimpinan yang pasti. Kesadaran ini harus didukung oleh pemahaman bahwa sebagai pemimpin, ia dipanggil TUHAN Allah untuk terlibat dalam kepemimpinan (Markus 10:41-42) sehingga ia dapat memimpin dengan benar, baik dan sehat, serta berkualitas. 2. Panggilan kepemimpinan dan visi. Panggilan TUHAN bagi pemimpin diteguhkan oleh adanya innerwill atau visi yang teguh. Yang dimaksudkan dengan innerwill adalah kehendak suci, yaitu jati diri seseorang yang meneguhkan kesejatian diri dan kepastian panggilan kepemimpinan bagi pemimpin. Innerwill ini adalah visi pribadi yang ditanamkan TUHAN di dalam jiwa pemimpin, yang memberikan kepadanya tujuan (sense of purpose). Innerwill (visi) yang memberikan kesadaran kuat akan tujuan dalam panggilan Allah ini, diteguhkan dengan adanya afirmasi tanggung jawab kepemimpinan yang di dalamnya pemimpin membuktikan outerwill-nya, yang diwujudkan dalam upaya memimpin yang berkualitas. Outerwill yang dibuktikan dengan pelaksanaan kerja yang berkualitas adalah afirmasi bagi panggilan otentik dari TUHAN Allah atas pemimpin, yang olehnya ia mampu membuktikan bahwa innerwill yang menunjuk kepada tujuan yang memberi fokus pencapaian yang jelas akan menuntun kepada keberhasilan kepemimpinan (Matius 4:19, 18-22; Markus 1:16-20; Lukas 5:1-11). 3. Panggilan kepemimpinan dan passion. Panggilan TUHAN yang diteguhkan dengan innerwill meneguhkan pemimpin dengan passion yang kuat. Passion ini meneguhkan hati pemimpin dengan kasih yang kuat dengan kelekatan dan kedekatan jiwa kepada kepemimpinannya. Passion membuat pemimpin menjadi teguh dengan semangat juang tangguh didukung oleh hikmat serta kepiawaian memimpin sehingga kepemimpinan yang diembannya terlaksana dengan hasil yang cemerlang dari awal ke akhir (Sebagai contoh, lihat: Kejadian 39, dst., tentang Yusuf; dan Keluaran 4, dst., tentang Musa; Matius 3; Matius 4; Matius 9:35-38, dsb., tentang Yesus Kristus; yang semuanya teguh dalam kepemimpinan karena passion). 4. Panggilan kepemimpinan, kapasitas penuh, dan kompetensi. Panggilan TUHAN kepada pemimpin diteguhkan oleh adanya konfirmasi kapasitas kepemimpinan penuh yang pasti (Nehemia 2:6b, 8b). Dalam konfirmasi ini, ada pembuktian kapasitas penuh dan kompetensi pemimpin dengan serangkaian kualitas diri, yaitu integritas karakter, kapasitas pengetahuan, dan kapabilitas sosial, serta teknis (social base skills & managerial techinical skills). Kualitas diri pemimpin ini terbukti pada dinamika perkembangan kapasitas, format, dan pencitraan dirinya sebagai pemimpin dengan kualitas lebih, yang memberikan kepadanya bayangan besar dan hasil cemerlang yang menempatkannya di atas serta di muka dalam percaturan sosial. Sinkron dengan konfirmasi ini ada afirmasi (pengakuan) panggilan kepemimpinan kepada pemimpin, yang olehnya ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin berhati bijak dengan daya juang tangguh (Lihat: Yesaya 32:8; Markus 10:41-42; Banding: 1 Samuel 16:7 dalam panggilan Daud). 5. Panggilan kepemimpinan dan komitmen. Panggilan TUHAN akan seseorang kepada tanggung jawab kepemimpinan akan diteguhkan oleh adanya komitmen yang kuat. Panggilan TUHAN berfungsi sebagai dinamika peneguhan (reinforcement) diri, di mana olehnya pemimpin memiliki komitmen kepada kualitas hidup sehingga ia dapat membuktikan integritasnya sebagai pemimpin rohani yang berhikmat dengan etika dan moral teguh (Keluaran 18:21-26; Kisah Para Rasul 6:3- 6). Komitmen ini juga nampak dalam disiplin diri yang teguh, sehingga ia dapat memimpin dengan penuh kebijaksanaan (Yakobus 3:13-18; Yesaya 32:1-2,8; 1 Raja-raja 3:7-13,28; Banding: Daud dalam 1 Samuel 16:7, 17:12-58, 24:7-8, 26:9-11). Komitmen ini pun terbukti dalam dinamika kinerja yang dilakukan dengan penuh semangat (high spirit) dan menghasilkan (Mazmur 126:5-6). 6. Panggilan kepemimpinan dan kekuatan. Panggilan TUHAN adalah dasar kekuatan (strength) bagi pemimpin yang olehnya ia dapat memimpin dengan kebenaran dan keadilan serta bersikap bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya (Amsal 28:16, 16:29, 29:2-4) yang membuat kepemimpinannya penuh berkat secara langgeng. Panggilan TUHAN ini jugalah yang menyebabkan pemimpin dapat melihat kehidupan dan kepemimpinannya sebagai anugerah Allah dan olehnya ia dapat meneguhkan diri dengan daya juang teguh serta mampu bertahan ke akhir yang karenanya ia dapat mengatakan "aku telah mengakhiri pertandingan yang baik" oleh anugerah serta kekuatan TUHAN (2 Timotius 4:7-8; Kisah Para Rasul 9; 2 Korintus 4:1-18). 7. Panggilan kepemimpinan dan keberhasilan. Panggilan TUHAN adalah dasar dan dinamika bagi keberhasilan kepemimpinan (Nehemia 2:20; Banding: Filipi 4:13,19). Di sini, dapat dikatakan bahwa panggilan TUHAN bagi pemimpin untuk mengambil tanggung jawab kepemimpinan adalah dasar bagi keberhasilan kepemimpinan (Lihat: Kejadian 11:6; Yeremia 29:11). Selamat memimpin dengan berhasil berdasarkan panggilan TUHAN, yang disertai dengan kuasa, visi, passion, kompetensi, komitmen, kekuatan, dan keberhasilan dari Allah. Diambil dan disunting dari: Nama situs: DR. Yakob Tomatala Alamat URL: http://yakobtomatala.com/2010/01/27/panggilan-kepemimpinan/ Judul artikel: Panggilan Kepemimpinan Penulis artikel: Yakob Tomatala Tanggal akses: 11 Juni 2015 Kontak: leadership(at)sabda.org Redaksi: Berlin B., Ayub, dan Mei Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579 a.n, Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |