Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/67 |
|
e-Leadership edisi 67 (24-3-2010)
|
|
============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI MARET 2010============= PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI NEHEMIA (II) e-Leadership 67 -- 24/03/2010 DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL KHUSUS: Kristus Menderita dan Mati untuk ... Mendapatkan Kebangkitan-Nya Sendiri dari Kematian ARTIKEL: Profil Kepemimpinan Nabi Nehemia (Bagian II) JELAJAH BUKU: Kepemimpinan Kristen PERISTIWA ==================================**================================== EDITORIAL Shalom, Pada edisi e-Leadership 67, kita telah menyimak pelajaran mengenai integritas dan sikap Nehemia sebagai pemimpin visioner. Kini, kita akan menyimak teladannya sebagai pembuat keputusan yang jelas, sosok yang bertanggung jawab, dan administrator atau pengurus yang baik. Semoga melalui edisi e-Leadership bulan Maret ini, Pembaca dapat mengambil banyak pelajaran dari karakter Nehemia sebagai salah satu pemimpin terkemuka dalam sejarah Perjanjian Lama. Dalam rangka menyambut Paskah, redaksi telah menyiapkan sebuah renungan Paskah untuk mengingatkan kita karya terbesar yang Allah sudah lakukan dan tunjukkan melalui pengorbanan Yesus Kristus menggantikan kita sebagai manusia berdosa yang seharusnya menerima penghukuman. Biarlah momen Paskah kali ini akan semakin membawa kita untuk memiliki kerinduan yang lebih dalam untuk mengenal-Nya. Selamat Paskah, Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Leadership, Dian Pradana http://lead.sabda.org/ http://fb.sabda.org/lead ==================================**================================== ARTIKEL KHUSUS KRISTUS MENDERITA DAN MATI UNTUK ... MENDAPATKAN KEBANGKITAN-NYA SENDIRI DARI KEMATIAN Kematian Kristus bukan hanya mendahului kebangkitan-Nya, kematian-Nya tersebut merupakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkan kebangkitan. Itulah alasan mengapa Ibrani 13:20 berkata bahwa Allah membangkitkan Dia dari kematian "oleh darah perjanjian yang kekal". "Darah perjanjian" yang dimaksud adalah darah Yesus. Seperti kata Yesus, "... inilah darah-Ku, darah perjanjian, ...." (Matius 26:28) Ketika Alkitab berbicara mengenai darah Yesus, Alkitab mengacu kepada kematian-Nya. Tidak ada keselamatan yang bisa didapat hanya melalui Yesus yang sekadar mengucurkan darah saja. Dia mencurahkan darah sampai mati; itu yang menjadikan pencurahan darah-Nya penting. Apa hubungan antara pencurahan darah Yesus dan kebangkitan? Alkitab berkata, Dia dibangkitkan tidak hanya setelah pencurahan darah, tapi oleh pencurahan darah. Artinya, apa yang dicapai oleh kematian Kristus begitu lengkap dan sempurna sehingga kebangkitan merupakan upah dan bukti dari apa yang telah Kristus capai dalam kematian-Nya. Murka Allah dipuaskan oleh penderitaan dan kematian Yesus. Kutuk yang kudus terhadap dosa sepenuhnya telah ditanggung. Ketaatan Kristus telah genap sepenuhnya. Harga bagi pengampunan telah sepenuhnya lunas dibayar. Keadilan dan kebenaran Allah telah sepenuhnya ditegakkan. Satu-satunya hal yang belum dicapai adalah pernyataan penerimaan Allah atas karya Kristus secara terbuka. Pernyataan penerimaan Allah ini diberikan dengan membangkitkan Yesus dari kematian. Ketika Alkitab berkata, "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu." (1 Korintus 15:17), yang dimaksudkan bukanlah bahwa kebangkitan merupakan harga yang dibayar bagi dosa kita; melainkan bahwa kebangkitan membuktikan kalau kematian Yesus cukup untuk membayar segalanya. Jika Yesus tidak bangkit dari kematian, maka kematian-Nya merupakan sebuah kegagalan, Allah tidak meneguhkan bahwa Yesus telah menanggung dosa kita, dan kita masih hidup dalam dosa. Tetapi "... Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa ...." (Roma 6:4) Keberhasilan penderitaan dan kematian-Nya dteguhkan. Jika kita beriman kepada Kristus, kita tidak lagi tinggal di dalam dosa. "Oleh darah perjanjian yang kekal," Gembala yang Agung telah dibangkitkan dan hidup selamanya. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Penderitaan Yesus Kristus: Lima Puluh Alasan Mengapa Dia Datang untuk Mati Judul asli buku: The Passion of Jesus Christ Penulis: John Piper Penerjemah: Stevy Tilaar Penerbit: Momentum, Surabaya, 2005 Halaman: 16 -- 17 ==================================**================================== PROFIL KEPEMIMPINAN NABI NEHEMIA (BAGIAN II) Selain memiliki integritas dan visi yang tinggi (lihat kolom Artikel e-Leadership edisi 66), Nehemia juga memiliki beberapa karakter lain yang masih relevan untuk diterapkan pada masa kini. 1. Pembuat Keputusan yang Jelas Nehemia dapat membuat keputusan-keputusan yang jelas. Ia tidak menghindari kata-kata keras, melainkan berbicara langsung mengenai inti permasalahan dan membuat penilaian. Dan keputusan-keputusannya tidak berat sebelah; ia tidak memandang bulu. Ketika kecaman dibutuhkan, ia memberikannya kepada para pejabat dan eksekutif sebagaimana kepada para pekerja (Nehemia 5:7). Kadang-kadang perlawanan mengembangkan kerendahan hati untuk melindungi kita dari kebanggaan yang sia-sia [26]. Pada umumnya orang tidak menyukai masalah, cepat bosan kepada masalah, dan akan melakukan hampir apa saja untuk melepaskan diri dari masalah. Keadaan membuat orang lain meletakkan kendali kepemimpinan di tangan seseorang - kalau dia bersedia dan mampu menangani masalah mereka atau melatih mereka untuk memecahkan masalah. Keahlian memecahkan masalah seorang pemimpin harus dipertajam karena setiap keputusan menjadi keputusan besar [27]. Raja Salomo merupakan satu contoh pemimpin yang memiliki fungsi kreativitas dalam memecahkan masalah, saat dia mengancam untuk membelah dua bayi. Dalam kepemimpinan gereja, pelatihan inovasi sangat diperlukan. Inovasi sebagai proses penciptaan dan pembaruan nilai sampai dapat dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh masyarakat, sebagaimana Yesus berkata, "hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Matius 10:16b), artinya selalu kreatif-inovatif tetapi tetap menjaga ketulusan dan integritas [28]. Kebimbangan dalam mengambil keputusan telah mengganggu efektivitas banyak pemimpin. Pembuat keputusan yang tidak efektif pada dasarnya mengandung dua masalah: keragu-raguan untuk membuat keputusan dan membuat keputusan yang tidak tepat. Satu keputusan yang salah dapat membawa pemimpin ke jalan buntu atau ke jalan yang menuju kehancuran. Sebagai seorang pemimpin, soal mengambil keputusan itu merupakan seni yang harus dikuasai [29]. Kennet O. Gangel membagi permasalahan mengapa pemimpin ragu dalam membuat keputusan ke dalam empat bagian [30], yaitu: 1. Kurangnya tujuan yang jelas. Kadang-kadang para pemimpin tidak bertindak karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. 2. Ketidakmantapan dalam kedudukan atau otoritasnya. Kadang-kadang pemimpin takut bertindak karena takut akan akibatnya. 3. Kurangnya informasi Pemimpin yang tidak secara aktif mencari semua informasi yang dapat ia peroleh sebelum memberikan keputusannya berarti melumpuhkan dirinya sendiri dalam proses pembuat keputusan. 4. Ketakutan akan perubahan. Banyak pemimpin ingin mempertahankan "status quo". Karena sebagian besar keputusan menghasilkan semacam perubahan, keputusan selalu tampak sebagai ancaman terhadap operasi-operasi yang sedang berlaku. 2. Pemimpin yang Bertanggung Jawab Di dalam usaha apa pun, pemimpinlah yang bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan misinya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi motivasi dan semangat juang, dan salah safu faktor kuncinya adalah tanggung jawab [31]. Nehemia menerima tanggung jawab dengan maksud terus mengerjakan pembangunan tembok Yerusalem. Nehemia sudah siap untuk hal yang terburuk [32]. Yesus mendefinisikan kepemimpinan sebagai pelayanan, dan itu berlaku baik dalam organisasi sekuler ataupun gereja. Gaya kepemimpinan Yesus adalah menjadi seorang hamba, meski Dia sungguh memiliki semua kuasa dan otoritas surgawi [33]. Ia menunjukkan simpati pada masalah orang lain, namun simpatinya menguatkan dan membangkitkan semangat; tidak melunakkan dan melemahkan. Disiplin adalah tanggung jawab lain dari pemimpin, tugas yang sering kali tidak disambut dengan baik. J. Oswald Sanders mengatakan: "Masyarakat Kristen apa pun membutuhkan disiplin yang benar dan penuh kasih untuk mempertahankan standar-standar ilahi dalam doktrin, moral, dan perbuatan" [34]. Sering kali pemimpin tergoda untuk melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, untuk melepaskan diri dari tanggung jawab atas sesuatu yang buruk dan tidak menyenangkan [35]. Seorang pemimpin memiliki banyak elemen dalam hal tanggung jawab. Pertama, pemimpin sejati terutama peduli pada kesejahteraan orang lain, bukan kenyamanan atau kedudukannya sendiri. Pemimpin rohani selalu mengarahkan keyakinan orang lain kepada Tuhan. Ia melihat dalam setiap keadaan untuk menolong. Kedua, disiplin adalah tanggung jawab dari pemimpin, tugas yang sering kali tidak disambut dengan baik. Paulus menjelaskan roh yang harus dimiliki para pemimpin yang memberikan disiplin. "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10). Ketiga, para pemimpin harus memberikan bimbingan. Pemimpin rohani harus tahu ke mana ia akan pergi sebelum memimpin orang lain. Pemimpin harus berjalan di depan kawannnya. Bersedia mengambil tanggung jawab merupakan tanda seorang pemimpin. Yosua adalah orang seperti itu. Ia tidak ragu-ragu mengikuti salah seorang pemimpin terbesar seperti Musa [36]. Salomo menyebutkan lima hal yang merupakan tanggung jawab seorang pemimpin. 1. Menegur atau mengoreksi. Ada kalanya seorang pemimpin melihat serangkaian tindakan yang salah tetapi tidak bersedia menegurnya karena takut tidak akan disukai orang. Salomo berkata, "Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi dari pada orang yang menjilat." (Amsal 28:23) Yesus memperingatkan murid-murid-Nya tentang berbagai bahaya yang ada di depan. Dia khususnya memperingatkan Petrus bahwa dia akan mengkhianati dan mengecewakan-Nya, dan Petrus memang melakukan itu. Apa yang mengubah Petrus kembali? Yesus yang mengubahnya. Meskipun Petrus menyangkal Yesus tiga kali, tiga kali pula Petrus diberi kesempatan untuk menegaskan kembali kasih dan komitmennya untuk memelihara domba-domba Yesus. Petrus belajar sesuatu tentang kemarahan dari Yesus; kemarahan Yesus itu bisa menjadi hal yang paling disukai di dunia. Dalam mengembangkan para pemimpin, perlu mengetahui bahwa mereka akan gagal. Ketika itu terjadi, mereka perlu dikoreksi, dorongan semangat dan kesempatan untuk mulai lagi [37]. 2. Bertindak dengan tegas. Salomo mengatakan bahwa apabila seseorang membiarkan tingkah laku yang tidak benar dengan mengatakan ia tidak mengetahuinya, ia masih harus bertanggung jawab di hadapan Allah yang menguji hati, dan membalas manusia menurut perbuatan-Nya (Amsal 24:11-12). Pemimpin perlu mendorong orang untuk lebih baik, atau bila perlu memecat yang tidak produktif [38]. Dalam kepemimpinan Nehemia, dia terus menggalakkan kerja sama di antara bangsa itu. Ia menghentikan praktik lintah darat dan ia menciptakan persatuan di antara penguasa yang kaya dengan orang-orang yang merasa tertindas. Ia juga mempersatukan orang-orangnya dan memberi mereka makan dari uangnya sendiri. Tanpa kerja sama, tembok Yerusalem itu takkan berhasil dibangun kembali [39]. 3. Mendengarkan kritik. Pemimpin bertanggung jawab untuk mendengarkan kritik dari rekan-rekannya. "... siapa mengindahkan teguran adalah bijak." (Amsal 15:5) Menangani pengkritik, pengeluh, dan bahkan sering kali si mulut besar adalah pelayanan rutin. Tetapi tidak semua kecaman keras merupakan kritik rutin. Ada batas yang halus antara mudah tersinggung dan keras kepala. Untuk menjadi seorang pemimpin, terutama pemimpin rohani yang berhasil, seseorang harus memiliki pikiran seorang sarjana, hati seorang anak, dan kulit seekor badak [40]. 4. Bersikaplah jujur. Pemimpin bertanggung jawab untuk menjaga agar setiap hal terbuka dan jujur. "Orang bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat bagi nyawanya." (Amsal 18:7) Keterbukaan berarti tidak mengandalkan kekuatan dan pengertian sendiri. Pemimpin yang tidak mau diajar hampir selalu putus hubungan dengan Allah serta orang-orangnya [41]. 5. Bersikaplah adil. Pemimpin bertanggung jawab untuk bertindak adil terhadap bawahannya. "Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat." (Amsal 11:1) Keprihatinan adalah hasrat untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan bagi orang lain. Kalau hati terusik untuk melayani, kecil kemungkinannya bersikap untuk mementingkan diri sendiri [42]. 3. Administrator yang Baik Administrasi adalah pengaturan orang-orang dalam perkumpulan untuk meraih tujuan bersama. Salah satu unsur penting dalam administrasi adalah kesanggupan untuk bergaul dengan orang secara benar-benar ramah, sopan, tetapi mantap [43]. Nehemia adalah seorang pemimpin yang tidak melakukan pekerjaan dengan serampangan. Nehemia mengorganisasikan orang-orangnya menurut keluarga dan menurut prioritas yang telah direncanakannya, mulai dari gerbang kota tersebut. Tembok Yerusalem berhasil dibangun kembali karena kemampuan Nehemia untuk bekerja sama dengan orang lain dan memimpin mereka ke mana mereka harus menuju. Dia berupaya melibatkan sebanyak mungkin orang dalam prosesnya dan bergerak maju dengan mereka yang sudah siap. Dia organisasikan mereka dalam kelompok-kelompok alami berdasarkan hubungan [44]. Persatuan mendorong pengaruh yang kuat. Persatuan penting bagi suatu tim agar menjadi terfokus pada tujuan. Hati, kemauan, dan kekuatan anggota tim harus dipersatukan dengan tujuan dan arah yang sama [45]. Mendengarkan masukan atau dorongan dari bawahan merupakan suatu karakter kepemimpinan yang demokratis. Kepemimpinan jenis ini lebih bertahan lama daripada pemimpin yang menggunakan otoritas tanpa mau bekerja sama dengan orang lain terutama untuk membuat suatu keputusan. Kesimpulan Nabi Nehemia telah menunjukkan gaya kepemimpinan yang dapat menjadi salah satu teladan di antara banyak tokoh pemimpin dalam Alkitab. Integritas merupakan kriteria utama dalam diri seorang pemimpin Kristen yang baik dan besar. Keputusan-keputusan yang memengaruhi banyak orang diawali dari karakter. Nehemia adalah pemimpin yang memiliki kasih dan tanggung jawab dan yakin akan visinya bahwa Allah menuntunnya untuk melaksanakan satu pekerjaan yang menurut orang lain merupakan sesuatu pekerjaan yang tidak mungkin. Namun apa pun kritik banyak orang kepada Nehemia, dia tetap teguh dan fokus kepada tujuan dengan tetap rendah hati meminta kekuatan dan petunjuk dari Allah lewat doa. Nabi Nehemia berhasil membangun kembali tembok Yerusalem. Pekerjaan berat namun dia menjadi seorang pemimpin yang mampu sampai pada sasaran. Kepuasan total dia peroleh bersama dengan orang-orang yang mendukungnya. Daftar Pustaka: Barna, George. 2002. "Leaders On Leadership". Malang: Gandum Mas. Eims, Leroy. 2003. ",12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif". Bandung: Kalam Hidup, 2003. Gangel, Kenneth O. 1998. "Membina Pemimpin Pendidikan Kristen". Malang: Gandum Mas. Gordon, Bob. 2000. "Visi Seorang Pemimpin". Jakarta: Nafiri Gabriel, 2000. Harefa, Andrias. 2001. "Kepemimpinan Kristiani". Jakarta: UPI STT, 2001. Maxwell, John C. 2002. ",21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati". Batam Centre: Interaksara. Meyer, Joyce. 2002. "Membangkitkan Roh Kepemimpinan". Jakarta: Trinity Publishing. Rinehart, Stacy T. 2003. "Paradoks Kepemimpinan Pelayan". Jakarta: Immanuel. Sanders, Oswald, J. 2002. "Kepemimpinan Rohani". Batam Centre: Gospel Press. Sinamo, Jansen H. 2001. "Kepemimpinan Kristiani". Jakarta: UPI STT, 2001. Tomatala, Yacob. 2005. "Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner". Jakarta: YT Leadership Foundation. Zenger, John H., and Joseph Folkman. 2004. "The Handbook For Leaders". New York: McGrawHill. Catatan kaki: [26] George Barna, Op. Cit., hlm. 137. [27] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 87-88). [28] Jansen H. Sinamo, Kepemimpinan Kristiani. (Jakarta: UPI STT, 2001, hlm. 143-144.) [29] Leroy Eims, Op. Cit., hlm. 143 [30] Kenneth O. Gangel, Op. Cit., hlm. 164-165. [31] Leroy Eims, Op. Cit., hlm. 14. [32] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 84. [33] Stacey T. Rinehart, Op. Cit, hlm. 76. [34] J. Oswald Sanders, Op. Cit., hlm. 217. [35] Leroy Eims, Op. Cit., hlm. 15. [36] J. Oswald Sanders, Loc. Cit. [37] George Barna, Op. Cit., hlm. 159. [38] John H. Zenger and Joseph Folkman, Op. Cit., hlm. 38. [39] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 85. [40] George Barna, Op. Cit., hlm. 136. [41] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm.115 [42] Ibid., hlm. 77. [43] Kenneth O. Gangel, Op. Cit., hlm. 142-143. [44] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 82-84. [45] George Barna, Op. Cit., hlm. 291. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Wisdom from Heaven Pengirim: Jonni Arifson Gultom, M. Th. Alamat URL: http://jonarifgultom.blogspot.com/2007/11/profil- kepemimpinan-nabi-nehemia.html ==================================**================================== KUTIPAN Adalah sangat mudah untuk kita menyerah kecuali kita tahu bahwa di mata Juru Selamat dunia kita berharga dan penting. ==================================**================================== JELAJAH BUKU Judul Buku: Kepemimpinan Kristen Penulis: Dr. Yakob Tomatala Penerbit: YT Leadership Foundation, Jakarta, 2002 Ukuran: 14 x 21 cm Tebal: 103 halaman Pemimpin yang kompeten sangat dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan. Pengertian ini menegaskan bahwa substansi kepemimpinan berhubungan erat dengan kualitas kehidupan dan kinerja. Didalam buku "kepemimpinan Kristen" yang ditulis oleh Dr. Yakob Tomatala menyebutkan bahwa kepemimpinan Kristen harus memahami dasar sebagai pemimpin yang memunyai visi dan misi yang jelas. Jika Anda sebagai seorang pemimpin atau yang ingin belajar menjadi seorang pemimpin, buku ini akan menolong Anda untuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas. Setiap bab dalam buku ini menyoroti tinjauan yang cukup tajam tentang aspek-aspek penting yang harus dimiliki seorang pemimpin Kristen untuk memunyai kredibilitas dan kapasitas sebagai landasan yang kompeten. Dalam bab yang ke-2 khusus membahas seputar pandangan Alkitab tentang kepemimpinan. Walaupun pada dasarnya Alkitab tidak secara eksplisit memberikan penjelasan yang cukup gamblang tentang masalah ini, namun secara umum Alkitab mengungkapkan fakta kepemimpinan tersebut. Dari beberapa contoh tokoh Alkitab dalam Perjanjian Lama Nabi Nehemia merupakan salah satu contoh dari beberapa kepemimpinan yang memiliki karakteristik kepemimpinan visioner, kharismatik, tranformatif, dan manajer dengan kinerja kepemimpinan yang tinggi. Dalam kepemimpinannya Nehemia memiliki visi dan misi yang jelas sebagai landasan membangun perencanaan yang tinggi. Selain itu Nehemia juga menerapkan manajemen performasi yang tinggi dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Apakah Anda juga ingin memiliki kepribadian kepemimpinan seperti Nehemia? Setiap pemimpin tentunya mendambakan menjadi seorang pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan yang ideal dalam menjalankan tugasnya menjadi seorang pemimpin yang kompeten. Bagaimana dengan Anda? Temukan jawabannya setelah Anda membaca buku ini. (DR) ==================================**================================== PERISTIWA 24 Maret ... 1. 1882 - Robert Koch mengumumkan penemuan bakteri yang menyebabkan penyakit TBC. 2. 1976 - Perang Kotor: Presiden Argentina Isabel Peron diculik dan diberhentikan pada sebuah kudeta tidak berdarah. 3. 1989 - Kapal minyak Exxon Valdez menumpahkan lebih dari 11 juta galon minyak ke Prince William Sound, Alaska, menyebabkan musibah lingkungan yang sangat besar. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/24_Maret ==================================**================================== Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/ Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead/ Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/ Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan/ ______________________________________________________________________ Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati Kontributor: Desi Rianto e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2010 oleh YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/ ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |