Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/24 |
|
e-Leadership edisi 24 (6-12-2007)
|
|
Edisi Desember 2007 ==================================**================================== Milis Publikasi e-LEADERSHIP **** Topik: Inisiatif ==================================**================================== MENU SAJI EDITORIAL : Inisiatif ARTIKEL NATAL : Kepemimpinan Ala Bintang dari Timur ARTIKEL 1 : Inisiatif: Kunci Sukses Seorang Pemimpin ARTIKEL 2 : Inisiatif: Tanpanya, Anda Takkan ke Mana-mana INSPIRASI : Tuhan, Jadikan Aku Seperti Petrus STOP PRESS : Undangan untuk Merayakan Ulang Tahun e-Leadership ==================================**================================== EDITORIAL -*- INISIATIF -*- Anda tentu pernah mendengar kisah tokoh-tokoh besar yang mengubah dunia, bukan? Martin Luther yang menjadi penggerak arus reformasi; Johann Gutenberg yang menghadirkan revolusi dalam dunia literatur di Eropa dengan mesin cetaknya; Eleanor Roosevelt yang berjasa besar dalam mencetuskan Universal Declaration of Human Rights; dan masih banyak yang lainnya. Masing-masing mereka bergerak dengan inisiatif untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik. Inisiatif yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh tersebut merupakan hal terpenting yang juga perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Meskipun seseorang memiliki berbagai karakter kepemimpinan, tapi tanpa inisiatif, seorang pemimpin akan sulit untuk mengembangkan dirinya, apalagi pengikutnya. Sebaliknya, inisiatif pulalah yang akan menjadikan seorang pemimpin sebagai panutan. Dan karena topik ini tak kalah pentingnya dibandingkan topik-topik yang sudah diangkat sepanjang tahun ini, Redaksi berinisiatif menghadirkan sejumlah artikel yang tidak hanya membantu Anda mengenal lebih dalam makna inisiatif dalam kepemimpinan, tapi juga memberi inspirasi untuk berinisiatif. Dalam rangka menyambut Natal, Redaksi juga menyiapkan sebuah tulisan pendek mengenai kepemimpinan dari peristiwa Natal yang terjadi lebih dari dua ribu tahun lalu. Lalu karena kita juga akan mengakhiri tahun 2007, kami berharap persembahan penutup pada tahun 2007 ini dapat berguna dan memberkati Anda sekalian, sebagaimana sajian-sajian terdahulu. Selamat Natal 2007 dan selamat menyambut Tahun Baru 2008, Tuhan memberkati. Redaksi Tamu e-Leadership, R.S. Kurnia Tetapi orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian. (Yesaya 32:8) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yesaya+32:8 > ==================================**================================== I HAD RATHER DO AND NOT PROMISE THAN PROMISE AND NOT DO. (Arthur Warmick) ==================================**================================== ARTIKEL NATAL -*- KEPEMIMPINAN ALA BINTANG DARI TIMUR -*- Oleh: Dian Pradana Natal adalah sebuah momen yang penting; momen di mana kita sekali lagi diingatkan bahwa seorang bayi telah lahir, seorang bayi yang menjadi Juru Selamat bagi kita semua. Seperti kita lihat pada umumnya, ada banyak cara untuk memperingati momen spesial ini. Sebut saja pementasan drama natal yang diadakan di gereja-gereja dan sekolah minggu, ibadah Natal, atau bahkan permainan-permainan yang berhubungan dengan kelahiran Yesus. Semua itu diadakan dan dijalankan setiap tahun untuk memeriahkan suasana Natal, terkhusus untuk kembali menghayati apa makna Natal sebenarnya. Terlebih daripada itu semua, sebenarnya ada suatu teladan kepemimpinan yang dapat kita ambil dan pelajari dari apa yang terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu saat Yesus lahir. Jika sekarang Anda ditanya ingin menjadi apa saat Tuhan Yesus lahir (Natal pertama), apakah jawaban Anda? Tentu ada banyak pilihan jawaban atas pertanyaan ini. Jawaban Anda pun pasti berbeda dengan jawaban orang lain. Anda bisa saja menjawab pertanyaan itu dengan jawaban seperti Maria, Yusuf, orang Majus dari Timur, para gembala, kandang domba, dan hal-hal lain yang menyertai saat Yesus lahir. Tentunya ada alasan tersendiri dalam memilih salah satu jawaban tersebut. Namun, saya akan memilih menjadi bintang; bintang yang ada saat Yesus lahir dan menjadi penuntun bagi para orang Majus dari Timur kepada Juru Selamat (Mat. 2:1-12). Alasannya, ada teladan kepemimpinan dalam peran yang dilakonkan oleh bintang tersebut. Setidaknya, ada dua teladan kepemimpinan yang diperlihatkannya. 1. BINTANG ITU BERSINAR TERANG Alkitab memang tidak menyebutkan bahwa bintang itu bersinar terang. Namun, marilah kita sedikit berlogika. Orang-orang Majus bisa melihat bintang itu karena bintang itu bersinar terang. Jika tidak demikian, bagaimana mungkin orang-orang Majus itu bisa melihatnya dan menjadikannya sebagai penuntun? Dalam hal ini, kita bisa meneladani terang yang dipancarkan oleh bintang tersebut. Saat kita bersinar terang, kita akan menjadi panutan dan penuntun bagi sesama kita. Nah, bagaimanakan kita bisa memancarkan terang sehingga kita dapat menjadi seorang pemimpin yang dapat menuntun orang lain? Jawabannya mudah. Terang akan secara otomatis bersinar jika kita memperlihatkan pikiran-pikiran dan perilaku-perilaku yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin: memiliki kredibilitas, komitmen, integritas, kompetensi, kerendahan hati, kedisiplinan, pikiran positif, dan keberanian untuk berinisiatif. Memang tidak mudah untuk dapat memiliki semua karakter tersebut, bahkan pada faktanya, tidak mungkin kita dapat memiliki semua karakter tersebut sekaligus. Namun, kepemilikan salah satu karakter tersebut sudah dapat menjadikan Anda sebagai panutan; sebagai seorang yang diikuti dan diteladani. Anda tidak perlu menjadi orang yang populer dan sukses terlebih dahulu agar diikuti. Saat Anda mulai mempraktikkan dan menerapkan salah satu karakter tersebut dalam hidup dan lingkungan Anda, orang lain akan mengerti bahwa Anda layak diikuti dan dijadikan panutan. Seperti yang Albert Einsten katakan: "Try not to become a man of success but rather try to become a man of value." Berusahalah bukan untuk menjadi orang yang sukses, namun orang yang bernilai. 2. BINTANG ITU MENUNTUN KEPADA KEBENARAN Matius 2:9 menyebutkan, "Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada." Jelas sekali dikatakan di ayat tersebut bahwa bintang itu membawa orang-orang Majus kepada Kebenaran Sejati; Yesus Kristus. Demikian juga sebaiknya kita bersikap seperti bintang itu. Saat kita menjadi pemimpin dan panutan bagi orang lain yang mengikuti kita, kita tidak boleh membawa mereka pada jalan yang salah. Sebaliknya, kita harus membawa mereka kepada kebenaran. Hikmat bijaksana diperlukan untuk menuntun orang lain menuju kepada kebenaran. Dan hikmat bijaksana itu dapat diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, baik dengan berkomunikasi melalui doa maupun dengan tekun mendalami firman-Nya. "Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian" (Ams. 2:6). Saat Anda mampu membawa orang-orang yang Anda pimpin menuju kepada kebenaran, Anda akan membawa mereka kepada sebuah kebahagiaan dan sukacita, seperti halnya orang-orang Majus yang bersukacita saat mereka menemukan kebenaran yang sejati (Mat. 2:10). Nah, bagaimana dengan Anda, Apakah Anda telah atau siap menjadi bintang dari Timur yang memancarkan terang dan menuntun orang-orang pada kebenaran sejati? ==================================**================================== ARTIKEL 1 -*- INISIATIF: KUNCI SUKSES SEORANG PEMIMPIN -*- Salah satu faktor yang menentukan sebuah kesuksesan adalah inisiatif. Seorang pemimpin yang berinisiatif tidak akan menunggu sampai sesuatu terjadi; ia ikut andil dalam membuat sesuatu terjadi. Ia tidak tinggal diam, melainkan melakukan sesuatu. Itulah salah satu alasan mengapa beberapa orang memilih untuk mengikuti pemimpin. Salah satu nilai penting yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah inisiatif. Dalam Alkitab, terdapat banyak sekali contoh orang yang berinisiatif dalam menuntaskan tujuan Allah dalam hidup mereka. Misalnya, Daud memilih Yoab sebagai jendral karena ia memiliki inisiatif. "Daud telah berkata: `Siapa lebih dahulu memukul kalah orang Yebus, ia akan menjadi kepala dan pemimpin.` Lalu Yoab, anak Zeruya, yang menyerang lebih dahulu, maka ia menjadi kepala." (1Taw. 11:6). Yesaya juga berinisiatif untuk memberitakan Injil kepada generasinya. "Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: `Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?` Maka sahutku: `Ini aku, utuslah aku!`" (Yes. 6:8). Inisiatif jelas merupakan sebuah kualitas dasar kepemimpinan. Bayangkan jika ada sebuah badai salju di malam sebuah persekutuan doa. Beberapa orang yang beriman datang ke gereja, membuka pintu gereja, menyalakan lampu, dan menunggu pendetanya datang. Tanpa sepengetahuan mereka, ternyata pendetanya terhambat oleh badai salju dan berusaha keras agar mobilnya dapat bergerak. Ia meminjam sekop dan menggali salju yang menutupi roda-roda mobilnya. Ia minta tolong dua anak muda untuk membantu mendorong mobilnya, namun tak berhasil jua. Mobilnya tak bergerak, dan ia semakin terlambat. Sementara itu, di gereja orang-orang bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi pada pendeta mereka, dan duduk melingkar menunggu persekutuan doa dimulai. Akhirnya, salah satu dari orang-orang itu berdiri dan mengusulkan untuk menaikkan satu atau dua lagu pujian sambil mereka menunggu. Ia pun kemudian memimpin pujian. Dalam ilustrasi itu, tidak penting apakah orang itu pernah memimpin pujian sebelumnya atau tidak; ia telah menjadi pemimpin saat itu. Ia mungkin saja tidak kompeten dalam memimpin pujian. Ia juga mungkin tidak tahu bagaimana memimpin pujian. Dengan mengambil inisiatif untuk berdiri saja, ia sudah menjadi seorang pemimpin. Tidak peduli ia memimpin pujian dengan baik atau dengan buruk, ia adalah pemimpinnya. Inisiatif adalah salah satu tanggung jawab besar dalam kepemimpinan. Tentu saja, setiap orang Kristen harus berinisiatif dalam melayani Tuhan. Tokoh-tokoh Alkitab yang tidak pernah dikenal sebagai pemimpin, sangat diberkati dan dipakai Tuhan hanya karena mereka melayani Tuhan secara spontan. Ribka menjadi suami Ishak dan "ibu jutaan orang" karena ia berinisiatif untuk melayani pelayan Abraham. Ia menawarkan air yang ada di buyung, tidak hanya untuk pelayan Abraham, tapi juga untuk onta-ontanya, yang dilakukannya adalah sebuah pekerjaan besar; dan sikapnya itu membuatnya menjadi istri pilihan bagi Ishak (lihat Kej. 24:14-21). Seorang bocah laki-laki memiliki peran penting dalam sebuah mujizat besar karena ia berinisiatif menawarkan makan siangnya untuk membantu memberi makan banyak orang yang kelaparan (lihat Yoh. 6:9-11). Namun, teladan terbesar dalam Injil adalah Allah sendiri. "Simon telah menceritakan, bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya" (Kis. 15:14). Jika Allah diam saja, bangsa-bangsa itu tidak akan datang kepada-Nya, jadi Tuhan mengambil inisiatif. "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Rm. 5:8). Mengambil inisiatif adalah sebuah karakter yang ilahi. Pemimpin harus siap untuk berinisiatif di banyak bidang. Salah satunya adalah dalam bidang pelayanan. Rasul Paulus memperlihatkan hal tersebut dengan jelas. Kapal yang ditumpanginya menuju Roma terdampar di Pulau Malta. Penduduk asli pulau itu ramah, "Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai turun hujan dan hawanya dingin. Ketika Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya" (Kis. 28:2-3). Di sini Paulus, seorang yang lebih tua, mencari kayu untuk yang lainnya. Tidak diragukan lagi bahwa ia juga sama lelahnya seperti yang lain, namun ia berinisiatif untuk melayani yang lain, seperti yang Kristus telah lakukan saat Ia menjadi manusia. Pembimbing kelas Alkitab remaja di kota kami, seorang pemuda bernama Mark Sulcer, adalah orang yang spesial. Ia mengantar para remaja ke gereja dan acara-acara sekolah dengan mobilnya. Ia kemudian membimbing mereka di kelas Alkitab. Ia selalu ada bagi para remaja itu siang dan malam. Saya dapat melihat bahwa para remaja itu belum pernah bertemu orang sepertinya dan sangat terkesan. Ketika Natal tiba, dua remaja berencana memberi Mark sebuah hadiah. Diam-diam mereka pergi ke pusat perbelanjaan dan mengatur semuanya. Saat malam Natal, mereka memberikan hadiah yang telah mereka persiapkan kepada Mark. Ia membuka kotak hadiah dan menemui sebuah cangkir perak dengan tulisan: "Untuk pelayan teragung kedua di dunia". Teladan dan hidup Mark tertular kepada murid-muridnya dan memberikan suatu pertumbuhan di daerahnya. Inisiatifnya berbuah. Cara kedua mengambil inisiatif adalah mengambil langkah awal rekonsiliasi. Ada dua contoh jelas dalam Alkitab mengenai hal ini. "Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu" (Mat. 5:23-24). "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali" (Mat. 18:15). Jika Anda menyinggung saudara Anda dan Tuhan mengingatkan Anda akan hal itu, Anda harus berinisiatif untuk mencari dan kemudian meminta maaf kepadanya. Jika sebaliknya, seseorang menyinggung Anda, Anda tetap harus berinisiatif untuk menemuinya dan meluruskan masalahnya. Dalam kedua situasi itu, Anda harus menjadi orang pertama pertama mengambil inisiatif! Tentu saja hal itu adalah salah satu hal yang paling sulit untuk dilakukan. Apalagi jika yang harus melakukannya adalah seorang pemimpin. Beberapa misionaris bercerita kepadaku tentang perjuangan mereka untuk melakukan hal itu selama mereka berada di ladang misi. Gengsi adalah halangan terbesar. Saat mereka mau mengesampingkan gengsi mereka dan mengambil inisiatif, Tuhan memberi mereka sukacita, kelegaan, dan berkat. Salah satu taktik setan adalah membuat pemimpin bepikir bahwa jika ia merendahkan hatinya dan menghampiri bawahannya untuk meminta maaf atau meluruskan masalah, bawahan itu akan memandang rendah dirinya. Namun, hal seperti itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Saat pemimpin mau merendahkan hatinya dan mengambil inisiatif, pemimpin telah melakukan hal yang terbaik, dan orang lain tahu itu. Biasanya, pemimpin yang seperti itu akan memiliki pengikut setia, sahabat, dan penolong yang setia dalam pekerjaan. Bidang ketiga di mana kita bisa berinisiatif adalah saat kita mencari pengetahuan. "Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya" (Mzm. 20:5). Pekerjaan seorang pemimpin itu kompleks dan ia tidak mungkin tahu semuanya. Maka dari itu, ia harus mencari orang yang pandai dan belajar dari mereka. Lagi-lagi, gengsilah yang menjadi penghalang. Saya ingat hal seperti ini pernah saya alami. Saya dipindahtugaskan dari ladang misi ke sekretariat pusat organisasi misi. Saya tidak berpengalaman bekerja di sekretariat pusat, jadi saya tidak yakin akan sanggup. Saya ada dalam sebuah rapat komite yang mendiskusikan hal yang tak banyak saya ketahui. Namun, saya ragu untuk mengakuinya dan bertanya. Saya pikir orang-orang yang di sana mengira saya adalah orang yang pandai. Saya sangat yakin pada saat itu bahwa bertanya hanya akan membuat saya tampak bodoh. Jadi, saya tidak bertanya. Dari waktu ke waktu, saya terus diundang ke pertemuan komite keuangan. Setelah berbulan-bulan, saya baru menyadari bahwa saat mereka mengatakan I.R.S., mereka sedang membicarakan orang-orang pajak! Bayangkan saja, peran saya pasti penting dalam komite itu. Seandainya dari dulu saya mengesampingkan gengsi saya dan berinisiatif untuk bertanya, saya mungkin dapat lebih berguna. Pemimpin tidak boleh melakukan hal seperti yang saya lakukan. Pemimpin harus mengesampingkan gengsi dan dengan aktif mencari informasi yang ia butuhkan untuk dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Ia harus bertanya. Ia harus mau belajar dari orang lain. Inisiatif diartikan sebagai semangat yang dibutuhkan untuk memulai sesuatu. Bagaimana seorang pemimpin bisa mendapatkan semangat seperti itu? Bagaimana seseorang bisa menjadi seseorang yang memulai sesuatu? Satu-satunya hal yang dapat ia lakukan hanyalah melatih dirinya untuk berpikir ke depan. Seorang pemimpin digambarkan sebagai seseorang yang melihat lebih banyak, melihat lebih jauh daripada orang lain, dan mereka juga melihat sesuatu sebelum orang lain melihatnya. Jika seseorang melatih dirinya untuk berpikir ke depan, ia akan mendapat dua dampak positif bagi pekerjaannya. Pertama, ia akan terhindar dari masalah. Ia akan menghindari perangkap dan lubang dalam jalannya. Ia dapat bertanya kepada dirinya sendiri, "Jika kita melakukan hal itu, apa yang akan terjadi? Lalu, apa hasilnya? Saat kita melakukan hal itu, apakah yang kita lakukan akan menghasilkan sesuatu yang kita harapkan? Jika tidak, lebih baik kita tidak usah melakukannya." Kedua, dengan berpikir ke depan, seseorang dapat menentukan tujuannya dan kelompoknya. Ia kemudian dapat menimbang-nimbang cara terbaik untuk meraih tujuannya itu dan mulai bertindak untuk mencapai tujuan. Semua itu harus diiringi dengan doa dan pembacaan firman Tuhan. Jika tidak, seorang pemimpin mungkin saja dipimpin oleh pemahamannya sendiri atau merencanakan sesuatu menggunakan hikmat duniawi sebagai penuntunnya. Pemimpin harus ingat bahwa kebenaran itu ada pada Yesus Kristus. Buku-buku manajemen kepemimpinan sekular memang membantu, namun sumber dasar kita adalah Allah. "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia" (1Kor. 1:25). (t/Dian) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Judul buku: Be The Leader You Were Meant To Be Judul bab : Why Some Leaders Excel Penulis : LeRoy Eims Penerbit : SP Publications, Inc., Illinois 1975 Halaman : 52 -- 56 ==================================**================================== ARTIKEL 2 -*- INISIATIF: TANPANYA, ANDA TAKKAN KE MANA-MANA -*- Dalam buku 21 Hukum Kepemimpinan Sejati, saya tunjukkan bahwa para pemimpin itu bertanggung jawab untuk menginisiatifkan hubungan dengan para pengikutnya. Namun, bukan hanya dalam bidang itu saja para pemimpin harus memperlihatkan inisiatif. Mereka harus selalu mencari peluang dan siap mengambil tindakan. Kualitas apakah yang dimiliki para pemimpin, yang memungkinkan mereka membuat segalanya menjadi kenyataan? Setidaknya, saya lihat ada empat. 1. Mereka Tahu Apa yang Mereka Inginkan Pemain piano yang senang humor, yaitu Oscar Levant, pernah bergurau, "Begitu sudah mengambil keputusan, saya malah tidak tahu apa keputusannya." Sayangnya, demikianlah keadaan sesungguhnya dari banyak orang. Namun, tak seorang pun bisa efektif jika sulit mengambil keputusan. Seperti yang dikatakan oleh Napoleon Hill, "Titik awal dari setiap prestasi adalah keinginan yang besar." Jika Anda ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, Anda harus mengetahui apa yang Anda inginkan. Itulah satu-satunya cara bagi Anda untuk mengenali peluang yang datang. 2. Mereka Mendorong Diri Sendiri untuk Bertindak Ada pepatah lama yang mengatakan: "Anda bisa jika Anda mau". Para inisiator tidak menunggu orang lain untuk memotivasinya. Mereka tahu bahwa tanggung jawab mereka sendirilah untuk mendorong diri sendiri ke luar dari wilayah nyamannya. Dan mereka membiasakan diri melakukannya. Itulah sebabnya, mengapa seseorang seperti Presiden Theodore Roosevelt, salah seorang pemimpin besar yang berinisiatif di abad kedua puluh, dapat mengatakan, "Tak ada yang brilian atau menonjol dalam rekor saya, kecuali mungkin satu hal: saya melakukan hal-hal yang saya percaya harus dilakukan .... Dan setelah mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu, saya pun bertindak.", 3. Mereka Lebih Berani Mengambil Risiko Jika para pemimpin mengetahui apa yang mereka inginkan dan dapat mendorong diri sendiri untuk bertindak, mereka masih memiliki satu hambatan, yaitu kesediaan mengambil risiko. Orang-orang proaktif selalu mengambil risiko. Namun, salah satu alasan mengapa para pemimpin yang baik bersedia mengambil risiko adalah karena mereka sadar bahwa tidak mengambil inisiatif juga ada harganya. Presiden John F. Kennedy menyatakan, "Setiap program tindakan itu ada resiko dan harganya, namun jauh lebih kecil daripada risiko dan harga jangka panjang jika kita tidak mengambil tindakan apa-apa, walaupun terasa nyaman.", 4. Mereka Membuat Lebih Banyak Kekeliruan Kabar baiknya bagi para inisiator adalah bahwa mereka membuat segalanya menjadi kenyataan. Kabar buruknya adalah bahwa mereka membuat banyak kekeliruan. Pendiri IBM, Thomas J. Watson menyadari hal ini ketika ia berkomentar, "Cara meraih sukses adalah melipatgandakan tingkat kegagalan Anda." Sekalipun para pemimpin yang berinisiatif mengalami lebih banyak kegagalan, mereka tidak merasa terganggu karenanya. Semakin besar potensinya, semakin besar kemungkinan gagalnya. Senator Robert Kennedy merangkumnya begini: "Hanya mereka yang berani gagal besarlah yang dapat mencapai sukses besar". Jika Anda ingin mencapai hal-hal besar sebagai pemimpin, Anda harus bersedia mengambil inisiatif dan mengambil risiko. MERENUNGKANNYA Anda seorang inisiator? Apakah Anda selalu mencari peluang ataukah Anda menunggu hingga peluang datang kepada Anda? Apakah Anda bersedia mengambil langkah-langkah menurut naluri Anda yang terbaik? Atau apakah Anda tiada habis-habisnya menganalisa segalanya? Mantan pimpinan puncak Chrysler, Lee Iacocca, mengatakan, "Bahkan keputusan yang benar pun menjadi keliru jika terlambat". Kapankah terakhir kalinya Anda menginisiatifkan sesuatu yang penting dalam hidup Anda? Jika sudah lama Anda tidak mendorong diri sendiri dan keluar dari wilayah nyaman Anda, mungkin Anda perlu memicu inisiatif Anda. MENERAPKANNYA Untuk meningkatkan inisiatif Anda, lakukanlah yang berikut ini. - Ubahlah cara berpikir Anda. Jika Anda kurang inisiatif, sadarilah bahwa persoalannya adalah dari dalam, bukannya dari orang lain. Tentukanlah mengapa Anda ragu-ragu mengambil tindakan. Apakah Anda takut pada resiko? Apakah Anda berkecil hati karena banyaknya kegagalan pada masa lalu? Tidakkah Anda melihat potensi peluang yang ada? Carilah sumber keraguan Anda dan atasilah itu. Anda takkan dapat maju jika tidak mulai maju dari dalam diri sendiri. - Jangan menunggu hingga peluang mengetok pintu Anda. Peluang tidak datang mengetok pintu. Anda harus mencarinya. Inventarisasikanlah aset Anda, talenta Anda, dan sumber daya Anda. Dengan melakukan itu, Anda akan mendapatkan gagasan tentang potensi Anda. Nah, lewatkanlah setiap harinya selama satu minggu untuk mencari peluang. Di manakah Anda melihat adanya kebutuhan? Siapakah yang sedang mencari keterampilan yang Anda miliki? Kelompok manakah yang mati-matian membutuhkan apa yang dapat Anda tawarkan? Peluang itu ada di mana-mana. - Ambillah langkah berikutnya. Melihat peluang itu satu hal. Melakukan sesuatu karenanya adalah hal lain lagi. Seperti yang pernah disindir oleh seseorang, semua orang memiliki gagasan besar jika sedang mandi. Namun, hanya sedikit yang keluar, mengeringkan tubuhnya, dan melakukan sesuatu untuk menindaklanjutinya. Pilihlah peluang terbaik yang Anda lihat dan tindak lanjutilah semampu Anda. Jangan berhenti hingga Anda telah melakukan segalanya untuk membuatnya menjadi kenyataan. MELATIHNYA SETIAP HARI Pada tahun 1947, Lester Wunderman dipecat begitu saja dari pekerjaannya di sebuah agen periklanan di New York. Namun, pemuda ini tahu bahwa ia dapat belajar banyak dari pemimpin agen tersebut, yaitu Max Sackheim. Keesokan harinya, Wunderman kembali ke kantornya dan bekerja seperti biasanya -- tanpa dibayar. Sackheim tidak menggubrisnya selama satu bulan, namun akhirnya menghampiri Wunderman dan berkata, "Baiklah kamu menang. Saya tidak pernah melihat seseorang yang begitu menginginkan pekerjaannya ketimbang uangnya." Wunderman akhirnya menjadi salah seorang paling sukses dalam sejarah periklanan. Ia dikenal sebagai bapa pemasaran langsung. Dibutuhkan langkah berani dari Anda hari ini untuk mencapai potensi Anda besok. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: 21 Kualitas Kepemimpinan Sejati Judul bab : Inisiatif: Tanpanya, Anda Takkan ke Mana-mana Penulis : John C. Maxwell Penerbit : Interaksara, Batam Centre 2001 Halaman : 101 -- 106 ==================================**================================== INSPIRASI -*- TUHAN, JADIKAN AKU SEPERTI PETRUS -*- Kitab Suci memuat aspek yang baik dan yang buruk dari kepemimpinan Petrus. Walaupun ada banyak hal di dalam diri Petrus yang perlu dihindari oleh kita para pemimpin, namun banyak juga yang patut dikagumi. Saat saya sedang memikirkan kesediaan Petrus untuk maju dan bertindak, saya berdoa, "Tuhan, jadikan aku tipe pemimpin yang tahu betapa pentingnya mengambil inisiatif." Meskipun Petrus lalu ketakutan dan tenggelam ketika ia mencoba berjalan di atas air, tidaklah paling sedikit ia layak menerima pujian karena hanya dialah satu-satunya murid yang melangkah keluar dari perahu? Untuk itu dibutuhkan inisiatif. Dan tentu saja, kita semua tahu bahwa ia sedikit keterlaluan di Getsemani dan menebas telinga seseorang. Tetapi Petrus tidak bisa hanya duduk-duduk dan tidak melakukan apa-apa sementara Juru Selamat dan sahabatnya ditangkap. Ia harus melakukan sesuatu! Sebagai seorang aktivis, saya masih tetap menolak mengambil Inisiatif dari waktu ke waktu. Dan saya mengamati para pemimpin gereja lain melakukan hal yang sama. Kami bersembunyi di ruang kerja kami saat gereja menyimpang atau kondisinya memburuk. Atau kami duduk-duduk di kafe menganalisa dan mengkritik para pemimpin lain yang berani mengambil resiko. Tentu, mungkin mereka sesekali melakukan kesalahan, tetapi paling tidak mereka berusaha membuat perbedaan. Betapa lebih baiknya kita jika kita, seperti Petrus, bergabung dengan mereka yang mengambil inisiatif untuk bertindak, mencoba melakukan sesuatu yang baru, dan mencari cara-cara baru untuk menghentikan musuh. Betapa baiknya jika kita semua berdoa meminta keberanian untuk mengambil inisiatif seperti Petrus. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Kepemimpinan yang Berani Judul bab : Doa Seorang Pemimpin Penulis : Bill Hybells Penerbit : Gospel Press, Batam Centre 2004 Halaman : 256 -- 257 ==================================**================================== STOP PRESS -*- UNDANGAN UNTUK MERAYAKAN ULANG TAHUN E-LEADERSHIP -*- Tak terasa sudah hampir dua tahun publikasi e-Leadership masuk secara rutin ke e-mail Anda setiap bulannya. Dalam kurun waktu tersebut, pastilah Anda, para pelanggan publikasi e-Leadership, memiliki kesan terhadap publikasi ini. Oleh karena itu, dalam rangka memperingati hari ulang tahun e-Leadership yang kedua pada bulan Januari nanti, redaksi mengharapkan kesediaan Anda untuk memberikan kesan selama berlangganan publikasi ini, atau bahkan pesan yang pasti berguna bagi perkembangan dan kemajuan publikasi e-Leadership. Kami sangat menantikan kesan dan pesan Anda sebelum 3 Januari 2008 ke: < leadership(at)sabda.org > Kiriman Anda itu akan kami sunting seperlunya dan akan kami muat dalam edisi khusus Januari 2008 yang akan terbit terpisah dari edisi pembuka tahun 2008 yang bertema "Mempersiapkan Seorang Pemimpin". Partisipasi Anda, tanda kasih Anda kepada e-Leadership. Tuhan memberkati! ==================================**================================== Berlangganan : subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead : http://lead.sabda.org/ ---------------------------------------------------------------------- Redaksi e-Leadership: Dian Pradana Redaksi Tamu: R.S. Kurnia e-Leadership merupakan kerja sama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2007 oleh YLSA http://ylsa.sabda.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |