Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/37 |
|
e-Leadership edisi 37 (15-12-2008)
|
|
===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI DESEMBER 2008=========== TOPIK: KARAKTER PEMIMPIN: TELADAN MENU SAJI EDITORIAL: Teladan -- Mutlak dalam Kepemimpinan Kristen ARTIKEL KHUSUS: Sang Eksekutif yang Sempurna ARTIKEL 1: Nehemia, Seorang Pemimpin Teladan ARTIKEL 2: Teladan Baik INSPIRASI: Pentingnya Keteladanan STOP PRESS: Baru! Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org ==================================**================================== EDITORIAL TELADAN -- MUTLAK DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN Salah satu tugas pemimpin Kristen adalah memberikan teladan yang baik. Hal ini penting karena sikap dan pemikiran seorang pemimpin Kristen mau tidak mau akan ditiru oleh para pengikutnya. Jika seorang pemimpin bersikap dan berpikir yang tidak baik, maka demikian jugalah para pengikutnya. Sebaliknya, jika seorang pemimpin menyiratkan sikap dan pemikiran yang mencermikan prinsip-prinsip alkitabiah, begitu jugalah para pengikutnya akan menjadi orang-orang yang benar di hadapan Tuhan. Karena itu, menjadi pemimpin berarti mengemban tanggung jawab yang besar -- membawa orang-orang yang dipimpinnya hidup benar di hadapan Tuhan melalui sikap dan cara hidupnya. Lalu bagaimana kita dapat memberi teladan yang benar, teladan yang dapat membawa para pengikut kita menjadi serupa dengan Kristus? Artikel 1 dan 2 akan menjawabnya. Di kedua kolom itu disajikan bahasan mengenai bagaimana kita dapat melihat kehidupan Nehemia dalam memberikan teladan dan bagaimana menjadi teladan yang baik. Mari, jadikan Natal tahun ini sebagai tugu peringatan untuk mengambil komitmen menjadi teladan yang hidupnya mencerminkan Kristus bagi orang-orang di sekitar kita. Tidak lupa, segenap Redaksi e-Leadership mengucapkan: SELAMAT MENJELANG NATAL 2008 DAN TAHUN BARU 2009 Semoga damai Natal dan penyertaan Tuhan selalu bersama kita dalam menyongsong tahun yang baru. Amin. Selamat menyimak, Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Leadership, Dian Pradana "sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:15) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yohanes+13:15 > ==================================**================================== Contoh bukan hal penting dalam memengaruhi orang lain, melainkan hal terpenting. ==================================**================================== ARTIKEL KHUSUS SANG EKSEKUTIF YANG SEMPURNA Natal adalah saat yang tepat dalam setahun untuk meninjau gaya manajemen Yesus dari Nasaret. Apa yang Yesus capai adalah yang terbaik. Ia merekrut dan memotivasi dua belas orang-orang awam menjadi orang-orang yang luar biasa. Ia membentuk kepribadian mereka yang beragam, dengan hasrat, ambisi, dan pemikiran yang berbeda, menjadi sebuah kesatuan yang luar biasa. Ia mengorganisir kekristenan yang telah tumbuh memiliki 1,5 milyar pengikut dan cabang di seluruh dunia dan 223 negara. Yesus tidak secara agresif memaksa orang-orang untuk mengikuti ajaran-Nya. Ia juga tidak membujuk mereka dengan cara yang licik. Namun, Ia mengajak para pendengar-Nya dengan tidak pernah melupakan kebutuhan mereka. Ia dengan setia memotivasi dan mempraktikkan prinsip motivasi paling penting. Orang ingin tahu seberapa besar Anda peduli sebelum mereka peduli pada apa yang Anda tahu. Ia mengoptimalkan kemampuan terbaik para pengikut-Nya dengan menarik mereka, bukan mendorong mereka. Yesus mendekati dengan kepedulian untuk mengatur murid-murid-Nya. Ia tidak melihat para murid-Nya sebagai objek untuk dimanipulasi demi kesuksesan-Nya, namun Ia melihat mereka sebagai manusia yang harus dimotivasi dan dikembangkan. Meski begitu, Ia tidak pernah tidak memerhatikan perilaku mereka yang tidak benar. Ia menegur mereka secara langsung dan terbuka, dan selalu mendukung dan mendorong untuk mereka mengubah hati mereka. Ia menekankan semangat kerja sama tim. Ia merendahkan diri untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Melalui itulah -- perhatian kepada orang lain -- manajemen dapat memberikan sumbangsih terbesar bagi pertumbuhan orang lain dan kesuksesan pelayanan. Kita akan selalu menjalani hidup di dunia yang tidak sempurna, namun kita memiliki teladan yang sempurna. (t/Dian) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Church Leader Network Judul asli artikel: The Perfect Executive Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.churchtoolbox.com/Default.aspx?tabid=36&EntryID=11 ==================================**================================== ARTIKEL 1 NEHEMIA, SEORANG PEMIMPIN TELADAN Salah satu contoh paling menonjol dalam Alkitab mengenai kepemimpinan yang berpengaruh dan berwibawa, kita lihat dalam kehidupan Nehemia. Kadang-kadang caranya kelihatan agak keras, tetapi ia dipakai Allah untuk mengadakan pembaharuan yang menakjubkan dalam kehidupan bangsanya dalam waktu yang sangat singkat. Suatu analisa mengenai kepribadian dan metodenya mengungkapkan bahwa cara yang dipakainya dapat berhasil hanya karena mutu wataknya sendiri. WATAKNYA Kesan pertama yang kita peroleh saat membaca kisah sederhana mengenai Nehemia ialah bahwa ia suka berdoa. Reaksi pertamanya saat ia mendengar nasib Yerusalem yang menyedihkan ialah berpaling kepada Allah di dalam doa -- membuktikan bahwa ia tidak asing di depan takhta kasih karunia. Secara keseluruhan, catatan kehidupannya dipenuhi dengan doa. Baginya, doa bukan saja merupakan sesuatu yang dilakukan pada saat-saat yang tertentu saja, melainkan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan pekerjaan sehari-hari (Neh. 1:4, 6, 2:4, 4:4, 9, 5:19, 6:14, 13:14, 22, 29). Ia menunjukkan keberanian dalam menghadapi bahaya besar. "Orang manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang manakah seperti aku ini dapat memasuki Bait Suci dan tinggal hidup? Aku tidak pergi" (Neh. 6:11). Pernyataan keteguhan hati dan keberanian banyak artinya untuk menambah moral suatu bangsa yang sudah patah semangat. Ia menunjukkan perhatian yang sejati terhadap kesejahteraan bangsanya, suatu perhatian yang begitu jelas, sehingga bahkan musuh-musuhnya memberi komentar tentang hal itu. "Mereka sangat kesal karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan orang Israel" (Neh. 2:10). Perhatiannya dinyatakan olehnya melalui puasa, doa, dan air mata (Neh. 1:4-6). Nehemia memihak bangsanya, bukan saja dalam kesedihan mereka, tetapi juga di dalam dosa-dosa mereka. "Dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa." (Neh. 1:6) Ia menunjukkan suatu tinjauan masa depan yang teliti. Setelah memeroleh perhatian raja yang baik, ia meminta surat-surat kepada para gubernur di daerah-daerah yang dilalui olehnya dalam perjalanannya ke Yerusalem. Tetapi pikirannya terus diarahkan kepada tugas yang menunggunya di Yerusalem, dan ia juga meminta surat-surat kepada para penjaga taman milik raja-raja, agar dapat memeroleh kayu yang diperlukan "untuk memasang balok-balok pada pintu gerbang di benteng ... dan untuk tembok kota" (Neh. 2:8). Ia memikirkan hal tersebut masak-masak. Dalam tindakan-tindakan Nehemia yang berani, terasa adanya sikap hati-hati. Setelah sampai di Yerusalem, ia tidak serta-merta mulai dengan pekerjaannya. "Maka tibalah aku di Yerusalem ... tiga hari aku di sana" (Neh. 2:11). Baru setelah beberapa hari, setelah ia dengan cermat dapat menilai keadaan, ia mulai bertindak. Dan bahkan pada waktu itu pun sikap pembawaannya yang berhati-hati menyebabkan ia tetap berdiam diri mengenai maksud kedatangannya. Bahkan, pekerjaan pengamatannya pun dilakukan pada waktu malam. Nehemia pada dasarnya adalah orang yang tegas. Ia tidak akan menunda-nunda jika ia harus memutuskan sesuatu. Sifatnya yang penuh semangat tidak mengenal penundaan. Ia memunyai kemampuan memikul beban orang lain secara istimewa. Ia bersedia memahami dan mendengarkan masalah-masalah dan keluhan bangsanya dan mengambil tindakan untuk menanggulanginya (Neh. 4:10-12, 5:1-5). (Seorang pemimpin mengatakan mengenai salah seorang bawahannya, "Saya tidak bermaksud membiarkan ia menangis di bahu saya!" Tetapi untuk maksud itulah seharusnya bahu seorang pemimpin!) Keputusan dan tindakan Nehemia ditandai oleh sifatnya yang sama sekali tidak memihak. Ia tidak memandang muka orang. Kaum bangsawan dan para pemimpin dikecamnya, jika memang mereka patut dikecam, sama saja seperti orang-orang biasa. "Aku menggugat para pemuka dan para penguasa .... Lalu kuadakan terhadap mereka suatu sidang jemaah yang besar." (Neh. 5:7) Pendekatan rohaninya terhadap masalah-masalah tidak mengesampingkan realisme yang sehat. "Tetapi kami berdoa ... dan mengadakan penjagaan ... siang dan malam." (Neh. 4:9) Dalam menerima tanggung jawab, ia tidak mengelakkan implikasinya yang berat, melainkan ia bersedia melakukan tugas dengan segala kesulitan yang dihadapinya, terus sampai berhasil. Nehemia muncul sebagai orang yang kuat dalam pemerintahan, tenang dalam keadaan krisis, tidak takut menghadapi bahaya, berani mengambil keputusan, saksama dalam organisasi, tidak memihak dalam kepemimpinan, gigih menghadapi perlawanan, bersikap tegas menghadapi ancaman, waspada terhadap intrik. Ia adalah seorang pemimpin yang memenangkan dan mendapat kepercayaan sepenuhnya dari para pengikutnya. CARA-CARANYA Ia membangkitkan semangat rekan-rekannya. Ini merupakan fungsi yang penting daripada seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Ia mencapai tujuan ini dengan memberikan dorongan iman dan memalingkan pikiran mereka dari besarnya masalah mereka pada waktu itu kepada kebesaran Allah dan sifat-Nya yang dapat dipercaya. Keyakinan seperti ini banyak terdapat dalam Kitab Nehemia: "Allah semesta langit ... yang membuat kami berhasil." (Neh. 2:20) "Jangan takut .... Ingatlah kepada Tuhan yang mahabesar dan dahsyat." (Neh. 4:14) "Allah kita berperang bagi kita." (Neh. 4:20) "Sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu." (Neh.8:11) Iman menghasilkan iman. Rasa pesimis menghasilkan ketidakpercayaan. Tanggung jawab utama seorang pemimpin rohani adalah membina iman rekan-rekannya. Ia pandai menghargai orang dan memberi mereka dorongan. Nehemia datang kepada orang-orang yang merasa kecewa dan merosot semangatnya. Tujuan utamanya ialah membangkitkan harapan dan kemudian memeroleh kerja sama mereka. Hal ini sebagian dilakukannya dengan mengingat kembali kemurahan tangan Allah, yang telah menyertainya dan menyampaikan kepada mereka penglihatan dan keyakinannya kepada Allah. "Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: `Kami siap untuk membangun!` Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu." (Neh. 2:18) Kesalahan dan kegagalan harus diperbaiki dengan setia, tetapi yang penting adalah cara tindakan ini dilakukan. Nehemia rupanya dapat melakukan hal ini dengan begitu rupa sehingga dapat memberi semangat kepada bangsanya agar mereka melakukannya dengan lebih baik. Lebih dari itu, disiplinnya yang setia dan teguh menyebabkan keyakinan kepadanya semakin bertambah dan semakin meneguhkan wewenangnya. Ia menghadapi penyebab kelemahan yang potensial dengan segera. Dua peristiwa khusus dicatat di sini. Orang-orang merasa kecewa karena sangat lelah dan terhalang (Neh. 4:10-16). Mereka sangat lelah; puing-puing yang sangat banyak menghalangi kemajuan mereka; musuh-musuh melakukan intimidasi terhadap mereka. Taktik apa yang diambil oleh Nehemia? Ia mengarahkan pikiran mereka kepada Allah. Ia mengusahakan agar mereka dipersenjatai secukupnya. Ia mengelompokkan mereka kembali dan menempatkan mereka di tempat- tempat yang strategis. Ia memanfaatkan kekuatan kesatuan keluarga. Ia menyuruh separuh dari mereka bekerja, sedangkan setengah yang lain bertahan dan beristirahat. Keberanian mereka pulih ketika mereka melihat bahwa pemimpin mereka menyadari masalah-masalah mereka dan berusaha menanggulanginya. Dalam peristiwa kedua, rakyat kecewa karena keserakahan dan sikap tidak berbelas kasihan saudara-saudara mereka yang kaya (Neh. 5:1-5). Tanah mereka telah digadaikan; beberapa dari anak mereka telah dijual sebagai budak. "Kami tidak dapat berbuat apa-apa, karena ladang dan kebun anggur kami sudah di tangan orang lain." Tidak ada suatu apa pun yang lebih menyebabkan merosotnya semangat orang daripada jika kesejahteraan anak-anaknya dihancurkan. Sekali lagi, taktik yang dipakai oleh Nehemia penuh dengan pengajaran. Ia mendengar keluhan-keluhan mereka dengan penuh perhatian dan memahami dilema yang mereka hadapi. Ia menegur dan memermalukan kaum bangsawan karena sikap mereka yang tanpa belas kasihan makan riba dari saudara-saudaranya (Neh. 5:7). Ia membandingkan tindakan mereka dengan sikapnya yang lebih mementingkan orang lain (Neh. 5:14). Ia menyerukan agar segera diadakan penggantian kerugian (Neh. 5:11). Begitu besar pengaruh rohaninya sehingga mereka menjawab: "Itu akan kami kembalikan! Dan kami tidak akan menuntut apa-apa dari mereka. Kami akan melakukan tepat seperti yang engkau perintahkan." (Neh. 5:12) Nehemia memulihkan kuasa firman Allah (Neh. 8:1-8). Terlepas dari tindakan ini, maka pembaharuan yang dimulai olehnya pasti berjalan sementara saja atau bahkan tidak mungkin sama sekali. Dengan keras, ia menjalankan standar firman Allah, dan sikap ini memberikan kuasa rohani terhadap tindakan-tindakannya. Ia menyerukan dipulihkannya Hari Raya Pondok, yang tidak pernah dirayakan lagi sejak zaman Yosua (Neh. 8:15). Betapa gembira orang-orang yang bekerja keras ini menyambut hari libur mingguan dan hari raya-hari raya ini! Pembacaan Kitab Suci membawa pertobatan dan pengakuan dosa dari kedua pihak, baik pihak orang Israel maupun para imam (Neh. 9:3-5). Mereka mentahirkan rumah Allah dari perabot rumah Tobia yang menajiskan (Neh. 13:4-9). Perkakas-perkakas rumah Allah dikembalikan ke tempatnya (Neh. 13:9) dan persembahan persepuluhan sekali lagi dibawa ke dalam peti persembahan (Neh. 13:5). Istirahat pada hari Sabat dijalankan kembali (Neh. 13:15), perkawinan dengan bangsa-bangsa di sekelilingnya dilarang (Neh. 13:23-25), dan diadakan pemisahan di antara mereka (Neh. 13:30). Ia cakap dalam organisasi. Dalam menyusun rencana-rencana yang terperinci, ia mengadakan suatu penelitian yang hati-hati dan mengadakan penilaian terhadap situasinya secara obyektif (Neh. 2:11-16). Ia memperinci jumlah tenaga kerja yang tersedia. Ia tidak mengabaikan perhitungan di atas kertas. Tiap-tiap kelompok diserahi tanggung jawab di satu bidang tertentu secara khusus dan jelas. Ia mengakui para pemimpin bawahannya dengan menyebut nama-nama mereka dan tempat di mana mereka bekerja. Mereka mendapat kesan bahwa mereka lebih dari hanya sekadar satu roda dalam sebuah mesin saja. Ia menjalankan suatu pembagian tanggung jawab yang bijaksana. "Pengawasan atas Yerusalem aku serahkan kepada Hanani, saudaraku, dan kepada Hananya, panglima benteng" (Neh. 7:2). Dengan demikian, ia memberikan kesempatan kepada orang-orang yang mampu untuk mengembangkan potensi kepemimpinan mereka. Ia memunyai ukuran yang tinggi mengenai orang-orang bawahan yang dipilihnya (Neh. 7:2), yaitu kesetiaan, "ia seorang yang dapat dipercaya, dan yang sangat saleh, "ia takut akan Allah lebih daripada orang lain". Kepemimpinannya dinyatakan dalam sikapnya terhadap perlawanan yang terorganisasi, yang bentuknya bermacam-macam, seperti misalnya fitnah, sindiran, infiltrasi, intimidasi, dan intrik. Diperlukan bimbingan yang bijaksana dan tegas untuk dapat mengambil jalan yang mantap di tengah-tengah kemelut ini. Sekali lagi, langkah pertama yang diambilnya adalah berdoa. "Tetapi kami berdoa kepada Allah kami" (Neh. 4:9). Dan apabila keadaan memungkinkan, ia tidak menghiraukan musuh-musuhnya. Ia tidak membiarkan mereka membelokkan dia dari tugasnya yang terutama, tetapi pada waktu yang sama, ia mengambil tindakan penjagaan seperlunya (Neh. 4:16). Yang terpenting di atas semua itu ialah bahwa ia tidak pernah menyimpang dari sikap iman yang teguh kepada Allah (Neh. 4:20). Ujian kepemimpinan rohani ialah apakah kepemimpinan itu berhasil mencapai tujuannya atau tidak. Dalam persoalan Nehemia, kita tidak perlu meragukannya lagi. Tulisan dalam Alkitab berbunyi: "Maka selesailah tembok itu." (Neh. 6:15) Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Kepemimpinan Rohani Judul asli buku: Spiritual Leadership Penulis: J. Oswald Sanders Penerjemah: Drs. Chris J. Samuel dan Drs. Ganda Wargasetia Penerbit: Kalam Hidup, Bandung 1979 Halaman: 168 -- 173 ==================================**================================== ARTIKEL 2 TELADAN BAIK Seorang pemimpin Kristen harus memberikan teladan baik bagi orang-orang yang dipimpinnya. Perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya. "Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita" (Tit. 2:7-8). Ada tiga cara menjadi teladan yang baik. 1. HIDUP SEDERHANA Cara pertama adalah dengan memiliki standar hidup yang sama dengan para pengikut dalam hal pakaian, makanan, dan pekerjaan. Pemimpin seharusnya tidak bersantai-santai sambil minum minuman enak sementara yang lainnya hanya mendapat makan dan minum yang sederhana. Pun seorang pemimpin selayaknya memakai pakaian yang sama dengan para pengikutnya karena mereka memiliki komitmen yang sama. Sebagai seseorang yang memimpin pekerjaan rutin para pengikutnya, ia selayaknya tidak menghindari untuk ikut terlibat dalam rutinitas tersebut. Karena saat gembala tidak ada di sisi domba-dombanya, ia membiarkan domba-dombanya diperdaya oleh serigala. Sebaliknya, seorang pemimpin harus menjadi kuat dengan yang kuat dan menjadi lemah dengan yang lemah (1 Kor. 9:22). Karena jika seseorang yang kuat bersikap seolah-olah ia lemah, orang-orang kuat lain yang ada di bawah kepemimpinannya akan meneladaninya dan mulai menuruti dagingnya. Namun, jika seorang pesakitan tidak mau disembuhkan, ia mengintimidasi pesakitan lain dengan menyiratkan bahwa ia ingin mereka menjadi seperti itu atau bahwa ia tidak ingin mereka menjadi lebih baik. Para rasul menyadari pentingnya teladan Yesus bagi mereka saat Tuhan Yesus bersama-sama dengan mereka, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan mereka, untuk menjadi saksi dengan mereka tentang kebangkitan-Nya (Kis. 1:21-22). Yakni, dari saat Yesus pertama kali mengambil para murid setelah pembaptisan-Nya, sampai pada saat Ia naik ke surga, ia selalu mengajar mereka dengan teladan-Nya. Ia ada di antara para murid, tinggal bersama mereka layaknya keluarga-Nya, dan memberikan pengajaran yang sangat berharga kepada kerumunan yang berkumpul. 2. KERENDAHAN HATI Adalah penting untuk seorang pemimpin bersikap rendah hati. Biarkan tingkah lakunya menunjukkan bahwa ia tidak berpikir terlalu tinggi terhadap dirinya sendiri atau menyiratkan lagak seorang petinggi. Seorang pemimpin harus kentara bahwa ia takut akan perannya, bahwa ia menanggung tanggung jawab itu karena ia memang harus melakukannya, dan lebih ingin menjadi bawahan daripada harus memerintah. Ia juga harus menunjukkan bahwa bawahannya adalah lebih baik darinya dan lebih memilih mereka menganggap dirinya sebagai hamba daripada seorang tuan (Luk. 22:26-27). Seorang pemimpin melakukan hal-hal itu sehingga setiap bawahannya dapat berkomunikasi dengannya setiap saat. Ia bertutur dengan sopan sehingga bawahannya dapat mendiskusikan kebutuhan-kebutuhannya dengan didasari rasa saling percaya. Ia mendengarkan dengan sabar, melakukan segala hal baik yang mampu ia lakukan, dan memberikan instruksi dengan hati-hati serta menasihati dengan tepat. Ia harus bersusah payah agar lebih disukai daripada ditakuti, karena seorang pemimpin yang disukai akan mudah mendapatkan ketaatan para bawahannya. Ketaatan berdasarkan rasa suka sifatnya sukarela, sedangkan ketaatan yang didasari rasa takut muncul dari rasa terpaksa. Semakin rela sebuah ketaatan itu dilakukan, manfaatnya akan semakin besar. Seorang pemimpin yang ingin para bawahannya mendapatkan banyak manfaat, harus berusaha mendapatkan ketaatan yang didasari kerelaan hati. Lagipula, tujuan dari kepemimpinan spiritual adalah untuk mengarahkan orang-orang yang dipimpin menuju kehidupan kekal. Seorang pemimpin juga harus menunjukkan kesederhanaan dalam hal harta dan barang, bukannya berusaha memiliki kemewahan. Segala yang dimilikinya harus memerlihatkan penerimaannya akan kemiskinan dan dengan demikian menunjukkan kesederhanaannya. Ia sebaiknya tidak memiliki barang yang mewah dan tidak membiarkan pengikutnya memiliki barang seperti itu. Orang sombong senang dengan keagungan, namun orang yang rendah hati senang dengan hal-hal sederhana. Berusaha mencari kemewahan atau berambisi untuk memiliki dan memamerkan apa yang berharga dan mewah, bukanlah tanda dari sebuah kerendahan hati. 3. KEDEWASAAN Ada tiga cara bagaimana seorang pemimpin dapat memerlihatkan kedewasaannya. Pertama, ia tidak bertingkah sembrono. Ia tidak akan mengucapkan gurauan dan kata-kata yang sepertinya lucu, namun sebenarnya sangat menyakitkan dan bodoh. Orang-orang tidak akan mengagumi atau menghormati orang seperti itu. Meski seorang pemimpin biasanya harus lebih disukai daripada ditakuti, ada baiknya jika seseorang yang kurang ajar merasa takut padanya. Rasa suka itu sendiri akan lebih terasa jika dikombinasikan dengan penghormatan, bukti kasih kita kepada sang Pencipta; semakin kita mengakui kemuliaan-Nya yang mutlak, semakin baik pula kita menyukai kerendahan hati-Nya. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat (Maz. 25:8). Kedua, seorang pemimpin juga tidak boleh ceroboh dengan kasih sayangnya. Ia harus mendisiplinkan dirinya sendiri untuk menghindari keterlibatan seksual atau segala macam keterlibatan dengan seseorang yang karakternya patut dipertanyakan. Lebih baik jika seorang pemimpin mengasihi orang-orang yang setia dan tulus, serta merangkul mereka demi keselamatan mereka dalam Kristus. Seorang pemimpin seharusnya menjadi seseorang yang dipercaya -- yang dapat memegang rahasia layaknya seorang sahabat -- oleh semua pengikutnya, dan setiap orang mendapat kasihnya sebagaimana mestinya. Dia tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat pengikutnya berpikir bahwa ia pilih kasih, seperti yang dirasakan saudara- saudara Yusuf. Sikap seperti itu akan menimbulkan kemarahan atau rasa iri hati terhadap orang lain. Ketiga, seorang pemimpin juga tidak boleh ceroboh mengubah rencana tindakan atau nasihat. Misal saja pada suatu saat ada sesuatu yang menyukakan hati sang pemimpin dan di waktu lain ada yang kurang menyenangkan hatinya, atau ada saat lain di mana ia menginginkan sesuatu, lalu ia tidak membutuhkannya di lain waktu. Setelah melihat labilitas seperti itu, siapa yang akan menerima penilaian dan melakukan kehendaknya? Berada dalam situasi seperti itu, bawahannya tidak akan menghormati kebijaksanaannya, atau berkomitmen untuk menaati perintahnya. Kerusakan yang timbul karena hal ini akan sangat serius. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (Fil. 2:4). Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (1 Tes. 5:21). Seseorang dapat saja memunyai alasan bagus untuk mengubah keputusan yang tidak diperlukan atau tidak memberi keuntungan spiritual. Perubahan tersebut bukanlah tanda kecerobohan, namun kedewasaan. Akan sangat bodoh jika mengesampingkan yang lebih baik untuk hal yang buruk; sama halnya, adalah bodoh jika Anda bersikeras memertahankan keputusan yang tidak dapat membawa perubahan bagi pengikut Anda, meski keputusan tersebut memberi keuntungan yang jelas dan besar. Saat Paulus memutuskan untuk tidak jadi mengunjungi Korintus sesuai dengan janjinya, dia meyakinkan mereka bahwa ia tidak berubah pikiran dengan ceroboh, namun demi kebaikan mereka sendiri (2 Kor. 1:15-23). Dalam mengambil keputusan, apa pun itu, pemimpin harus selalu ingat bahwa pengikutnya pasti akan meneladaninya. NILAI TELADAN Pemimpin yang baik biasanya membentuk murid-murid yang baik. Orang yang melihat cara hidup benar yang diperlihatkan pemimpin mereka sering kali menjadi orang Kristen yang lebih baik dan memiliki peran serta yang lebih baik dalam suatu komunitas. Pemimpin yang mengabaikan tugasnya untuk memberi teladan akan dengan tegas dihakimi oleh Allah (Yeh. 34:10). Ucapan tanpa disertai dengan perbuatan yang baik sama dengan adukan semen tanpa batu kapur -- kering dan tidak kuat. Perbuatan berbicara lebih keras daripada kata-kata; pelajaran yang kita ajarkan lebih kentara melalui perbuatan baik daripada melalui kata-kata yang kita tuturkan. Seorang pemimpin sebaiknya berkomitmen untuk memiliki kemantapan hati dalam membentuk setiap orang yang dipimpinnya sesuai dengan pola Kristus. Ini berarti dia menanamkan cara hidup dan doktrin Kristus kepada mereka. Ia berusaha membawa mereka untuk meneladani Tuhan dalam segala aspek kehidupan mereka, tidak hanya mengarahkan pikiran mereka terhadap-Nya (Ef. 5:1 dan Gal. 4:19). Akan tetapi, perintah verbal saja tidak cukup untuk menyampaikan seluruh ajaran Kristus. Karena itu, para pemimpin seharusnya menjadi teladan yang hidupnya menunjukkan cara hidup Kristus, supaya mereka dapat menanamkan lebih dalam lagi cara hidup seperti itu dalam diri orang-orang yang mereka pimpin. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus (1 Kor. 11:1). Artinya, jika Anda mau dibentuk menjadi serupa dengan Kristus, lihat dengan saksama cara hidup saya: Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Gal. 2:20). Sebab seorang pemimpin memiliki peran penting; dia harus mengutamakan apa pun yang menyenangkan hati Kristus, menjalankan perintah Tuhan, dan menjadi model keserupaan terhadap Kristus. Dengan cara ini, seorang pemimpin harus mendorong pengikut mereka untuk melakukan kehendak Tuhan. Dengan otoritas Tuhan, dia harus melayani para pengikutnya dalam segala sesuatu yang dapat memberi dampak positif bagi mereka, dan menjadi teladan bagi mereka (2 Kor 4:5). Ketika apa yang keluar dari mulut sang pemimpin adalah demi kemuliaannya sendiri, dia mengkhotbahkan diri sendiri, bukan Kristus. Ketika dia memberikan contoh yang buruk, dia mendorong para pengikutnya untuk menjadi sepertinya, bukan seperti Kristus (baca Gal. 4:17). Ini berarti para pemimpin yang tindakannya menjauhkan diri Anda dari Kristus, bertindak atas dasar motivasi yang tidak baik. Mereka ingin Anda mengikuti cara hidup mereka yang salah. (t/Dian dan Hilda) Diterjemahkan dan diringkas dari: Judul buku: The Character of A Christian Leader Judul asli artikel: Good Example Penulis: St. Bonaventure Penerbit: Servant Books, Michigan 1978 Halaman: 33 -- 39 ==================================**================================== INSPIRASI Pentingnya Keteladanan Krisis keteladanan. Barangkali itulah kata paling tepat untuk menggambarkan situasi di dunia kepemimpinan di tanah air kita saat ini, khususnya dalam dunia politik. Dengan mata jelas, kita melihat bagaimana para elit politik kita bertengkar. Tidak berlebihan jika ada tokoh politik yang dengan sangat berani menjuluki sebuah lembaga tinggi negara sebagai "taman kanak-kanak". Sungguh memprihatinkan! Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam memimpin orang lain. Jika Anda sebagai pemimpin sering terlambat pada saat rapat, jangan pernah berharap orang lain akan datang tepat waktu. Jika Anda sebagai pemimpin sering menggunakan fasilitas kantor demi kepentingan pribadi, jangan sakit hati ketika bawahan Anda juga melakukan hal yang sama. John C. Maxwell sering mengatakan bahwa orang akan melakukan apa yang dilihatnya (people do what people see). Sebuah penelitian ilmiah membuktikan bahwa manusia belajar 89 persen dari apa yang dilihatnya, 10 persen dari apa yang didengarnya, dan hanya 1 persen dari indra lainnya. "Karena itu, masuk akal apabila semakin sering pengikut melihat dan mendengar pemimpinnya bersikap konsisten dalam tindakan dan perkataan, semakin besar pula konsistensi dan loyalitas mereka," kata Maxwell. Diambil dari: Judul buku: The Leadership Wisdom Penulis: Paulus Winarto Penerbit: PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2005 Halaman: 165 ==================================**================================== STOP PRESS Baru! Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org Berikut ini adalah berita gembira bagi Anda yang sedang membutuhkan bahan-bahan seputar Natal berbahasa Indonesia! Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah meluncurkan situs "natal.sabda.org" yang berisi kumpulan berbagai jenis bahan-bahan Natal yang berguna untuk Anda simak. Bahan-bahan tersebut, di antaranya adalah Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Diskusi Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal dan Lagu Natal. Situs "natal.sabda.org" juga telah dirancang untuk menjadi situs interaktif, di mana pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. ==> http://natal.sabda.org/ ==================================**================================== Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/ Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan ______________________________________________________________________ Redaksi e-Leadership: Dian Pradana Kontributor: Hilda Dina Santoja e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2008 oleh YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |