Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/49 |
|
e-Leadership edisi 49 (24-6-2009)
|
|
==============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JUNI 2009============ PENILAIAN YANG BAIK (II) e-Leadership 49 -- 24/06/2009 DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL: Jika Orang Berada di Tempat yang Keliru ARTIKEL TERKAIT: Artikel yang Mengandung Unsur Penilaian KUTIPAN JELAJAH BUKU: Think On These Things (Meditation For Leaders) PERISTIWA ==================================**================================== EDITORIAL Salah satu bidang yang memerlukan penilaian yang baik adalah penempatan posisi. Jika Anda adalah pemimpin, menempatkan bawahan Anda pada posisi yang tepat tentu merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu komunitas. Pun jika Anda belum pada waktunya menentukan posisi bagi orang lain, mengetahui bahwa Anda sudah berada pada posisi yang tepat atau belum, merupakan suatu hal yang krusial. Semua itu memerlukan penilaian yang baik. Pada edisi kedua bulan ini, kami menyajikan artikel yang memaparkan bagaimana kita harus menempatkan orang lain dan diri sendiri pada posisi yang tepat. Hal itu, bersama dengan sebuah resensi buku kepemimpinan, kiranya dapat menjadi berkat bagi Anda. Selamat menyimak. Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Leadership, Dian Pradana http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/ http://lead.sabda.org/ ==================================**================================== ARTIKEL JIKA ORANG BERADA DI TEMPAT YANG KELIRU Boleh dikatakan semua orang pernah mengetahui sebuah tim di mana anggota-anggotanya menjalani peran-peran yang tidak cocok dengannya: seorang akuntan dipaksa bekerja dengan sumber daya manusia sepanjang hari, seorang pemain penyerang dipaksa menjadi pemain tengah, seorang pemain gitar memainkan keyboard, seorang guru mengerjakan pekerjaan-pekerjaan administratif, pasangan yang benci dapur menjadi koki. Apakah yang terjadi kepada tim kalau salah seorang atau lebih anggotanya terus bermain tidak sesuai dengan posisinya? Pertama, moral akan merosot karena tim tidak bermain sesuai dengan kemampuannya. Lalu orang-orang akan benci. Orang-orang yang bekerja di bidang yang menjadi kelemahannya benci karena kemampuan terbaiknya tidak dimanfaatkan. Dan orang lain dalam tim yang mengetahui bahwa mereka lebih dapat mengisi posisi yang keliru diisi itu benci karena keterampilan mereka tidak dipandang. Tidak lama kemudian, orang-orang menjadi enggan bekerja sama sebagai satu tim. Lalu kepercayaan diri semua orang akan merosot. Dan situasinya menjadi semakin buruk saja. Tim tidak lagi maju, dan persaingan memanfaatkan kelemahan tim terjadi. Akibatnya, tim tak pernah merealisasikan potensinya. Kalau orang-orang keliru ditempatkan, segalanya takkan berjalan dengan baik. Memiliki orang yang tepat di tempat-tempat yang tepat sangatlah penting dalam membangun tim. Dinamika tim berubah menurut penempatan orang-orangnya: Orang yang keliru di tempat yang keliru = KEMUNDURAN Orang yang keliru di tempat yang tepat = FRUSTRASI Orang yang tepat di tempat yang keliru = KEBINGUNGAN Orang yang tepat di tempat yang tepat = KEMAJUAN Orang-orang yang tepat di tempat-tempat yang tepat = PELIPATGANDAAN Tidak menjadi soal tim seperti apa yang Anda hadapi, prinsipnya tetap sama. David Ogilvy benar ketika mengatakan, "Restoran yang dikelola dengan baik adalah seperti tim "baseball" yang hebat. Ia memanfaatkan bakat setiap anggotanya dengan sebaik-baiknya dan memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk mempercepat pelayanan." Saya diingatkan mengenai isu ini oleh sesuatu yang saya lakukan beberapa tahun yang lalu. Ketika itu saya diminta menulis sebuah bab untuk buku berjudul "Destiny and Deliverance", yang dikaitkan dengan film karya Dream Works berjudul "The Prince of Egypt". Itu adalah suatu pengalaman yang mengagumkan, yang menggembirakan. Selama proses penulisannya, saya diundang ke California untuk melihat bagian-bagian filmnya sementara masih diproduksi. Itu membuat saya ingin melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya: menghadiri pemutaran film perdana di Hollywood. Penerbit saya berhasil mendapatkan beberapa tiket bagi saya untuk pemutaran perdana tersebut, dan ketika saatnya tiba, saya dan istri saya, Margaret, terbang ke ibukota film tersebut. Singkatnya, kami benar-benar gembira. Siapa pun yang pernah menonton film, pertunjukan, atau pun pertandingan olahraga bersama saya, mengetahui pola saya. Begitu saya yakin tentang hasil pertandingan bola misalnya, saya segera keluar agar mendahului penonton lainnya. Ketika hadirin Broadway sedang memberikan sambutan meriahnya, saya sudah pergi. Dan begitu daftar nama-nama muncul di layarnya, saya sudah keluar dari tempat duduk saya. Namun, ketika "The Prince of Egypt" hampir usai, dan saya mulai bangkit dari tempat duduk saya, tak seorang pun di bioskop itu bergerak. Lalu terjadilah sesuatu yang benar-benar mengejutkan. Sementara nama-nama bermunculan di layar, orang-orang pun mulai memberikan sambutan kepada individu-individu yang kurang dikenal, yang namanya muncul di layar: perancang kostum, penulis alur cerita, asisten sutradara. Itu adalah saat yang tak pernah saya lupakan -- yang mengingatkan saya bahwa semua pemain memiliki tempat di mana mereka paling memberikan nilai tambah. Kalau masing-masing orang mengerjakan pekerjaan yang paling cocok baginya, semua orang menang. Tempatkanlah Orang-Orang di Tempat-Tempat Mereka Pelatih juara NFL, Vince Lombardi, menyimpulkan, "Prestasi sebuah organisasi adalah hasil dari upaya gabungan dari masing-masing individunya." Itu benar, tetapi menciptakan tim pemenang bukanlah sekadar dari memiliki individu yang tepat. Anda boleh saja memiliki kelompok individu yang berbakat, tetapi kalau masing-masing orang tidak melakukan apa yang paling memberikan nilai tambah bagi timnya, Anda takkan mencapai potensi Anda sebagai tim. Itulah seni memimpin tim. Anda harus menempatkan orang-orang di tempatnya yang sesuai, dan yang saya maksudkan adalah dengan cara yang positif! Untuk dapat menempatkan orang-orang di tempat-tempat yang paling menggunakan bakat mereka serta memaksimalkan potensi timnya, Anda butuh tiga hal. Anda Harus Kenal Timnya Anda tidak mungkin membangun tim atau organisasi yang hebat kalau Anda tidak mengetahui visinya, tujuannya, budayanya, atau sejarahnya. Kalau Anda tidak tahu timnya mau ke mana dan mengapa ia ingin ke sana, Anda tidak mungkin membawa tim tersebut ke potensinya. Anda harus mulai di mana sesungguhnya tim itu berada; barulah Anda dapat membawanya ke suatu tempat. Anda Harus Kenal Situasinya Sekalipun visi atau tujuan sebuah organisasi lumayan konstan, situasinya terus berubah. Pembangun tim yang baik mengetahui di mana timnya berada dan apa yang dituntut oleh situasinya. Umpamanya, kalau sebuah tim masih muda dan baru mulai, prioritas terbesarnya sering kali adalah mengumpulkan orang-orang yang baik. Tetapi dengan semakin matangnya tim dan meningkatnya tingkat bakatnya, penyempurnaan menjadi lebih penting. Ketika itu sang pemimpin harus lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyocokkan orang dengan posisinya. Anda Harus Kenal Pemainnya Kedengarannya sudah jelas, tetapi Anda harus kenal orang yang ingin Anda posisikan di posisi yang tepat. Saya mengatakannya demikian karena para pemimpin cenderung ingin menjadikan semua orang lainnya sama seperti citranya sendiri, mendekati pekerjaan mereka dengan menggunakan keterampilan yang sama serta metode pemecahan masalah yang sama. Tetapi membangun tim bukanlah seperti bekerja di lini perakitan. Sementara Anda berupaya membangun tim, evaluasilah pengalaman, keterampilan, temperamen, sikap, semangat, keterampilan bergaul, disiplin, kekuatan emosional, dan potensi masing-masing orang. Barulah Anda siap membantu seorang anggota tim menemukan tempatnya yang tepat. Mulailah dengan Mencari Tempat yang Tepat bagi Anda Sendiri Sekarang ini mungkin Anda bukan pada posisinya untuk menempatkan orang lain dalam tim Anda. Malah, mungkin Anda berpikir, "Bagaimana sih aku mendapatkan posisi yang tepat untuk diriku sendiri?" Kalau kasusnya seperti itu, ikutilah panduan berikut: • Milikilah ketenteraman. Teman saya, Wayne Schmidt, mengatakan, "Kompetensi pribadi sebesar apapun takkan dapat mengompensasikan ketidaktenteraman pribadi." Kalau Anda membiarkan ketidaktenteraman Anda menguasai Anda, Anda menjadi tidak fleksibel dan enggan berubah. Dan untuk bertumbuh, Anda harus bersedia berubah. • Kenalilah diri Anda sendiri. Anda takkan dapat menemukan posisi yang tepat bagi diri sendiri kalau Anda tidak mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda. Luangkanlah waktu untuk merenungkan serta menelaah bakat-bakat Anda. Mintalah orang lain untuk memberikan umpan balik. Lakukanlah segala yang diperlukan untuk menyingkirkan bintik buta pribadi Anda. • Percayailah pemimpin Anda. Seorang pemimpin yang baik akan membantu Anda bergerak ke arah yang tepat. Kalau Anda tidak percaya kepada pemimpin Anda, mintalah bantuan kepada pembimbing lainnya. Atau pindahlah ke tim lainnya. • Lihatlah gambaran besarnya. Tempat Anda dalam tim hanya masuk akal dalam konteks gambaran besarnya. Kalau satu-satunya motivasi Anda dalam menemukan posisi yang tepat adalah demi keuntungan pribadi, motif-motif buruk Anda bisa menghalangi Anda menemukan apa yang Anda inginkan. • Andalkanlah pengalaman Anda. Dalam hal ini, satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda sudah menemukan posisi yang tepat adalah dengan mencoba sesuatu yang tampaknya tepat dan belajar dari kegagalan serta keberhasilan Anda. Kalau Anda temukan untuk apa Anda diciptakan, hati Anda akan bernyanyi. Ia akan mengatakan, "Tak ada tempat yang seperti ini yang mendekati tempat ini, jadi pastilah ini tempatnya!" Diambil dan disesuaikan dari: Judul buku: 17 Hukum Kerjasama Tim yang Efektif Judul asli buku: The 17 Indisputable Laws Of Teamwork Penulis: John C. Maxwell Penerjemah: Drs. Arvin Saputra Penerbit: Interaksara, Batam Center 2002 Halaman: 46 -- 52 ==================================**================================== ARTIKEL TERKAIT ARTIKEL YANG MENGANDUNG UNSUR PENILAIAN 1. Pemeriksaan Kesehatan Tim (Sehatkah Tim Anda?) ==< http://lead.sabda.org/pemeriksaan_kesehatan_tim 2. Dibandingkan dengan Siapa? ==< http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/1999/02/24/ 3. Biarlah Allah yang Menilai ==< http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/1999/10/20/ 4. Perlunya Evaluasi ==< http://pepak.sabda.org/perlunya_evaluasi 5. Bagaimana Mengevaluasi ==< http://pepak.sabda.org/bagaimana_mengevaluasi ==================================**================================== KUTIPAN Penilaian yang baik berasal dari banyaknya pengalaman melakukan penilaian yang tidak baik. -- Will Rogers -- ==================================**================================== JELAJAH BUKU THINK ON THESE THINGS (MEDITATION FOR LEADERS) Penulis: John C. Maxwell Penerbit: Beacon Hill Press of Kansas City, Missouri 1999 Ukuran: 13,5 x 20,5 cm Tebal: 151 halaman Pikiran adalah sesuatu yang berkuasa. Cara berpikir kita menentukan seperti apakah kita sesungguhnya. Kepemimpinan yang efektif berawal dari pikiran yang jernih dan sehat. Buku laris karya Maxwell yang satu ini berisi tips dan trik yang menarik dan bermanfaat bagi kita dalam membuat penilaian yang baik sebagai seorang pemimpin. Penulis menyampaikan gagasannya secara runtut dan sederhana mengenai satu meditasi yang menantang kita sebagai pemimpin untuk memiliki penilaian yang bagus tentang banyak hal dalam hidup ini. Isi buku ini sangat relevan dengan kehidupan masa kini. Prinsip-prinsip yang digunakan pun sangat alkitabiah. Oleh karena itu, buku ini sangat cocok sekali untuk dimiliki dan dibaca oleh para pemimpin dan calon pemimpin. Seluruh bab dalam buku ini menerangkan tentang pentingnya membuat penilaian; baik penilaian tentang keberhasilan, kegagalan, penyebab-penyebabnya, dan sebagainya. Termasuk bagaimana kita seharusnya menilai sesuatu yang sepertinya sudah tak ada harapan, namun tetap optimis bahwa di balik semua itu, pasti ada jalan keluar. Sekali lagi, cara berpikir kita memengaruhi tindakan kita. Menariknya, sekalipun buku ini ditulis dalam bahasa Inggris, namun kata-kata yang digunakan tidak terlalu sulit untuk dicerna. Penjelasannya pun disampaikan dengan sangat gamblang dan terarah. Empat topik besar yang dibagi ke dalam 33 bab, yang diuraikan dengan cara yang sederhana, semakin memudahkan kita dalam mengambil manfaat dari buku ini. Buku ini benar-benar nyaris sempurna. Apalagi di setiap bab ada ilustrasinya. Sungguh buku yang menarik! Ditulis oleh: Sri Setyawati ==================================**================================== PERISTIWA 24 Juni ... 1. 1619 - Kelahiran Rijkloff van Goens di Kleve, Jerman, yang menjadi kepala VOC di Batavia antara tahun 1678 -- 1681. 2. 1945 - Tentara Sekutu mendarat di Halmahera. 3. 1949 - Pasukan Belanda mulai mengevakuasi Yogyakarta. Sumber: http://id.wikipedia.org/ ==================================**================================== Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/ Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/ Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan/ ______________________________________________________________________ Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2009 oleh YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/ ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |