Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/57 |
|
e-Leadership edisi 57 (28-10-2009)
|
|
===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI OKTOBER 2009============ KEBUTUHAN AKAN PEMIMPIN DAN NASIHAT (II) e-Leadership 57 -- 28/10/2009 DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL: Krisis Kepemimpinan Global KUTIPAN JELAJAH BUKU: Pemimpin Muda Peka Zaman PERISTIWA STOP PRESS: Perayaan 15 Tahun SABDA 26 -- 30 Oktober 2009 ==================================**================================== EDITORIAL Shalom, Dalam edisi lalu, kita sudah melihat bersama-sama mengenai mengapa kita membutuhkan seorang pemimpin. Nah, kami harap sajian kali ini semakin dapat membakar para pemimpin Kristen untuk membentuk pemimpin-pemimpin baru demi masa depan komunitas Kristen. Kepemimpinan Kristen perlu diteruskan. Jika kepemimpinan Kristen berhenti hanya pada beberapa orang, krisis kepemimpinan Kristen akan terjadi. Akibatnya tentu saja tidak baik. Generasi muda akan kehilangan arah hidup mereka; hidup mereka jauh dari apa yang Tuhan kehendaki. Selamat membaca, semoga menjadi berkat! Pimpinan Redaksi e-Leadership, Dian Pradana http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/ http://lead.sabda.org/ http://fb.sabda.org/lead ==================================**================================== ARTIKEL KRISIS KEPEMIMPINAN GLOBAL Pakar kepemimpinan John Gardner mengungkapkan bahwa ketika Amerika didirikan pada tahun 1776 dengan sekitar tiga juta penduduk, negara tersebut memiliki enam pemimpin kelas dunia: George Washington, John Adams, Thomas Jefferson, Benjamin Franklin, James Madison, dan Alexander Hamilton. Pada tahun 1987, dengan populasi lebih dari 240 juta penduduk, Amerika seharusnya memiliki 480 pemimpin kelas dunia. Namun, di manakah mereka? Pertanyaan yang sama harus diajukan bukan saja di Amerika, tetapi juga di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pertanyaan yang sama juga berlaku bukan saja dalam bidang politik dan pemerintahan, tetapi juga di bidang bisnis, pendidikan, sosial, religius, dan berbagai bidang kehidupan lainnya. Tentu kita memiliki pemimpin formal, yaitu mereka yang menduduki posisi-posisi kepemimpinan dalam pemerintahan, bisnis, universitas, gereja, dan sebagainya. Para pemimpin ini mengepalai institusi-institusi raksasa tersebut. Celakanya, banyak institusi yang mendominasi bangunan desa global abad ke-21 tersebut terus-menerus mengecewakan kita karena ulah pemimpinnya. Dan ini terjadi pada level yang tertinggi sampai yang terendah. Sebenarnya istilah "pemimpin" tidak tepat dipakai dalam konteks di atas. Para kepala institusi tersebut tidak tepat disebut "pemimpin" karena sebagian besar dari mereka tidak melakukan fungsi kepemimpinan sebagaimana mestinya. Hanya karena seseorang berada dalam sebuah posisi formal dalam sebuah institusi tidak lalu membuat orang itu menjadi pemimpin. Kepemimpinan tidak identik dengan posisi. Kepemimpinan adalah sebuah fungsi. Jadi mungkin lebih tepat kalau mereka disebut kepala dan pejabat teras pemerintahan, direktur dan manajer perusahaan, rektor universitas, penatua gereja, namun belum tentu mereka adalah pemimpin. Beberapa contoh berikut menggarisbawahi realita ini. Sekretaris Jendral PBB, Kofi Annan, dalam Human Development Report (2002:14) yang dirilis United Nations Development Programme (UNDP) mencantumkan sebuah kalimat penting yang menggarisbawahi realita kebangkrutan pemimpin formal di level internasional: "Obstacles to democracy have little to do with culture or religion, and much more to do with the desire of those in power to maintain their position at any cost." (Segala yang menjadi penghalang bagi demokrasi tidak terlalu berkaitan dengan kebudayaan atau agama; hal ini berkaitan erat dengan keinginan para penguasa untuk mengamankan posisi mereka bagaimana pun caranya.) Observasi di atas terbukti kebenarannya dalam konteks Indonesia. Perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa menuju negara yang demokratis terus tertatih-tatih karena kelangkaan elite politik yang mampu memimpin dengan integritas moral dan kemampuan kepemimpinan yang memadai. Ketika pejabat pemerintah di berbagai tingkat haus kuasa dan terus ingin berkuasa, maka orientasi melayani rakyat semakin sirna sementara ambisi untuk berkuasa semakin mengental. Robert Greenleaf menulis bahwa kualitas kepemimpinan sebuah bangsa dapat diukur dari kondisi masyarakat yang berada di lapisan paling bawah, yang marjinal dan minoritas. Apakah mereka semakin diberdayakan sehingga lebih sejahtera dan mandiri? Jika pertanyaan ini sulit dijawab dengan konkret, salah satu sebabnya adalah karena bangsa tersebut tidak memiliki kepemimpinan yang memiliki kemampuan secara moral dan teknis. Dalam konteks dunia bisnis, kita melihat skandal korporat terjadi berulang kali. World.Com, Enron, dan HIH Insurance adalah sebagian kecil dari rentetan kasus terakhir yang menodai integritas perusahaan multinasional. Dan setiap kali terjadi, hampir dipastikan itu terkait dengan aksi para pemimpinnya. Riset menunjukkan bahwa etika bisnis sering kali hanya menjadi retorika manis di bibir karena para pemimpin perusahaan bertindak tidak etis dalam relasinya dengan para pegawai, pelanggan, pemegang saham, dan publik secara luas. Gereja pun tidak imun dari krisis kepemimpinan. Gereja yang seharusnya menghasilkan pemimpin yang tinggi iman, tinggi ilmu, dan tinggi pengabdian malah terkontaminasi dengan berbagai masalah kepemimpinan. Peneliti Kristen, George Barna menyimpulkan hasil studinya selama 15 tahun tentang kehidupan gereja secara global dengan konklusi sebagai berikut: Gereja telah kehilangan pengaruhnya karena absennya kepemimpinan yang efektif. Pendeta Bill Hybels, setelah 30 tahun menggembalakan gereja Willow Creek yang sangat dihormati di Amerika, dalam bukunya "Courageous Leadership", menulis konfiksi hidupnya bahwa gereja lokal adalah harapan dunia namun masa depannya terletak pada para pemimpinnya. Celakanya, hari ini gereja semakin kehilangan pengaruhnya dalam kehidupan keseharian manusia, baik di dalam maupun di luar gereja. Jadi kesimpulannya: Banyak masalah akut dan kronis yang melumpuhkan berbagai jenis organisasi di atas disebabkan atau terkait dengan krisis kepemimpinan. Terlalu banyak organisasi yang dipimpin oleh orang-orang yang kurang diperlengkapi dengan kompetensi kepemimpinan yang mapan. Beberapa dari mereka bahkan memiliki cacat karakter. Integritas sering kali dikorbankan demi kelanggengan ambisi pribadi. Pada saat yang bersamaan, dampak dari aksi kepemimpinan mereka menjalar seperti kanker dari dalam organisasi, dan melumpuhkannya secara perlahan. Pemerhati kepemimpinan, Profesor Warren Bennis, mengatakan bahwa organisasi gagal karena over-managed dan under-led. Meskipun kepemimpinan bukan solusi satu-satunya dari berbagai jenis masalah organisasi, ia adalah sebuah "critical success factor" yang membedakan organisasi yang sehat dengan organisasi yang sakit. Mengapa kita berada dalam krisis kepemimpinan? Menurut hemat saya, karena kita telah kehilangan kapasitas institusi dan interpersonal yang mampu mentransformasi individu secara utuh untuk mencapai efektivitas hidup sebagaimana yang Allah inginkan. Terlalu banyak kendala struktural, intelektual, emosional, dan kultural yang memperlambat proses transformasi hingga ke titik berhenti. Kapasitas institusional dan interpersonal di sini adalah kemampuan sebuah insitusi dan para individu yang ada di dalamnya untuk berupaya masuk ke dalam proses mencetak pemimpin. Realitanya hari ini dalam organisasi justru kultur dan struktur yang ada sering kali mematikan potensi kepemimpinan seseorang. Proses saling mempertajam dan memperlengkapi tidak lagi muncul dalam relasi antarindividu. Pendek kata, seakan ada vaksin antikepemimpinan yang telah disuntikkan ke dalam sistem urat syaraf organisasi dan individu. Kita harus berani mengakui bahwa kita berada dalam krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan adalah sebuah masalah yang krusial. Namun ada masalah yang lebih krusial, dan sekaligus urgen, yaitu masalah kepedulian (ignorance). Banyak orang yang tidak peduli terhadap fakta bahwa kita tidak memiliki figur dan sistem kepemimpinan yang baik. Apalagi kepemimpinan yang biblikal! Tantangan yang terbesar di depan adalah menciptakan kesadaran publik sehingga kebutuhan kepemimpinan dirasakan dan dipahami signifikansinya. Kita harus bangun dari tidur panjang ini. Kesadaran ini adalah sebuah langkah pertama yang harus dicapai untuk membentuk "critical mass". Tanpa kesadaran ini, sulit mengharapkan adanya generasi pemimpin baru yang mau dan mampu mentransformasi pola pikir dan pola kerja dunia yang berdosa ini. Kita perlu berdoa agar Allah berbelas kasih dan terus bekerja dalam hidup setiap anak-anak-Nya yang kerap kali mengecewakan dan melawan Dia. Kita perlu memohon agar Ia terus menggerakkan hati mereka dan memanggil mereka untuk tampil menjawab kebutuhan zaman sebagai pemimpin pelayan di rumah, gereja, universitas, perusahaan, masyarakat, dan di arena publik. Diambil dan disesuaikan dari: Judul buku: Kepemimpinan Kristen Penulis: Sendjaya Penerbit: Kairos Books, Yogyakarta 2004 Halaman: 15 -- 19 ==================================**================================== KUTIPAN Dunia yang kita tinggali hari ini berada dalam krisis kepemimpinan global. ==================================**================================== JELAJAH BUKU PEMIMPIN MUDA PEKA ZAMAN Penulis: Eva Yunita Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2006 Ukuran: 12 x 19,5 cm Tebal: 135 halaman Agar alur kepemimpinan tidak berhenti, tongkat estafet kepemimpinan harus diteruskan dari generasi ke generasi. Namun, jalur kepemimpinan akan terhenti jika generasi penerus tidak dimunculkan. Untuk itu, sangat penting bagi generasi yang ada sekarang ini mempersiapkan calon-calon pemimpin untuk menjadi penerus. Kandidat yang berpotensi untuk mengemban tugas kepemimpinan adalah kaum muda. Mengapa? Karena anak muda memiliki sikap yang dinamis dan penuh semangat (antusias) terhadap perubahan dan memunyai energi yang besar sehingga mereka bisa menjadi senjata yang ampuh untuk meneruskan kepemimpinan. Apalagi kaum muda yang berkualitas dan berkompeten karena mereka telah diperlengkapi dan diurapi oleh Tuhan. Eva Yunita, salah satu pemimpin wanita Gereja Kristen Kemah Daud Yogyakarta, menulis buku yang diberinya judul "Pemimpin Muda Peka Zaman". Buku ini muncul karena Eva dan rekan-rekannya yang tergabung dalam kelompok Pena Jaman merasa terusik dengan kaum muda sekarang yang terlena dengan "zona nyaman" mereka. Ia ingin mendobrak dan membangunkan kaum muda yang terlena dengan kenyamanan yang mereka nikmati dengan kata-kata yang menyentak. Buku ini membahas Fenomena Anak Muda, Membangun Akar yang Baru, Membangun Batang yang Kuat, dan Proses Menghasilkan Buah. Dalam menyampaikan pendapat dan pemikirannya, penulis sering menggunakan ragam bahasa populer yang sering dipakai oleh anak-anak muda. Sekalipun isinya cukup pedas dan menohok, namun pesan yang terkandung dalam buku ini seharusnya dapat memberi motivasi baru bagi kaum muda untuk semakin antusias dalam melayani Tuhan, baik di gereja maupun di masyarakat. Namun yang ditekankan di dalam buku ini bukan antusias yang asal-asalan, melainkan yang masuk akal dan tidak berlawanan dengan kehendak Tuhan. Secara keseluruhan, buku ini sangat pas untuk dibaca kaum muda yang berpotensi meneruskan kepemimpinan gereja yang kemungkinan saat ini sedang mengalami krisis. Sekali Anda baca, Anda akan terpicu untuk bangkit. Namun jangan berhenti seusai membaca, justru Anda harus terus bergerak maju dengan semangat antusiasme yang membara. Salam kebangkitan! Ditulis oleh: Sri Setyawati ==================================**================================== PERISTIWA 28 Oktober ... 1. 1890 - Museum Radyapustaka didirikan di Surakarta. 2. 1928 - Kongres Pemuda II: Deklarasi Sumpah Pemuda di Gedung Kramat 106; Indonesia Raya dikumandangkan untuk pertama kalinya. 3. 1955 - Bill Gates, pendiri dan pemilik Microsoft Sumber: http://id.wikipedia.org/ ==================================**================================== STOP PRESS PERAYAAN 15 TAHUN SABDA 26 -- 30 OKTOBER 2009 Melengkapi rangkaian perayaan 15 Tahun SABDA ini, maka dalam minggu terakhir ini kami akan melaporkan beberapa rencana yang ternyata harus mundur karena belum selesai dikerjakan sampai minggu ini. Melalui kesempatan ini, kami sekaligus memohon dukungan Anda dalam doa agar apa yang sudah kami laksanakan dapat diberkati Tuhan, dan yang belum berhasil diselesaikan, dapat segera kami selesaikan dengan sebaik mungkin. - Peluncuran CD Image SABDA (ISO) -- sedikit mundur dari rencana, tapi minggu ini akan diselesaikan. - Mini Road Show ",15 Tahun SABDA" di Solo (2). Acara ini sudah berlangsung dengan baik dan diikuti oleh 38 hamba Tuhan dari Solo. Doakan agar training penggunaan situs SABDA Alkitab ini membantu mereka dalam pelayanan mimbar mereka. - Peluncuran Gadget "AYATIZER" -- rencana ini akan diundur sampai minggu ini karena masih ada beberapa hal yang perlu diselesaikan. - Peluncuran Publikasi m-Biblika -- sudah memasuki tahap penyelesaian. - Peluncuran upgrade CD Alkitab Audio (TB dan BIS) -- sedang disempurnakan. - Retret dan ucapan syukur staf YLSA di Tawangmangu. Terima kasih untuk kerja sama dan dukungan yang Anda berikan kepada YLSA. Kiranya Tuhan Yesus memberkati pelayanan kita bersama. ==================================**================================== Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/ Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/ Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan/ ______________________________________________________________________ Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati Kontributor: Desi Rianto e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2009 oleh YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/ ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |