Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/64 |
|
e-Leadership edisi 64 (10-2-2010)
|
|
==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI FEBRUARI 2010============ PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI DAUD (I) e-Leadership 64 -- 10/02/2010 DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL: Kepemimpinan yang Memberdayakan INSPIRASI: Pengendalian Diri Daud JELAJAH SITUS: Christian Leaders for Africa ==================================**================================== EDITORIAL Shalom, Israel mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Daud. Ia diakui sebagai raja besar yang sukses membawa Israel mencapai masa keemasannya. Nah, apa rahasia kepemimpinannya? Artikel yang sudah kami siapkan di bawah ini akan menjawabnya. Dengan menggunakan model kepemimpinan Saul sebagai pembanding, artikel ini dengan jelas mengungkapkan bahwa rahasia sukses kepemimpinan Daud adalah kemampuannya memberdayakan orang lain. Ia tidak merasa khawatir orang lain akan menjadi lebih besar dari dirinya kelak. Selain artikel tentang kepemimpinan Daud, tidak lupa kami menyertakan sebuah pelajaran pengendalian diri dari Daud dalam kolom "Inspirasi". Semoga edisi e-Leadership ini bisa menjadi berkat bagi Pembaca. Pimpinan Redaksi e-Leadership, Dian Pradana http://lead.sabda.org/ http://fb.sabda.org/lead ==================================**================================== "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29) < http://alkitab.sabda.org/?Yesaya+40:29 > ==================================**================================== ARTIKEL KEPEMIMPINAN YANG MEMBERDAYAKAN Sepanjang sejarah Israel di Perjanjian Lama, dapatlah dikatakan bahwa pemerintahan Raja Daud adalah pemerintahan yang paling kuat. Israel mengalami puncak kejayaannya ketika berada di bawah kepemimpinannya. Sering kali kita dapati pernyataan "seperti Daud" atau "tidak seperti Daud" dalam catatan raja-raja sesudah Daud. Kunci utama kekuatan kepemimpinan Daud adalah sikap takut akan Tuhan yang dimilikinya, sehingga kepemimpinannya selalu menjadi acuan bagi raja-raja sesudahnya. Sikap takut dan taat akan Tuhan sangatlah memengaruhi gaya kepemimpinan Daud, sehingga kepemimpinan Daud sangatlah berbeda dari pendahulunya, Raja Saul. Saul adalah seorang pemimpin yang ingin tampil sendiri, sedangkan Daud adalah seorang pemimpin yang menghargai orang lain dan membiarkan orang lain muncul dan berperan, tanpa pernah merasa takut tersaingi. Hal ini justru membuat kepemimpinan Daud semakin melebihi kepemimpinan Saul, karena Daud membiarkan orang-orang di sekelilingnya berperan dengan maksimal. Kepemimpinan Saul Ketika Saul memerintah, dia adalah pemimpin yang ingin menonjolkan dirinya sendiri. Dia merasa tidak aman ketika ada orang lain yang tampil melebihi dirinya dan dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ketika Daud tampil lebih cemerlang dan mendapatkan sambutan, dikatakan: "dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: `Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.` Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: `Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.` Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud" (1 Samuel 18:7-9), dan setelah itu Saul berusaha membinasakan Daud, sekalipun Daud adalah menantunya sendiri. Bagi Saul, tahtanya hanyalah diperuntukkan bagi keturunannya, bukan orang lain. Kata Saul kepada Yonatan, "Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi, engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati" (1 Samuel 20:31). Segala sesuatu dilakukan dan diukur Saul untuk kepentingannya sendiri, hal inilah yang juga mengakibatkannya mengabaikan perintah Tuhan dan tidak menghargai tabut Allah, seperti yang pernah disinggung oleh Daud, "Dan baiklah kita memindahkan tabut Allah kita ke tempat kita, sebab pada zaman Saul kita tidak mengindahkannya." (1 Tawarikh 13:3) Kepemimpinan Daud Berbeda dengan Saul, Daud justru menghargai dan membiarkan orang-orang di sekelilingnya memiliki peranan yang cukup menonjol. Daud tidak pernah merasa terancam dengan hadirnya orang-orang berpotensi di bawah kepemimpinannya. Sebagai pengganti Nabi Samuel, Nabi Natan muncul dan menegur Daud akan kejahatan yang telah dilakukannya, dan Daud tetap menghargai Nabi Natan tanpa pernah berusaha menangkapnya. Banyak juga bermunculan orang-orang yang cakap di medan pertempuran hingga mereka disebut sebagai pahlawan-pahlawan Daud (2 Samuel 23:8-39). Yoab sebagai panglima besarnya, memiliki keberanian untuk menegur Daud dan Daud pun mendengarkan masukannya (2 Samuel 19:1-8). Dan Daud adalah orang yang berani memberi kesempatan kepada orang lain (1 Tawarikh 12:17-22) sehingga semakin kuatlah pasukan Daud. Memberdayakan Orang yang Dipimpin Jika kita ingin memiliki kepemimpinan yang kuat, maka sudah seharusnya setiap pemimpin memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya. Jangan pernah takut melihat potensi dan mengembangkan potensi orang-orang yang kita pimpin, sekalipun orang yang kita pimpin memiliki potensi yang lebih besar daripada yang kita miliki. Justru dengan mengembangkannya maka kita akan menghasilkan banyak pemimpin sehingga misi yang ada bisa segera terpenuhi. Sudah seharusnya kebesaran seorang pemimpin diukur dari berapa banyak pemimpin yang dihasilkannya, bukan sekadar berapa banyak pengikutnya. Seperti Tuhan Yesus yang telah "menolak", 5.000 orang yang mengikuti-Nya dan lebih memprioritaskan waktu-Nya untuk memimpin 12 orang murid. Dengan memberdayakan ke-12 murid-Nya secara maksimal, maka lahirlah dua belas rasul yang menggoncangkan dunia. Sebagai seorang pemimpin yang melayani, Tuhan memberikan karakteristik-Nya dalam melayani orang lain atau orang yang kita pimpin, yang tertuang di Lukas 22:27: "Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan." Dari ayat tersebut kita dapatkan beberapa prinsip bagaimana seseorang pemimpin yang melayani dapat memberdayakan orang yang dipimpin. Yang pertama, kita haruslah menghargai orang yang kita pimpin. Dikatakan bahwa orang yang duduk makan "lebih besar" daripada yang melayani. Sering kali pemimpin tidak bisa memberdayakan karena dia merasa bahwa posisinya lebih tinggi sehingga lebih menuntut untuk dihargai daripada menghargai. Syarat pertama untuk pemimpin dapat memberdayakan orang di bawahnya adalah menghargainya: menghargai potensi orang yang dipimpin, menghargai bahwa dia adalah calon pemimpin masa depan, menghargai bahwa dia adalah orang yang dipercayakan Tuhan untuk kita pimpin untuk memaksimalkan potensinya. Yang kedua, tentunya sikap melayani seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri. Untuk memberdayakan orang lain, maka kita harus berfokus untuk melayani orang tersebut. Kita melayaninya dengan cara mengenalnya setiap potensi yang dia miliki sebaik mungkin, kemudian berikan dia mimpi, dorongan, dan kesempatan untuk maju dan berkembang. Layani sampai dia mencapai potensinya yang maksimal, hingga dia mengalami kepuasan karena pelayanan yang kita berikan. Selamat melayani dan memberdayakan orang-orang yang kita pimpin. Diambil dan disunting dari: Nama situs: Excellent Leader Penulis: AP Alamat URL: http://www.excellentleader.org/Leadership- Content/artikel/Kepemimpinan-yang-Memberdayakan.html ==================================**================================== Jika kita ingin memiliki kepemimpinan yang kuat maka sudah seharusnya setiap pemimpin memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya. ==================================**================================== INSPIRASI PENGENDALIAN DIRI DAUD Hubungan antara Daud dan Raja Saul merupakan hubungan yang paling aneh dan paling rapuh yang pernah dicatat dalam Alkitab. Dalam beberapa kesempatan, Daud telah menyelamatkan Saul (ketika ia masih sebagai pemain kecapi dan sebagai seorang prajurit). Ia adalah sahabat karib putra raja, dan menikah dengan putri raja. Nah, bukankah orang semacam itu semestinya mempunyai kedudukan yang terhormat dalam kerajaan? Tidak demikian yang dialami oleh Daud. Saul justru mengejar-ngejar mantan anak gembala itu. Dua kali Saul mencoba menombak Daud tatkala ia memainkan kecapi. Bahkan, Saul mengirimkan prajuritnya untuk mengejar dan membunuh anak muda itu. Namun lihatlah apa yang terjadi saat keduanya saling berhadapan dan Daud mempunyai peluang untuk membunuh Saul. Daud tidak menyerang Saul, ia hanya dengan diam-diam memotong punca jubah Saul. Hanya melakukan hal itu pun ia sudah merasa sangat bersalah (1 Samuel 24:6). Sewaktu mereka bertatap muka, Daud berkata kepada sang raja: "Tanganku tidak akan memukul engkau" (ayat 14). Tatkala Saul melihat bahwa Daud telah membalas kejahatannya dengan kebaikan, ia pun menangis (ayat 17,18). Kadang-kadang kita pun berhadapan dengan orang yang berusaha menjatuhkan kita (setidaknya menurut anggapan kita demikian), baik itu atasan kita atau rekan sekerja. Seperti halnya Daud, marilah kita melakukan apa yang Allah kehendaki, yakni mengendalikan diri dan tetap berbuat baik. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama publikasi: e-Renungan Harian (e-RH) 25 September 2001 Penulis: JDB Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/09/25/ ==================================**================================== JELAJAH SITUS CHRISTIAN LEADERS FOR AFRICA Misi Christian Leaders for Africa (CLA - Pemimpin-pemimpin Kristen untuk Afrika) adalah untuk meningkatkan pendidikan teologi di benua Afrika dan khususnya memberi dukungan kepada sekolah-sekolah teologi di sana, seperti Sekolah Tinggi Teologi Injili Nairobi (STTIN) di Nairobi, Kenya. CLA akan memprioritaskan usaha peningkatan dukungan untuk pelajar, fakultas, program, dan fasilitas di STTIN untuk membantu STTIN melahirkan para pemimpin masa depan gereja-gereja di Afrika. Tujuan CLA adalah meningkatkan dukungan melalui relasi yang saling menguntungkan antara gereja dan pemimpin gereja Amerika dan Afrika. Apakah Anda tergerak untuk membantu pelayanan pengembangan kepemimpinan Kristen di Afrika? Anda dapat melihat profil organisasi ini beserta program-program dan proyek-proyeknya secara lengkap di situs ini. (DP) ==> http://clafrica.com ==================================**================================== Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/ Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead ______________________________________________________________________ Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-Leadership 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |