Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/29 |
|
e-Leadership edisi 29 (10-4-2008)
|
|
Edisi April 2008 ==================================**================================== Milis Publikasi e-LEADERSHIP **** Topik: Wanita dalam Kepemimpinan ==================================**================================== MENU SAJI EDITORIAL : Wanita, Derajat, dan Kepemimpinan ARTIKEL 1 : Bagaimana Yesus Mengembangkan Wanita sebagai Pemimpin? ARTIKEL 2 : Wanita dan Kepemimpinan INSPIRASI : Rosalie Campbell STOP PRESS : - Lowongan Pekerjaan YLSA -- Editor dan Penerjemah - In-Christ.Net (Indonesian Christian Network of Networks) ==================================**================================== EDITORIAL -*- WANITA, DERAJAT, DAN KEPEMIMPINAN -*- Allah menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dia juga memberikan keunikan tersendiri kepada setiap manusia ciptaan-Nya. Meskipun demikian, di hadapan Allah manusia itu sama berharganya, Dia mengasihi kita dan Dia juga mau setiap manusia, laki-laki dan perempuan, melakukan pekerjaan dan rencana-Nya bagi dunia ini. Namun tidak dapat dimungkiri, kerap terjadi diskriminasi jenis kelamin yang dilakukan oleh manusia sendiri. Seperti halnya di Indonesia. Dulu saat R.A. Kartini memulai perjuangannya untuk membela emansipasi wanita, perempuan hanya diperlakukan sebagai "konco wingking" (teman di belakang), yang memunyai hak lebih rendah dari laki-laki, bahkan diperlakukan dengan tidak layak. Kini, perjuangan R.A. Kartini membuahkan hasil. Perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata, bahkan Indonesia pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan. Perempuan sudah seharusnya memiliki harkat dan martabat yang sejajar dengan laki-laki. Yesus pun sudah memberi contoh bagi kita. Selama pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya mempersiapkan dua belas murid laki-laki saja, tetapi juga mempersiapkan para wanita untuk terlibat dalam pelayanan, bahkan mengembangkan mereka sebagai pemimpin. Simak selengkapnya di sajian edisi e-Leadership kali ini. Semoga sajian bulan April ini memberikan pandangan secara Kristen bagi para calon dan pemimpin mengenai wanita dalam dunia kepemimpinan. Selamat belajar dan memimpin! Staf Redaksi e-Leadership, Puji Arya Yanti "Akan terjadi pada hari-hari terakhir--demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi." (Kisah Para Rasul 2:17) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kisah+2:17 > ==================================**================================== HANYA DENGAN MENGIKUTI KRISTUS, KITA DAPAT MEMIMPIN ORANG LAIN KE ARAH YANG BENAR ==================================**================================== ARTIKEL 1 -*- BAGAIMANA YESUS MENGEMBANGKAN WANITA SEBAGAI PEMIMPIN? -*- Pada era Perjanjian Baru, metode pemuridan yang intensional dikenal secara luas sebagai metode mengajar, dan Yesus menggunakannya untuk melatih para pemimpin masa depan gereja-Nya. Dalam dunia literatur kepemimpinan Kristen yang terus berkembang, cara Yesus mengembangkan pemimpin sering digunakan juga sebagai model untuk mengembangkan pemimpin masa kini. Contohnya, berdasarkan Markus 3:13-19, Yesus memilih dua belas murid, menunjuk mereka untuk menjadi pengikut-Nya, dan mengutus mereka (memilih, mengajar, memercayakan). Model lain didasarkan pada Lukas 5:1-11, di mana Anda dapat melihat Yesus memilih dua belas orang dan melatih mereka menjadi pemimpin di masa depan. Lalu bagaimana dengan wanita? Jika pada era gereja mula-mula kita melihat wanita muncul dalam kepemimpinan bersama para pria, apakah mungkin untuk melihat bagaimana para wanita juga dipilih, dilatih, dan diutus mengemban tugas kepemimpinan? Saya yakin iya. Dalam Injil, kita dapat melihat bagaimana Yesus, sambil memilih dua belas orang sebagai murid, juga mulai mengembangkan wanita, mengubah tradisi pola pikir, dan mulai memulihkan rekanan antara pria dan wanita dalam gereja dan dunia yang rusak sejak jatuhnya manusia dalam dosa. DUA BELAS MURID DAN PARA WANITA Yesus memilih dua belas pria sebagai murid-Nya. Hal ini terkadang digunakan sebagai alasan mengapa wanita seharusnya tidak turut andil dalam pelayanan dan kepemimpinan. Jelas kedua belas murid itu menduduki posisi yang spesial, namun di antara mereka yang dekat dengan Yesus, ada juga sejumlah pengikut wanita, dan Yesus mengembangkan mereka sebagai pemimpin. Fakta bahwa wanita adalah murni pengikut, dalam budaya di mana ada sedikit wanita yang melek huruf dan memiliki pendidikan formal, bertentangan dengan kehidupan masa kini. Dengan mengumpulkan temuan-temuan terbaru dalam ilmu pengetahuan Injil, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa Yesus tidak hanya mendorong wanita untuk mengikut-Nya, tapi juga untuk memimpin orang lain. Lukas 8:1-3 adalah ayat kuncinya. Di sana, kita dapat melihat sejumlah wanita menemani Yesus, bersama dengan kedua belas murid (yang disebutkan dalam Lukas 6:12-19). Menurut Richard Bauckham, dalam Gospel Women, ayat 1-3 adalah pernyataan ringkas yang mengindikasikan bahwa peristiwa itu terjadi berulang kali dalam periode waktu yang tak menentu. Dengan kata lain, meski ayat itu adalah referensi kecil, ayat itu mengindikasikan bahwa wanita berjalan bersama Yesus secara rutin. Bauckham juga menantang terjemahan NRSV, dan mengatakan bahwa teks Yunani dengan jelas mengatakan bahwa Yesus "bersama" dengan kedua belas murid dan para wanita: "Kedua belas murid bersama-Nya, juga para wanita ...." Di sini Yesus mengategorikan murid-murid-Nya menjadi dua kategori besar, dua belas pria dan wanita. Fakta bahwa wanita ada untuk membantu Yesus bukanlah intinya, inti pentingnya ialah bahwa para wanita itu bersama Yesus. Itulah makna pemuridan, dan baik pria maupun wanita sepertinya sederajat; tinggal menunggu waktu saja sampai Yesus mendelegasikan pelayanan-Nya kepada semua murid-Nya. Bauckham juga menegaskan bahwa wanita tidak ditugasi dengan hal-hal yang biasanya wanita lakukan dalam rumah tangga. Dalam teks Yunani dikatakan bahwa tidak ada pria yang membantu pelayanan Yesus dalam bentuk materi, hanya murid yang wanita saja yang memberikan bentuk bantuan tersebut kepada Yesus dan murid-muridnya. Dua belas murid pria sama-sama telah mengorbankan dan meninggalkan rumah dan keluarga mereka untuk mengikut Yesus (Lukas 5:11). Untuk seorang wanita terhormat seperti Yohana, mengikut Yesus juga merupakan pengorbanan besar. Bergabung dengan suatu kelompok seperti Yesus dan murid-murid-Nya yang bisa dikatakan bukan kelompok elit pada saat itu, pasti menjadi sebuah skandal besar. Hampir semua Injil menuliskan wanita-wanita yang menemani Yesus dalam perjalanan pelayanan-Nya (Matius 27:55-56; Markus 15:40-41; Lukas 23:49). Para wanita ada di kubur Yesus (Lukas 23:49) dan menyaksikan kebangkitan (Lukas 24:1-11). Dalam Injil Yohanes, wanita digambarkan sebagai sosok yang patut diteladani dengan Maria Magdalena sebagai contoh utamanya. Jadi, para intelektual menyimpulkan bahwa perbedaan antara kelompok pengikut Yesus yang pria dan wanita tidak sebesar anggapan selama ini. Para wanita "bersama"-Nya di sepanjang pelayanan-Nya, mengamati-Nya, dan siap sedia untuk meneruskan pelayanan-Nya setelah kebangkitan-Nya. PARA WANITA DI KAKI YESUS Yesus menyambut banyak wanita berbeda sebagai pengikutnya: Maria dari Betania, wanita di sumur, wanita Kanaan, dan lainnya yang tidak disebutkan. Maria duduk dekat kaki Yesus, yang menurut Tom Wright adalah sikap wajar seseorang yang merupakan seorang murid dan akan menjadi seorang pengajar. Dan Yesus menegur saudarinya, Martha, karena menyibukkan diri dengan hal-hal yang dianggap harus dilakukan oleh seorang wanita (Lukas 10:41-42). Meski perbedaan perilaku antara Maria dan Martha terkadang digunakan untuk mengekplorasi gaya hidup yang aktif dan reflektif, apa yang dilakukan Maria adalah contoh yang jarang sekali terjadi -- apa yang dilakukannya berkebalikan dengan harapan tentang seperti apa dan apa yang harus dilakukan oleh seorang wanita. Tulisan Yohanes mengenai kematian Lazarus (Yohanes 11:17-44) juga perlu diperhatikan. Inti dari kisah tersebut bukanlah Lazarus, namun percakapan antara Yesus dengan Maria dan Martha, terutama Martha. Pengakuan imannya mengungkapkan bahwa ia telah sungguh-sungguh belajar, dan ia membuat suatu deklarasi yang paling jelas akan imannya terhadap Injil. Maria juga menunjukkan keterusterangan dan iman yang sama. Dalam Yohanes 12:1-8, kita melihat bagaimana Maria mengurapi kaki Yesus -- menariknya, peristiwa itu mengawali pembasuhan kaki murid-murid oleh Yesus di pasal yang ke-13. Interrelasi antara dua pasal tersebut menunjukkan bagaimana Maria memberikan teladan pelayanan dan pemuridan, dan partisipasi dalam penderitaan dan kematian Yesus. RASUL KEPADA PARA RASUL Akhirnya, penampakan Yesus dan penugasan Maria Magdalena setelah kebangkitan-Nya, adalah hal yang paling menarik. Dalam pemikiran populer, nama Maria mendapat citra buruk karena adanya Maria-Maria yang lain dan asumsi yang tidak benar bahwa ia adalah seorang pelacur. Dari semua wanita yang mengenal Yesus, hanya Maria, ibu-Nya, yang disebutkan lebih sering daripada Maria Magdalena. Empat penulis Injil menganggapnya sebagai pengikut Yesus yang paling setia, dan ia muncul dalam sembilan daftar yang berbeda yang kesemuanya berisi nama-nama perempuan -- cuma satu daftar yang tidak menempatkan namanya pada urutan paling atas. Di antara pengikut Yesus, nama Maria paling sering muncul di Alkitab daripada nama kedua belas murid. Ketika Maria mengetahui bahwa Yesus telah bangkit, ia berteriak, "Rabuni", yang diartikan Yohanes sebagai "guru" (Yohanes 20:16). Hal itu, dan fakta bahwa ia adalah salah satu wanita yang bepergian ke mana-mana dengan Yesus dan belajar dari-Nya, mengisyaratkan bahwa ia adalah benar-benar murid Yesus, belajar dari-Nya untuk bekal saat ia menjadi pengajar dan pemimpin. Untuk murid-murid yang pertama, menjadi pengikut Yesus adalah lebih daripada menjadi pengikut guru-guru lainnya. Masa depan iman Kristen tergantung pada murid-murid Guru Yesus dan bagaimana mereka berhasil memberikan apa yang mereka dapat dari-Nya, dengan mengajarkan apa yang Ia ajarkan pada mereka dan dengan saling mengasihi seperti Ia mengasihi mereka. Tampaknya wanita termasuk di dalamnya. Inti ceritanya ada di taman, di mana Yesus memandati Maria dengan tugas untuk memberitakan kabar sukacita kebangkitan pada saudara-saudaranya, sebelas rasul. Tidak heran jika ia disebut "rasul kepada rasul-rasul", dan jika kualifikasi sebagai rasul adalah bersama Yesus dan menyaksikan kebangkitan, maka dia (dan wanita lain) bisa dikatakan rasul, meskipun posisi mereka tidak secara formal diklaim sebagai pengganti Yudas (Kisah Para Rasul 2:21-22). Seperti dikatakan Carolyn Custis James, secara budaya, sah-sah saja untuk para rasul membatasi wanita pengikut Yesus setelah Yesus kembali kepada Bapa-Nya. Tapi tidak demikian bagi Yesus. Ia telah mengangkat wanita dengan melibatkan mereka sebagai murid dan pada saat kebangkitan-Nya, Ia menegaskan pelayanan mereka sebagai pembawa pesan. Para penulis Injil tergantung pada kesaksian wanita seperti Maria ibu Yesus dan Maria Magdalena untuk menuliskan kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Maria ibu-Nya, dan "beberapa wanita" yang ada di sana setelah kebangkitan, bertekun berdoa dan menunggu masa depan yang terbentang (Kisah Para Rasul 1:14). Dari contoh di atas, kita dapat melihat bahwa Yesus membuka jalan baru, sikap baru terhadap wanita, melihat apa peran mereka bagi Allah, bukannya peran yang didikte oleh masyarakat. Saat Ia mempersiapkan dua belas murid pria, Ia juga memersiapkan para wanita yang memilih untuk mengikut Dia di sepanjang pelayanan-Nya. Dan saat roh Kudus tercurah pada Pentakosta, umat Allah yang baru terbentuk, dan wanita, seperti halnya pria, diberi wewenang. Pada gereja-gereja pertama, pembedaan ras, kelas, dan jenis kelamin dihapuskan; kualifikasi pelayanan tergantung (dengan beberapa kelonggaran budaya) tidak lagi pada jenis kelamin dan status sosial, tapi pada anugerah, dan para wanita yang telah "bersama" Yesus itu mampu melayani, sampai dibuatnya batasan-batasan untuk wanita melayani bersama-sama pria. (t/Dian) Diterjemahkan dari: Nama situs : cpas Judul asli artikel: How Did Jesus Develop Women As Leaders? Penulis : Rosie Ward Alamat URL : http://www.cpas.org.uk/womeninleadership/resources/index.php?category=82 ==================================**================================== ARTIKEL 2 -*- WANITA DAN KEPEMIMPINAN -*- Menurut Hennig dan Jardim dalam buku "The Managerial Woman", kebanyakan wanita melihat dirinya sebagai seseorang yang ragu, bimbang, bingung akan tujuan-tujuan mereka dalam hidup, dan menunggu dipilih atau disadari keberadaannya oleh pria. Mereka tidak suka mengambil risiko dan mereka menjadi gelisah dalam situasi di mana mereka tidak mengetahui banyak hal. Jika demikian, bagaimana bisa wanita menjadi pemimpin? Sifat-sifat seperti itu bertentangan dengan sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin -- seseorang yang bertanggung jawab, menetapkan tujuan, mengambil risiko, dan membuat keputusan. Oleh karena itu, wanita dapat menjadi pemimpin mungkin karena mereka dididik dengan cara yang berbeda atau mereka mengenali potensi kepemimpinan yang ada dan telah belajar untuk memimpin. Para peneliti menemui bahwa para wanita yang suka memimpin tidak menganggap diri mereka sebagai wanita dan berbeda; mereka melihat diri mereka sebagai manusia. Pola pikir mereka, begitu juga kemampuan mereka, memampukan mereka menjadi pemimpin. Mereka berorientasi untuk bersaing dan menyelesaikan tugas. Mereka tidak hanya belajar untuk melatih kekuatan pribadi mereka, mereka juga sudah sanggup mengesampingkan emosi mereka di situasi yang membutuhkan penilaian yang jelas. Mereka bukannya tidak emosional, tapi mereka telah belajar memahami diri dan mengendalikan perasaan mereka. Seorang wanita yang berprofesi sebagai pemimpin organisasi pendidikan menceritakan pengalamannya mengendalikan emosi dan rasa empati. "Saya rasa Anda harus tangguh secara fisik, juga secara psikologis dan emosional sehingga apa pun yang terjadi tidak membuat Anda lemah. Sulit untuk tetap sensitif terhadap sesuatu yang sangat penting bagi orang lain saat apa pun yang Anda lakukan sepertinya menyepelekan apa yang mereka anggap penting. Saya harus belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menempatkan diri dalam posisi mereka." Menjadi kompeten bukan berarti menjadi wanita Kristen yang memimpin tanpa memedulikan orang lain. Mereka dapat memecat seseorang sekaligus menunjukkan rasa prihatin. Seorang pemimpin wanita mengatakan betapa sulitnya untuk memecat seorang karyawan. "Pemecatan dapat mengubah kehidupan seseorang dengan begitu drastis. Jika secara emosional mereka tidak siap, pemecatan bisa sangat melukai hati mereka. Saya pernah memecat seseorang, namun itu saya lakukan setelah saya berbicara dengan mereka dan menjelaskan kepada mereka alasan mengapa mereka dipecat. Terkadang memecat seseorang bisa sangat mendorong Anda ke depan; pemecatan bisa menjadi suatu batu loncatan." Memiliki kualifikasi sebagai pemimpin tidak akan ada manfaatnya bagi wanita jika ia tidak dapat menembus posisi yang lebih tinggi dalam struktur organisasi di mana ia bekerja. Hanya ada sedikit wanita yang menduduki posisi teratas atau kedua teratas dalam industri dan pemerintahan. Di bawah posisi teratas terdapat beberapa tingkatan manajer yang diduduki oleh sedikit wanita. Hal itu karena para wanita yang menduduki posisi atas telah terbukti kemampuannya -- wanita-wanita yang telah diperhitungkan karena mereka kompeten. Dunia organisasi pria dikarakterisasi oleh perangkat hubungan -- jaringan -- informal di mana komunikasi penting terjadi di luar kantor. Seseorang yang berpotensi menjadi pemimpin memelajari apa yang mereka harapkan, apa yang terjadi di luar kantor, dan siapa "sponsor" mereka melalui jaringan itu. Kata "sponsor" atau "mentor" merujuk pada seorang senior yang tertarik kepada junior, mengenali potensi mereka, memberitahu seluk-beluk organisasi, dan membawa mereka kepada posisi yang lebih diperhitungkan. Sangat sulit bagi wanita untuk menembus jajaran atas di organisasi; kompetensi saja tidak cukup untuk mereka mendapatkan promosi. Wanita Kristen dapat bergantung kepada peluang yang diberikan Tuhan untuk menempati posisi kepemimpinan, tapi jujur, mereka juga perlu memiliki keahlian politik. "Seseorang yang ingin bekerja dalam bidang kepemimpinan harus mengenali sifat politisnya." Terus terang, hal seperti itu sangat tidak Kristiani -- mencari tahu siapa yang punya posisi dalam perusahaan, menilai apakah seseorang mampu membantunya mencapai tujuan, membuat agar pimpinannya memerhatikan prestasi dan kualifikasinya. Orang Kristen diharuskan untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, namun seperti yang lain, harus mendapatkan perhatian; dan mereka harus mencari sponsor agar mereka dapat menjadi pemimpin. Kecerdasan politik sering kali datang melalui pengalaman pahit. Seorang wanita muda menjadi kandidat kuat untuk menempati posisi direktur program khusus dalam organisasinya. Namun setelah ia kembali dari sebuah liburan, ia menemui bahwa posisi itu telah ditempati oleh orang lain. Saingannya, wanita muda yang berkompeten lainnya telah menempati posisi itu karena dua alasan: ia mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan wanita yang berlibur tersebut dan ia didukung oleh seorang senior pria dengan pengalaman manajerial yang panjang. Wanita yang kehilangan kesempatan itu tidak memiliki sponsor atau pendukung. Namun, ia belajar dari pengalaman. Dengan sabar ia menunggu selama dua tiga tahun dan menapaki semua langkah yang "benar" dalam tangga karier di perusahaannya. Ia mendapat banyak pengalaman, diperhatikan, dan mendapatkan reputasi bahwa ia kompeten. Kepala departemen akhirnya memberi apa yang ia perlukan. Ia menemukan sponsor -- lagi-lagi seorang pria karena tidak ada wanita dalam posisi tengah manajerial di tempat ia bekerja. Sponsornya mulai melatihnya menjadi kepala departemen. Dalam gaya dan kepribadian, pemimpin wanita berbeda dengan pria, namun anggapan bahwa wanita suka meraja, yang didasarkan pada pandangan masyarakat, masih menjadi sesuatu yang umum. Orang-orang berpikir bahwa pemimpin wanita sering kali iri hati, emosional, picik, perfeksionis, suka mencari kesalahan, dan sangat mementingkan detail. Ternyata itu bukanlah karakteristik wanita, karakter-karakter itu muncul saat mereka tak berdaya, karakter-karakter itu adalah mekanisme pertahanan. Wanita yang benar-benar bebas menjadi diri sendiri dan merasa nyaman dalam posisi kepemimpinan, bebas untuk mengizinkan orang lain mendapatkan lebih banyak kebebasan. Mereka tidak menunjukkan sikap suka meraja seperti yang masyarakat umum pikirkan. Malahan, mereka sanggup berpikir mengenai tujuan jangka panjang dan mengembangkan gaya kepemimpinan yang kreatif dan khas. Ada dua hal yang mengarakterisasi pemimpin Kristen dalam melaksanakan tugasnya, yaitu keterbukaan dan mau melayani. Memimpin adalah masalah mengeluarkan yang terbaik dari orang-orang yang dipimpin dan menyesuaikannya dengan pekerjaan yang cocok. Untuk melakukannya, dibutuhkan tidak hanya kemampuan untuk memanfaatkan sumber yang ada untuk mencapai sasaran, tapi juga kapasitas untuk mengembangkan kepercayaan. Tujuan organisasi tidak bisa hanya diketahui oleh pemimpin; tujuan itu harus disosialisasikan kepada semua orang dalam organisasi. "Saya merasa lebih puas saat saya berhasil meyakinkan seseorang dengan kekuatan gagasan saya," kata seorang wanita, "daripada mengatakan `Anda jelas akan melakukan apa yang saya gagaskan karena saya memiliki otoritas untuk menyuruh Anda melakukannya.` Saya mencoba mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Melibatkan mereka. Menggerakkan mereka. Membawa mereka keluar dari jalur kalau perlu. Saya ingin memimpin mereka, dan bukannya memaksakan kehendak saya sendiri." Pemimpin yang memandang dirinya sendiri sebagai pelayan, menghindari jebakan pemenuhan diri akan kuasa, harga diri, dan gaji yang turut ada dalam sebuah kepemimpinan sekuler. Yesus adalah teladan pemimpin yang memiliki otoritas sekaligus hati yang melayani. Ia menggunakan otoritasnya untuk menguatkan orang-orang yang dipimpinnya. "Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?" Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." (Markus 9:33-35) Para pemimpin wanita dapat memanfaatkan sensitivitasnya terhadap hubungan pribadi untuk mewujudkan sikap melayani itu saat mereka bertindak sebagai fasilitator dan pendorong. Saat pemimpin wanita melakukan hal itu, tujuan konkrit dalam hal sasaran organisasi dapat tercapai, dan yang terpenting, mereka menyentuh kehidupan banyak orang. "Kepuasan dalam memimpin adalah melihat bahwa Anda mampu membantu orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik. Penghargaan itu urusan kedua. Anda akan melihat yang lain melakukan lebih banyak hal daripada orang yang Anda pimpin jika Anda tidak bersama orang yang Anda pimpin untuk membantu dan mendorong mereka atau memfasilitasi atau menyatukan mereka." (t/Dian) Diterjemahkan dan diringkas dari: Judul buku: Christian Women at Work Judul bab : Working Within Organizations -- Leadership Penulis : Patricia Ward dan Martha Stout Penerbit : Zondervan Corporation, Michigan 1981 Halaman : 187 -- 192 ==================================**================================== INSPIRASI -*- ROSALIE CAMPBELL -*- Rosalie menyematkan kehangatan, kejujuran, dan motivasi dalam pesan-pesannya yang inspirasional. Latar belakang kariernya sebagai desainer membuatnya berbakat dalam berpidato. Ia menggunakan gambar-gambar penuh warna untuk menantang dan memotivasi para pendengarnya. Melalui luka dan tantangan yang timbul karena perceraian orang tua dan juga dirinya sendiri, ia membentuk hatinya untuk mereka yang berjuang dalam duka karena tinggal dalam keluarga yang berantakan. Rosalie mendirikan dan mengelola banyak organisasi bagi orang-orang dewasa, remaja, dan anak-anak di gerejanya. Baru-baru ini, ia juga menjadi pembicara pada seminar-seminar pelatihan kepemimpinan di daerah California bagian Selatan. Ia juga telah menulis sebuah buku penyelidikan Alkitab restorasi, "Come Back to the Garden". Buku itu disusun sebagai panduan bagi orang-orang yang terluka secara emosi saat mereka berusaha menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan menuju pemulihan diri. Beberapa esai dan artikelnya telah diterbitkan dalam bentuk buku. Pada 1997, Rosalie mendirikan "Garden Path Ministries" untuk menyediakan sumber-sumber bahan, memperlengkapi para pemimpin, dan memfasilitasi kelompok-kelompok kecil. Ia memimpin dan mengoordinasi banyak sekolah Alkitab dan mengadakan bengkel kerja bagi CMTA and BRASS (Christian Ministry Training Associations). Ia sering menjadi pembicara dalam acara retreat, pertemuan makan siang, dan rapat. Kini, "Garden Path Ministries" sedang menjangkau narapidana wanita dengan memberikan bahan-bahan pelajaran restorasi dan Alkitab kepada mereka. Rosalie memiliki ijazah dalam bidang Konseling Alkitabiah dari American Association of Christian Counselors. Setelah mendapat gelar dalam bidang desain fashion dan interior, Rosalie berkarier dalam industri tersebut selama dua puluh tahun. Ia dan suaminya, Stan, tinggal di Canyon Lake, California. Mereka memiliki keluarga besar dengan delapan anak yang telah tumbuh dewasa dan banyak cucu mereka. (t/Dian) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs : Garden Path Ministries Judul asli artikel: Rosalie Campbell Penulis : Tidak dicantumkan Alamat URL : http://gardenpath.org/gp/director.php ==================================**================================== STOP PRESS -*- LOWONGAN PEKERJAAN YLSA -- EDITOR DAN PENERJEMAH -*- Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) <http://www.ylsa.org> adalah sebuah yayasan Kristen yang terbeban dalam pelayanan dunia teknologi informasi, khususnya dalam menyediakan Alkitab dan bahan-bahan kekristenan secara tersambung (online). Saat ini YLSA membuka lowongan untuk para profesional muda yang ingin memberikan talenta terbaiknya untuk Tuhan dengan bekerja sebagai seorang editor atau penerjemah. Kualifikasi Khusus untuk Editor: 1. S1 Sastra Indonesia, diutamakan dari bidang linguistik. 2. Memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan terbeban dalam pengembangan bahasa Indonesia. 3. Berpengalaman dalam menyunting dan menulis naskah di media massa. Kualifikasi Khusus untuk Penerjemah: 1. S1 Sastra Inggris. 2. Berpengalaman dalam menerjemahkan naskah dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya. 3. Memiliki pengalaman dalam menyunting naskah terjemahan. Kualifikasi Umum: 1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis. 2. Memiliki panggilan yang jelas untuk melayani Tuhan. 3. Diutamakan yang belum menikah. 4. Menguasai tata bahasa dan EyD bahasa Indonesia. 5. Gemar membaca dan menulis; mampu berpikir dan mengekspresikan diri. 6. Memiliki profesionalitas, mampu bekerja dalam tim dengan tenggat waktu (deadline) yang ketat, memiliki ketelitian yang tinggi, dan berkeinginan besar untuk terus belajar. 7. Nilai tambah: a. pernah mengikuti pelatihan penyuntingan naskah (Editor). b. pernah mengikuti pelatihan penerjemahan naskah (Penerjemah). c. pernah mengikuti seminar tentang bahasa Indonesia/Inggris. 8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk 2 tahun. Jika Anda atau rekan Anda merasa terpanggil dan memenuhi kualifikasi di atas, segera kirimkan lamaran beserta kelengkapan lainnya (CV, fotocopy transkrip nilai dan ijazah, contoh tulisan Anda, dan surat referensi) ke alamat: HRD - YLSA Kotak Pos 25/SLONS Surakarta 57135 Untuk informasi lebih lengkap, silakan kirim e-mail ke: ==> < rekrutmen-ylsa(at)sabda.org > Catatan: -------- Silakan sebarkan informasi ini kepada mereka yang membutuhkan. -*- IN-CHRIST.NET (INDONESIAN CHRISTIAN NETWORK OF NETWORKS) -*- http://www.in-christ.net/ Telah hadir bagi Anda semua, situs komunitas Kristen In-Christ.Net yang akan memperlengkapi pelayanan kita bersama dalam Tuhan. Mengapa? Karena melalui In-Christ.Net, berbagai komunitas dari berbagai bidang pelayanan Kristen dapat saling berkolaborasi dan membangun pelayanan bersama tanpa dihalangi oleh waktu, tempat, ruang, atau tembok-tembok organisasi. In-Christ.Net menyediakan fasilitas untuk Komunitas Khusus dan Komunitas Umum yang terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. Komunitas umum berisi "network-network" dari berbagai bidang pelayanan Kristen. Silakan mendaftar dan bergabung dengan "network" yang Anda inginkan dengan mengirimkan artikel, blog, atau pun memberikan komentar. Di sini, Anda akan bertemu dan berkolaborasi dengan orang-orang percaya dari berbagai tempat yang memiliki minat bidang pelayanan yang sama dengan Anda. Dalam Komunitas Khusus, tergabung kelompok-kelompok yang lebih sempit yang sebelumnya pernah mengadakan pertemuan tatap muka, yang ingin meluaskan komunitas mereka dengan membuka kolaborasi di internet. Untuk bergabung, Anda harus mendaftar terlebih dahulu. Bagi Anda yang ingin membuka komunitas khusus yang baru, silakan menghubungi webmaster(at)sabda.org untuk mendapatkan fasilitas yang tersedia. Berkunjunglah ke halaman "Panduan" untuk informasi selengkapnya < http://www.in-christ.net/panduan >. Sesuai dengan moto In-Christ.Net, yaitu "Equipping One Another", kami percaya umat Tuhan akan berkembang pesat jika bersatu dan saling memperlengkapi untuk menciptakan kolaborasi antarkomunitas yang dinamis dan memuliakan nama Tuhan. Segeralah bergabung! ==================================**================================== Berlangganan : subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti : unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead : http://lead.sabda.org/ ---------------------------------------------------------------------- Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Puji Arya Yanti e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2008 oleh YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |