Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/47 |
|
e-Leadership edisi 47 (27-5-2009)
|
|
==============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI MEI 2009============= MENENTUKAN PRIORITAS (II) e-Leadership 47 -- 27/05/2009 DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL: Pemimpin Meluangkan Waktu untuk Hal Penting ARTIKEL TERKAIT: Artikel Seputar Menentukan Prioritas KUTIPAN JELAJAH BUKU: Panduan Praktis Mengenai Kepemimpinan Masa Kini yang Berlandaskan pada Ajaran Kristus PERISTIWA STOP PRESS: Baru! Situs Doa: Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia ==================================**================================== EDITORIAL Masih dalam lingkup tema Menentukan Prioritas, edisi e-Leadership kali ini menyuguhkan kepada Anda empat bidang yang harus diutamakan oleh seorang pemimpin dalam pekerjaan kepemimpinan mereka. Empat bidang ini sangat penting bagi efektivitas kepemimpinan. Jika salah satu dari empat bidang ini diabaikan, seorang pemimpin tidak akan efektif dalam melakukan peran kepemimpinannya. Apa saja keempat bidang tersebut? Silakan simak artikel yang telah kami siapkan. Selain artikel itu, kami juga telah menyiapkan sebuah resensi buku kepemimpinan. Kiranya kedua sajian itu, bersama dengan sajian lain, dapat menambah wawasan Anda dan membantu Anda melakukan pekerjaan kepemimpinan yang baik dalam terang Kristus. Selamat menyimak. Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Leadership, Dian Pradana http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/ http://lead.sabda.org/ ==================================**================================== ARTIKEL PEMIMPIN MELUANGKAN WAKTU UNTUK HAL PENTING Diringkas oleh: Dian Pradana Pertanyaan bagi kebanyakan pemimpin bukanlah apakah mereka sibuk, tetapi apakah mereka sibuk melakukan pekerjaan yang tepat. Jika tidak berhati-hati, seorang pemimpin mungkin bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukan pekerjaan yang kurang penting. Karena itu, seorang pemimpin yang bijak sebaiknya menjadwalkan kegiatan yang penting dalam kalender mereka. Berkenaan dengan hal itu, setidaknya ada empat bidang kehidupan yang perlu diprioritaskan seorang pemimpin. PEMIMPIN MENJADWALKAN WAKTU YANG TIDAK TERBURU-BURU DENGAN ALLAH Waktu yang dipakai di hadirat Allah tidak pernah sia-sia. Semua yang harus dikerjakan pemimpin rohani harus mengalir dari hubungannya dengan Allah. Visi untuk organisasi dan agenda harian mereka berasal dari Allah, yang menentukan nilai organisasi mereka dan membimbing dalam pemilihan pegawai. Jika pemimpin rohani kehilangan orientasinya kepada Allah, mereka membahayakan organisasi mereka. Banyak pemimpin yang dengan mudah membiarkan kegiatannya menghalangi waktu mereka dengan Allah. Bukannya meluangkan waktu yang berkualitas dan tidak terburu-buru di hadapan Bapa, mereka memilih membaca kilat sebuah buku renungan, lalu berdoa dengan buru-buru sambil lari ke ruang rapat. Allah tidak mau dihina. Apa yang orang tabur, itu yang mereka tuai (Gal. 6:7). Jika pemimpin berusaha melakukan pekerjaan dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri, mereka akan mencapai hasil menurut apa yang mungkin dicapai oleh kekuatan dan hikmat mereka. Jika pemimpin menanti-nantikan Tuhan, mereka akan melihat apa yang Allah mampu lakukan. Raja Saul jatuh ketika dia lari dari agenda Allah (1 Sam. 13:5-14). Bangsa Israel sedang menghadapi pasukan Filistin di Gilgal. Allah telah memerintahkan Saul untuk tidak bertempur dahulu sebelum Samuel datang dan menyampaikan korban bakaran bagi Tuhan. Saul menunggu 7 hari dan melihat situasinya makin memburuk. Serdadu-serdadunya, karena takut akan musuhnya yang begitu banyak, mulai meninggalkannya. Saul menginginkan perlindungan dan kuasa Allah untuk pasukannya, namun dia tidak sabar menunggu lebih lama lagi untuk menerima berkat itu, jadi dia mempersembahkan sendiri korban itu. Samuel langsung muncul dan memarahi raja yang arogan itu. Saul memenangkan pertempuran hari itu, tetapi ketidaksabarannya akan membuatnya kehilangan kerajaannya dan hidupnya. Pemimpin rohani sebaiknya belajar dari kesalahan Saul. Sedikit pemimpin rohani yang dengan jujur menanyakan kebutuhan mereka untuk meluangkan waktu berdoa. Tetapi, gaya hidup mereka akan menunjukkan bahwa mereka tidak suka meluangkan banyak waktu untuk bersekutu dengan Allah. Ia menyingkapkan kebenaran-Nya berdasarkan persyaratan-Nya, bukan persyaratan manusia. Sering kali, calon pemimpin rohani keluar dengan cepat dari hadirat Allah sebelum Ia berbicara. Pemimpin rohani yang bijak tetap berada dalam doa selama diperlukan sampai mereka yakin mereka telah mendengar dan mengetahui kehendak Allah. Kuncinya bukan apakah pemimpin meluangkan waktu bersama Allah, tetapi apakah waktu bersama itu tidak terburu-buru dan cukup panjang untuk Allah menyatakan kehendak-Nya kepada mereka (Yes. 64:4). Mungkin saja Allah akan mengatakan lebih banyak kepada para pemimpin jika saja mereka mau memberi-Nya waktu lebih banyak! PEMIMPIN MENJADWALKAN WAKTU TERATUR, YANG BERKUALITAS DENGAN KELUARGANYA Salah satu akibat parah dari usaha pemimpin untuk mengejar sukses adalah mengabaikan keluarga mereka. Pemimpin begitu fokus memimpin organisasi sehingga mengabaikan hubungan terpenting mereka. Karena memikul tanggung jawab terbesar untuk organisasi, sering kali mereka sulit untuk rileks dan memerhatikan keluarga mereka, bahkan saat sedang tidak bekerja. Sayangnya, pendeta Kristen sering mengabaikan keluarga mereka dengan pandangan yang salah bahwa melayani Tuhan menuntut mereka untuk berbuat begitu. Lee Iacocca, mantan CEO Chrysler, mencatat: "Beberapa orang beranggapan bahwa makin tinggi jabatan Anda di perusahaan, Anda juga harus makin mengabaikan keluarga Anda. Salah! Sebenarnya, orang yang di atas punya kebebasan dan fleksibilitas untuk meluangkan cukup banyak waktu dengan keluarga mereka." Iacocca benar; pemimpin memiliki kebebasan dan fleksibilitas jika saja mereka mau memakainya. Tetapi pemimpin harus kreatif dalam menghabiskan waktu bersama keluarga. Misalnya, para gembala yang sibuk hampir setiap malam dapat mengatur untuk ada di rumah pada pagi hari -- makan pagi bersama keluarga dan mengantar anak-anak ke sekolah. Mereka dapat mengatur jadwal makan siang istimewa bersama salah satu anaknya atau dengan istrinya secara bergiliran, sehingga dapat mengobrol berduaan saja. Tekanan untuk pemimpin itu sering kali muncul bukan dari organisasi, tetapi dari dalam diri mereka sendiri. Bukannya kantor yang memberikan tuntutan yang berlebihan kepada pemimpin, mereka sendirilah yang merasa terdorong untuk terus bekerja saat mereka seharusnya berada di rumah. Beberapa pemimpin enggan untuk ada di rumah pada jam yang tidak biasa karena takut akan dianggap malas atau tidak dapat mengatasi tekanan pekerjaan. Pemimpin seperti itu harus menentukan prioritas mereka dan kemudian mengadakan perubahan yang diperlukan untuk melindungi prioritas ini. Pemimpin bijak akan menjadwalkan waktu yang teratur, berkualitas, dan tidak boleh diganggu gugat saat sedang bersama keluarga. Mereka sengaja mengatur waktu bertemu pasangannya atau menghadiri acara anak-anak mereka. Mereka melindungi privasi rumah tangga dan tidak membawa pekerjaan ke rumah jika memungkinkan. Pemimpin yang bijak berusaha berada di rumah saat makan bersama keluarga dan tidak menerima telepon saat berada dalam acara istimewa keluarga. Pemimpin yang perseptif juga memahami bahwa ada hal-hal yang lebih penting di dalam hidup ini selain pekerjaan mereka. Ketika pemimpin rohani diwawancara untuk pekerjaan baru, mereka akan kritis bertanya guna mengetahui pandangan perusahaan tentang keluarga. Pemimpin bijak menyadari gaya hidup perusahaan yang seperti apa yang merusak keluarga. Pemimpin rohani tahu bahwa semua kemajuan karier yang mereka raih tidak ada artinya jika keluarga mereka berantakan. Banyak pemimpin cerdas menolak pekerjaan yang menggiurkan namun mengharuskannya banyak bepergian karena ia tahu bahwa keluarganya membutuhkan kehadirannya. Banyak pemimpin menolak kenaikan jabatan dengan tanggung jawab dan tekanan semakin besar karena mereka tahu bahwa hal itu dapat merusak keluarga. Pemimpin seperti itu memahami bahwa ada hal-hal yang jauh lebih penting, dan mereka pun berusaha mengelola jadwalnya untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan tersebut. PEMIMPIN MENGATUR WAKTU UNTUK KESEHATAN MEREKA Beberapa pemimpin bekerja keras menghidupkan organisasi sehingga mereka kehabisan tenaga untuk mempertahankan kesehatannya sendiri. Dr. Richard Swenson, dalam bukunya "Margin: Restoring Emotional, Physical, Financial and Time Reserves to Overloaded Lives" (Ambang Batas: Memulihkan Cadangan Emosional, Keuangan, dan Waktu ke Kehidupan yang Terlalu Kelebihan Beban), menjelaskan bahwa orang itu ada batasnya. Jika orang menjalani kehidupan mereka hingga mencapai ambang batas ketahanan mereka, entah itu dalam bidang keuangan, waktu, tidur, atau kesehatan emosional mereka, mereka itu hidup dalam risiko tinggi. Layaknya mobil yang selalu dipacu dengan kecepatan tinggi dan tidak dirawat, tubuh manusia akan tumbang jika selalu didorong hingga melebihi ambang batasnya. Swenson berkeyakinan bahwa orang harus memberi ruang (batas) dalam hidup mereka untuk krisis atau kesempatan yang tidak disangka. Jika selalu kekurangan tidur, tubuh akan menderita. Orang tidak mungkin terus-menerus mengalami berbagai kejadian yang menguras emosi mereka tanpa memulihkan emosi itu melalui hal-hal seperti hobi, persahabatan, liburan, atau tertawa. Orang yang selalu memaksimalkan pengeluarannya hingga batas kemampuan mereka setiap bulannya, sedang mengundang kebangkrutan. Pun orang yang tidak menyisakan waktu untuk interupsi yang tidak disangka-sangka, sedang mempersiapkan diri untuk mengalami krisis. Pemimpin yang tidak pernah menyediakan waktu untuk bersantai, sedang menuju kepada kehancuran yang pasti akan terjadi. Ambang batas adalah sejumlah cadangan waktu, uang, tenaga, dan kekuatan emosional yang orang pertahankan agar tetap sehat. Herannya, banyak sekali pemimpin yang menjalani kehidupan tanpa batas. Mereka tidak tahan kalau menganggur atau tidak produktif; tempat kosong dalam agenda mereka dianggap sebagai tempat-tempat ideal untuk memulai proyek baru. Allah tidak pernah merencanakan hal seperti itu. Sejak awal, Allah telah menekankan kebutuhan akan istirahat (Kej. 2:2-3). Yesus memahami bahwa ada saat-saat Dia harus beristirahat dan menyendiri. Setelah melayani orang banyak sepanjang hari, Yesus dan murid-murid-Nya sengaja mencari pemulihan (Mrk. 6:45). Pada permulaan minggu terakhir pelayanan Yesus di dunia, Dia membiarkan Lazarus, Marta, dan Maria melayani-Nya (Yoh. 12:1-3). Pada malam klimaks penangkapan dan penyaliban-Nya, Yesus makan malam bersama dengan murid-murid-Nya yang terdekat (Luk. 22:7-13). Memerhatikan kesehatan adalah masalah pragmatis bagi pemimpin. Pemimpin yang terlalu gemuk cenderung lebih mudah lelah; yang kebiasaan makannya tidak baik, kurang tidur, dan tidak berolahraga, lebih sering sakit. Orang yang tidak sehat tidak seproduktif orang yang sehat. Pemimpin tidak perlu terlalu terobsesi dengan kebugaran fisiknya, tetapi pemimpin yang mengabaikan masalah kesehatannya pada akhirnya sama saja dengan memilih untuk tidak begitu efektif padahal sebenarnya mereka mampu lebih baik. Pemimpin yang gagal merawat tubuhnya, berisiko mengalami kejatuhan. Pemimpin yang sehat paham bahwa humor penting bagi kesehatan mental. Pemimpin sadar bahwa ia bertanggung jawab memberi semangat positif kepada organisasi mereka. Jika ingin bawahan mereka senang bekerja dengan mereka, pemimpin harus mengembangkan sukacita di tempat kerja. PEMIMPIN MENJADWALKAN WAKTU UNTUK ORANG BANYAK Pemimpin biasanya dikelilingi banyak orang. Mereka cenderung menikmati keberadaan orang lain. Lincoln menghabiskan hampir seluruh waktunya menerima orang di Gedung Putih. Pemimpin rohani seperti James Dobson dan Billy Graham telah dengan bijak melibatkan orang-orang saleh lain, baik pria maupun wanita, dalam peranan penting di pelayanan mereka. Orang yang lebih senang bekerja sendiri, atau yang susah bergaul dengan orang lain, mungkin tidak cocok menjadi pemimpin. Pemimpin harus selalu ingat bahwa tanpa bawahan, mereka bukan pemimpin. Mereka mungkin administrator yang mengelola organisasi besar, tetapi mereka bukan pemimpin. Untuk menjadi pemimpin, orang harus menginvestasikan waktunya dengan orang lain, yang mungkin sulit dilakukan oleh pemimpin yang tugasnya banyak sekali. Mereka bisa saja melihat bawahan sebagai pengganggu pekerjaan, bukan inti dari pekerjaan mereka. Pekerjaan kepemimpinan adalah pekerjaan untuk orang. Di mana pun berada, pemimpin sejati meletakkan bawahan mereka di tempat tinggi dalam daftar prioritas mereka. Suatu pengajaran yang populer dalam teori kepemimpinan adalah Prinsip Pareto, atau Prinsip 20-80. Teori ini menyatakan bahwa 20% dari orang di dalam organisasi biasanya menghasilkan 80% dari hasil pekerjaan. Pendukung prinsip ini berpendapat bahwa karena itu 80% dari waktu pemimpin harus diinvestasikan pada 20% orang-orang itu. Layaknya prinsip kepemimpinan yang lain, Prinsip Pareto memang berbicara tentang pengalaman banyak organisasi, tetapi kita harus berhati-hati dalam menerapkan prinsip ini. Benar bahwa investasi waktu pemimpin pada beberapa orang membawa hasil yang lebih besar dibandingkan jika waktu yang sama diinvestasikan pada orang-orang lain. Orang yang bekerja keras untuk organisasi dan yang mudah diajar memang layak mendapat perhatian pemimpin. Apalagi, keterkaitan dengan orang-orang seperti itu akan menguntungkan bagi orang itu maupun organisasi. Jika pemimpin menginvestasikan waktu pada orang-orang yang termotivasi dan ingin belajar, orang-orang ini punya kesempatan untuk menonjol dan mencapai potensi maksimum mereka. Jika beberapa orang telah mencapai apa yang Allah rancangkan, mereka juga dapat memberi inspirasi kepada orang-orang lain dalam organisasi. Terkadang para gembala dengan sia-sia memakai banyak waktunya untuk membangkitkan jemaat yang kedagingan atau apatis ketika sebetulnya mereka dapat jauh lebih membantu gerejanya jika mereka memuridkan jemaat yang ingin bertumbuh dewasa dalam iman. Pemimpin tidak boleh membiarkan anggota organisasi yang paling kurang motivasinya menjadi teladan bagi yang lain. Sebaliknya, pemimpin harus menolong orang-orang yang dapat diajar untuk mencapai yang terbaik sehingga orang-orang lain dalam organisasi dapat melihat apa yang mungkin dicapai dan dapat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. Pemimpin yang bijak juga mengaitkan pengikut yang bertumbuh dan produktif dengan mereka yang membutuhkan dorongan. Mereka melakukan hal ini karena tahu kekuatan organisasi tergantung pada apakah setiap anggota berhasil melakukan tugasnya dengan sukses atau tidak (Ef. 4:16). Alkitab menunjukkan bahwa Yesus sering memusatkan perhatian-Nya pada beberapa orang yang terpilih. Jelas ada waktu ketika Yesus mengajar orang banyak. Tetapi pada waktu lain, Dia mengajar kedua belas murid sesuatu yang tidak disampaikan-Nya kepada orang banyak (Mat. 10, 13:10-17; Mrk. 7:17-23). Ada saatnya juga Yesus berkumpul dengan murid-murid-Nya yang terdekat -- Petrus, Yakobus, dan Yohanes -- dan mengajar lebih jauh lagi dalam masalah rohani (Luk. 9:28; Mat. 26:37-38). Yesus terkadang menginvestasikan waktu-Nya pada seorang murid saja (Yoh. 20:27, 21:15-19). Mengapa Yesus begitu memilih dalam menyampaikan kebenaran ilahi yang mengubahkan kehidupan? Dia tahu bahwa beberapa orang lebih siap menerima ajaran-Nya dan akan bertindak berdasarkan ajaran itu daripada orang-orang lain. Dengan menginvestasikan waktu-Nya di kelompok kecil seperti kedua belas murid-Nya, Yesus sedang mempersiapkan untuk saat ketika orang seperti Petrus akan menjadi pemimpin yang penuh kuasa. Karena Yesus mau meluangkan waktu menolong Petrus berkembang sebagai pemimpin, maka Petrus nantinya juga akan memengaruhi banyak orang untuk mengikut Kristus. Banyak pemimpin mengalami frustrasi karena menginvestasikan banyak waktu untuk orang-orang yang tidak mau atau tidak bisa melakukan apa yang seharusnya mereka kerjakan. Sementara itu, mereka yang bekerja keras dalam organisasi itu terabaikan karena pemimpinnya berusaha menguatkan anggota yang tidak termotivasi, yang mengeraskan hati. Tetapi ada bahaya yang samar dalam menerapkan Prinsip 20-80 ini. Bagi pemimpin rohani, yang terpenting bukan tugas, tapi orang. Peran utama pemimpin rohani bukannya hanya menyelesaikan tugas, tetapi membawa bawahan mereka ke tempat yang dikehendaki Allah. Untuk ini, seorang pemimpin harus mampu melihat di mana Allah sedang bekerja dalam kehidupan orang-orang itu dan kemudian ikut serta dengan Allah dalam kegiatan itu. Pemimpin rohani harus peka dengan apa yang sedang dikerjakan Allah dalam kehidupan bawahan-Nya. Jika seseorang apatis atau menentang Allah, sedikit sekali yang pemimpin dapat kerjakan untuk mengubah sikap orang itu. Pemimpin yang terus-menerus menginvestasikan banyak waktu bagi mereka yang menolak untuk melaksanakan kehendak Allah, telah memakai waktu mereka dengan tidak bijak. Sebaliknya, jika Allah sedang bekerja dalam kehidupan orang-orang tertentu, maka adalah tanggung jawab pemimpin untuk menginvestasikan waktu dan tenaga untuk menolong orang-orang itu bertumbuh. Karena hanya Allah yang tahu apakah seorang anggota yang lemah akan menanggapi secara positif perhatian pemimpin, Allah yang menentukan agenda pemimpin itu. Pemimpin tidak pernah menyerah menghadapi bawahannya. Mereka menginvestasikan waktunya dengan bijak antara mereka yang bertumbuh dan produktif serta mereka yang tidak bertumbuh dan tidak produktif. Diringkas dari: Judul buku: Kepemimpinan Rohani Judul asli buku: Spiritual Leadership Penulis: Henry Blackaby & Richard Blackaby Penerjemah: Dra. Sarah Iswanti Tioso M.Sc., M.Div. Penerbit: Gospel Press, Batam Center 2005 Halaman: 292 -- 303 ==================================**================================== ARTIKEL TERKAIT ARTIKEL SEPUTAR MENENTUKAN PRIORITAS 1. Hukum Prioritas ==> http://lead.sabda.org/hukum_prioritas 2. Menentukan Prioritas ==> http://lead.sabda.org/menentukan_prioritas ==================================**================================== KUTIPAN Pemimpin bijak menjadwalkan kegiatan yang penting dalam kalender mereka. ==================================**================================== JELAJAH BUKU PANDUAN PRAKTIS MENGENAI KEPEMIMPINAN MASA KINI YANG BERLANDASKAN PADA AJARAN KRISTUS Judul asli buku: The Leadership Wisdom of Jesus: Practical Lessons for Today Penulis: Charles C. Manz Penerjemah: Rene Johanes Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2003 Ukuran: 14,2 x 20,7 cm Tebal: 144 halaman Bagaimana caranya menentukan prioritas dalam kepemimpinan kita agar menjadi efektif? Banyak hal yang harus kita pertimbangkan. Apa saja itu? Temukan jawabannya dalam buku "Panduan Praktis Mengenai Kepemimpinan Masa Kini yang Berlandaskan pada Ajaran Kristus". Charles Manz telah menggali ajaran-ajaran Yesus yang menantang dan merasuk tentang kepemimpinan dan menawarkan wawasan-wawasan yang bermanfaat dan melintasi perbedaan agama. Sebagai seorang pembicara, konsultan, dan penulis buku-buku bisnis terlaris, Charles C. Manz, Ph.D., penulis, ingin mengungkapkan tentang prioritas kepemimpinan Kristen. Tulisannya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, antara lain: bahasa Jepang, Swedia, Spanyol, Indonesia, Korea, Tiongkok, Portugis, dan Jerman. Buku-buku yang dia tulis sebelumnya antara lain: Business Without Bosses: How Self-Managing Teams are Building High-Performing Companies, Fortune Book Club, dan masih banyak lagi yang lain. Buku ini berisi suatu panggilan kepada kepemimpinan yang bijaksana dan penuh penghiburan, dengan menampilkan pelajaran-pelajaran praktis masa kini untuk menentukan prioritas dalam kepemimpinan. Isi buku ini bukan hanya sekadar mempelajari ajaran-ajaran Yesus mengenai bagaimana seharusnya seorang manajer memimpin, tapi juga bagaimana caranya menemukan kepemimpinan yang penuh kekuatan, mampu memelihara integritas, berpijak pada prioritas yang tepat sehingga akhirnya bisa mencapai tujuan yang kita tetapkan. Penulis mengatakan bahwa buku ini bukanlah buku religius. Ayat Alkitab yang dikutip hanya disebutkan di awal bab sebagai landasan. Selebihnya, panduan yang dikemukakan tidak jauh berbeda dengan prinsip dunia, sekalipun penulis juga membicarakan tentang ajaran Yesus. Selain itu, dalam buku ini, masih ada beberapa kesalahan ketik. Walaupun buku ini terkesan simpel, namun cukup bagus karena dilengkapi dengan refleksi dari implikasi ajaran Yesus pada kepemimpinan kontemporer. Menguraikan ajaran tentang prioritas yang harus dimiliki pemimpin Kristen ke dalam empat bab besar yang dijelaskan dengan kisah nyata dalam setiap babnya, membuat buku ini mudah dipahami. Jadi, jika Anda sedang bergumul dengan bagaimana caranya agar Anda bisa menentukan prioritas dan mencapai kepemimpinan yang efektif, buku ini bisa menjadi referensi Anda. Ketahuilah bahwa Anda memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemimpin. Selamat memimpin! Ditulis oleh: Sri Setyawati ==================================**================================== PERISTIWA 27 Mei ... 1. 1937 - Jembatan Golden Gate dibuka di California, menghubungkan San Francisco dengan Marin County. 2. 2006 - Gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Lebih dari lima ribu orang tewas. 3. 2006 - Lumpur Lapindo menggenangi Sidoarjo bersamaan dengan Gempa Yogyakarta. Sumber: http://id.wikipedia.org/ ==================================**================================== STOP PRESS BARU! SITUS DOA: KOMUNITAS PENDOA SYAFAAT INDONESIA < http://doa.sabda.org > Anda rindu melihat pemulihan terjadi atas keluarga, gereja, kota, dan bangsa Anda? Anda ingin belajar lebih banyak tentang doa? Anda ingin memiliki partner untuk berdoa dan berbagi? Situs Doa, yang diluncurkan oleh Yayasan Lembaga SABDA <http://www.ylsa.org>, adalah tempat yang tepat untuk menjawab kerinduan dan keinginan Anda. Kami percaya situs Doa, yang dilengkapi dengan Artikel, Renungan, Ilustrasi, Kesaksian, serta Riwayat Tokoh-Tokoh Doa, akan memperluas wawasan dan pengetahuan Anda tentang doa. Istimewanya, situs ini menyediakan beberapa kalender doa yang bisa Anda pakai sebagai panduan Anda berdoa, baik secara pribadi maupun kelompok. Bagi Anda yang ingin berbagi beban doa, situs Doa juga menyediakan fasilitas untuk mengirimkan permohonan doa agar Anda mendapatkan dukungan doa dari saudara-saudara seiman yang lain. Khusus bagi Anda yang dilengkapi Tuhan dengan karunia berdoa, situs ini menyediakan fasilitas forum yang mengundang Anda bergabung dalam "Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia" untuk berdoa bersama bagi Indonesia. Forum ini disediakan bukan untuk berdiskusi atau berdebat tentang doa, namun untuk menyatukan hati kita dalam berdoa bagi bangsa kita yang tercinta, yaitu Indonesia. Untuk mendaftarkan diri, silakan menghubungi < doa(at)sabda.org >. Segera kunjungi situs DOA <http://doa.sabda.org>! Ingatlah selalu untuk memberitahukan informasi ini kepada rekan-rekan pendoa yang lain, sehingga kita semua mendapat berkat dan menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memberkati. ==================================**================================== Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/ Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/ Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan/ ______________________________________________________________________ Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2009 oleh YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |