Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/7 |
|
e-Leadership edisi 7 (10-7-2006)
|
|
Edisi Juli 2006 ==================================**================================== Milis Publikasi e-LEADERSHIP **** Topik: Pemimpin yang Memberi Dampak ==================================**================================== MENU SAJI EDITORIAL : Siap Memberi Dampak ARTIKEL (1) : Bagaimana Caranya Memberikan Dampak ARTIKEL (2) : Yosua dan Hukum Pengaruh INSPIRASI : Makna Memberi Dampak JELAJAH : Free Management Library ==================================**================================== EDITORIAL -*- SIAP MEMBERI DAMPAK -*- Salam kasih, Tuhan mengetahui kekuatan pengaruh yang dikaruniakan-Nya kepada manusia, yang diciptakan sesuai dengan peta dan teladan-Nya. Allah juga menanggapi dengan serius cara kita menerapkan pengaruh tersebut kepada orang lain, terutama ketika kita memiliki kedudukan sebagai seorang pemimpin Kristen. Jika kita disebut sebagai garam dan terang dunia maka kita harus bisa memberikan pengaruh positif, yaitu memberikan rasa dan juga memberikan terang kepada orang-orang yang ada di sekeliling kita. Bagaimana cara kita mengembangkan potensi pengaruh yang kita miliki tersebut dan menggunakannya untuk kemuliaan nama Tuhan? Simaklah edisi kali ini dan bersiaplah untuk terus memberikan dampak yang positif di mana pun Anda berada. Staf redaksi, Kristian "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi." (Matius 5:13-14 TB) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Matius+5:13-14 > ==================================**================================== HANYA PARA PEMIMPIN YANG BERSIKAP TEGAR DI MASA KRISIS, PERUBAHAN PUN AKAN MENGIKUTINYA DENGAN SETIA (Jim Kouzes) ==================================**================================== ARTIKEL (1) -*- BAGAIMANA CARANYA MEMBERIKAN DAMPAK -*- Selama enam belas tahun Raja Ahas bergelimang dalam kejahatan, Ia membuat patung-patung tuangan untuk para berhala dan membakar anak- anak dalam api seperti perbuatan bangsa yang keji. Ia menutup pintu bait Allah dan mendirikan mezbah berhala di setiap pojok kota Yerusalem. Setelah enam belas tahun tersebut, dia meninggal dan sesuai adat ketika itu puteranyalah yang menggantikannya, yaitu Hizkia. Usianya 25 tahun saat diberi kekuasaan untuk mengambil alih pemerintahan ayahnya. Hizkia telah melihat akibat dari dosa-dosa serta korupsi ayahnya dan ia membenci hal tersebut. Ia bertekad untuk mengubah segalanya dan membawa bangsanya kembali kepada Allah. Jika kita merenungkan warisan kondisi kacau dari pemerintahan ayahnya, mungkin kita menduga takkan banyak yang dapat diperbuatnya. Namun, kita keliru. Dalam waktu singkat situasinya berubah total. Hizkia membuat dampak yang mengagumkan demi Allah. Dari hidup Hizkia, kita akan melihat bahwa ada beberapa prinsip dasar yang menjadi ciri khasnya dalam membuat perubahan itu terjadi, di antaranya dijelaskan berikut ini. Kesungguhan Hati Prinsip pertama dalam membuat dampak demi Allah adalah kesungguhan hati. "Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah, ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil" (2 Tawarikh 31:21). Nasihat serupa dari Rasul Paulus, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3:23). Salomo juga mengatakan, "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi" (Pengkhotbah 9:10). Dari ayat-ayat di atas kita dapat melihat bahwa Allah menginginkan manusia yang antusias serta bersemangat. Namun, di zaman kita ini seringkali kita tidak menemukan kesungguhan hati. Hampir setiap hari kita mendengar, "Santailah", "Jangan bekerja terlalu keras", atau "Jangan keterlaluan mengerjakannya". Yang berbahaya adalah bahwa kurangnya kesungguhan hati ini dapat juga menjangkiti pemimpin Kristiani. Jika demikian, karyanya akan biasa-biasa saja bahkan gagal. Seorang pemimpin harus merenungkan fakta berikut ini. Ia bukan saja sedang membangun untuk masa sekarang melainkan juga untuk masa depan. Jika hatinya suam-suam kuku, bagaimana masa depannya nanti? Bagaimana orang-orang yang dilatihnya nanti? Akankah hati mereka berkobar-kobar dengan semangat bagi Allah? Jika hatinya hanya suam- suam kuku, jawabannya adalah tidak. Karena hanya apilah yang akan mengobarkan api. Kesungguhan hati serta semangat adalah luapan dari kasih yang membakar dalam hati seorang pemimpin. Dari sana ia menyebar ke hati serta hidup orang lain yang turut merasakan kobarannya. Ada orang yang menganggap bahwa seorang pemimpin harus "dingin" agar tidak membuat pengikutnya takut. Bukan begitu. Jika seorang pemimpin memainkan permainan manusia, yang lain akan turut bermain. Hukum yang terutama masih berlaku, "Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu" (Markus 12:29-30). Pikiran yang Tidak Bercabang Hal kedua yang perlu kita amati dalam kehidupan Hizkia adalah pikirannya yang tidak bercabang. Ia berkonsentrasi pada tugas utamanya. "Pada tahun pertama pemerintahannya, dalam bulan pertama, ia membuka pintu-pintu rumah Tuhan dan memperbaikinya. Ia mendatangkan para imam dan orang-orang Lewi, dan mengumpulkan mereka di halaman sebelah timur. Katanya kepada mereka: `Dengarlah, hai orang-orang Lewi! Sekarang kuduskanlah dirimu dan kuduskanlah rumah Tuhan, Allah nenek moyangmu! Keluarkanlah kecemaran dari tempat kudus!`" (2 Tawarikh 29:3-5). Pikirannya tidak bercabang, entah oleh kesulitan-kesulitan yang luar biasa, olokan, ataupun penentangan. Dari Alkitab kita dapat melihat hal-hal yang menjadi alasan untuk tidak memiliki pikiran yang bercabang. - Alasan pertama ialah sebagaimana dikatakan Petrus, "Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap" (2Petrus 3:10). Segalanya di dunia ini sifatnya hanya sementara dan sedang dalam peralihan. Hanya dua hal yang melampaui dunia ini dan yang akan kekal selamanya: firman Allah serta jiwa manusia. Jika seorang pemimpin mencurahkan dirinya kepada dua hal ini, ia akan memiliki nilai-nilai yang kekal. Hal- hal duniawi memang berusaha merebut perhatiannya, namun matanya tertuju pada hal-hal yang kekal. - Alasan kedua ialah sebagaimana tedapat dalam Surat Yakobus, "Sedang kamu tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap" (Yakobus 4:14). Hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan. Jika seseorang melihat kebenaran ini, ia akan terbantu untuk tetap di jalur yang benar, terlepas dari upaya dunia yang tiada henti membombardirnya supaya perhatiannya terlepas dari Yesus. - Alasan ketiga dinyatakan oleh Rasul Paulus, "Karena itu, saudara- saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia" (1Korintus 15:58). Jika kita mengikuti jalan yang lurus serta sempit, dengan mata tertuju pada Yesus, kita memiliki kepastian bahwa perbuatan kita tidak sia-sia. Alangkah gembiranya sang pemimpin yang mengetahui bahwa sementara sekian banyak orang menyia-nyiakan hidupnya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak berharga, pelayanannya bagi Kristus akan diperhitungkan untuk kekekalan. Semangat Juang Selain pendekatannya yang segenap hati serta dengan pikiran yang tidak bercabang, Hizkia juga memperlihatkan semangat juang yang luar biasa. Terlepas dari kesulitan-kesulitan yang luar biasa yang dihadapinya, ia terus maju dengan antusias serta penuh iman. Utusan- utusannya diejek oleh sementara orang. "Ketika pesuruh-pesuruh cepat itu pergi dari kota ke kota, melintasi tanah Efraim dan Manasye sampai ke Zebulon, mereka ditertawakan dan diolok-olok" (2 Tawarikh 30:10). Apakah hal itu menghambatnya? Sama sekali tidak. "Demikianlah perbuatan Hizkia di seluruh Yehuda. Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan Tuhan, Allahnya" (2 Tawarikh 31:20). Berikut semangat dasar yang kita lihat dalam hidup para pemimpin pilihan Allah dalam Alkitab. - Kesaksian Paulus adalah begini. "Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat" (2 Korintus 11:24-28). Bagaimanakah sikap Paulus dalam melalui segala kesulitannya itu? "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia" (Filipi 1:29). - Nehemia terus menerus menghadapi penentangan dari musuhnya. "Ketika Sanbalat dan Tobia serta orang Arab dan orang Amon dan orang Asdod mendengar, bahwa pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem maju dan bahwa lobang-lobang tembok mulai tertutup, maka sangat marahlah mereka. Mereka semua mengadakan persepakatan bersama untuk memerangi Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana" (Nehemia 4:6-8). Semangat juangnya tampak dari jawabannya. "Tetapi kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka" (Nehemia 4:9). Lagi-lagi para musuhnya menyerang agar Nehemia gagal mencapai tujuannya, dan setiap kali ia menang. Inilah yang menjadikan hamba-hamba Kristus di zaman Perjanjian Baru begitu menonjol. Mereka memiliki semangat juang seperti prajurit- prajurit Allah yang setia. Mereka seperti "dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus" (Kisah Para Rasul 15:26). Apakah ini mencirikan kepemimpinan Kristiani di zaman sekarang? Dalam beberapa kasus, ya, namun terlalu sering kita memandang daya intelektual serta prestasi pendidikan seseorang sebagai puncak dari segala kebaikannya. Di awal hidupnya sebagai umat Kristiani, apa yang akan diderita Rasul Paulus diperlihatkan. "Tetapi firman Tuhan kepadanya [Ananias]: `Pergilah, sebab orang ini [Paulus] adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku`" (Kisah Para Rasul 9:15-16). Ia diperlihatkan hadiah yang akan disediakan baginya, namun diperlihatkan juga harga yang harus dibayarnya. Ia tahu harga menjadi murid Yesus. Belakangan ia mengatakan, "Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia .... Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus" (Galatia 6:14,17). Jika ingin melawan musuh-musuhnya, sang rasul memperlihatkan tanda-tanda di punggungnya. Umat Kristiani di zaman dulu menghadapi bahaya, cambukan, serta singa. Mereka benar-benar pahlawan dalam arti yang sebenarnya. Sedangkan kita menghadapi tombol tekan, televisi, serta karet busa. Semoga Allah memberi kita daya tahan serta iman yang sama seperti yang dimiliki oleh orang-orang pilihan Allah. Jadi, ketiga hal inilah yang penting dalam memberikan dampak sebagai seorang pemimpin. Kita harus memiliki kesungguhan hati, pikiran yang tidak bercabang, serta semangat juang yang tinggi. Program-program bisa saja berjalan tanpa ketiga hal ini, namun pemimpin yang hidupnya ingin digunakan oleh Allah untuk menghasilkan buah yang kekal harus memastikan dirinya memiliki ketiganya. Sumber diringkas dari: Judul buku : Jadilah Pemimpin Sejati (Be The Leader You Were Meant to Be) Judul bab : Bagaimana Caranya Memberikan Dampak Penulis : Leroy Eims Penerbit : Gospel Press, Batam Centre 2001 Halaman : 113 - 137 ==================================**================================== ARTIKEL (2) -*- YOSUA DAN HUKUM PENGARUH -*- Pemikiran soal kepemimpinan untuk Anda: Dampak seorang pemimpin meningkat, ketika pengaruhnya meningkat. Baca: Bilangan 13:1-33, 14:1-38, 27:12-23; Yosua 1:1-18 Ketika Yosua dan Kaleb berdiri di hadapan bangsa Israel dan berusaha memimpin mereka ke tanah perjanjian, saya rasa mereka berdua sama sekali tidak tahu apa taruhannya. Yang pasti mereka memiliki visi Allah bagi umat-Nya untuk memasuki tanah perjanjian. Ketika bangsa Israel itu menolak seruan mereka, mereka berkata, "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya" (Bilangan 14:7-8). Mereka juga menyadari kuasa Allah untuk mengalahkan musuh-musuh mereka. Baik Yosua maupun Kaleb hadir ketika Allah menutup Laut Merah sehingga pasukan Firaun tenggelam. Namun, apakah mereka sungguh paham bahwa kemampuan mereka (atau mungkin lebih tepatnya, ketidakmampuan mereka) untuk memimpin bangsa Israel ketika itu akan menentukan apakah seluruh generasi itu akan menikmati tanah yang berlimpah susu dan madu itu, yang dijanjikan kepada nenek moyang mereka - atau mati di padang gurun? Ketaatan kepada Allah itu penting. Karena Yosua dan Kaleb taat, hanya mereka berdualah di antara populasi orang dewasa Yahudi, yang masuk ke tanah perjanjian. Namun bagi pemimpin sejati, ketaatan saja tidaklah cukup. Kalau mereka tidak dapat mengajak orang lain dalam perjalanan mereka, mereka gagal melaksanakan misi yang diberikan Allah itu. Sifat Kepemimpinan 1. Kepemimpinan adalah Pengaruh Yosua menghadapi sifat kepemimpinan sejati ketika ia gagal memengaruhi bangsa Israel itu untuk melaksanakan apa yang seharusnya mereka laksanakan sendiri. Posisinya sebagai pemimpin suku tidaklah membantunya dalam memengaruhi orang lain. 2. Pemimpin Sejati Tidak Memiliki Pengaruh di Setiap Bidang Menurut Bilangan 13:2, mereka yang terpilih untuk mengintai tanah perjanjian itu "semuanya pemimpin-pemimpin". Itu artinya Yosua adalah pemimpin dan memiliki pengaruh. Namun, jelaslah bahwa pengaruhnya tidak lebih kepada sukunya saja. 3. Pengaruh Kita Bisa Positif Bisa Negatif Kitab Suci tidak menjelaskan suasana hati bangsa Israel sementara mereka menantikan kembalinya para pengintai dari tanah perjanjian itu, namun pasti mereka menanti-nanti. Saya percaya kalau saja semua pengintai itu memberikan laporan yang baik, bangsa Israel pasti akan menaati Allah dan segera berangkat menuju tanah perjanjian itu. Namun, pengaruh itu ibarat pedang bermata dua. Bisa positif, bisa juga negatif. Kesepuluh pemimpin suku yang tidak setia menggunakan pengaruh mereka untuk membuat bangsa Israel bingung dan akibatnya adalah bencana, bukan saja bagi para pemimpin itu sendiri, melainkan juga bagi para pengikut mereka. 4. Pemimpin yang Setia Menggunakan Pengaruhnya untuk Memberikan Nilai Tambah Orang yang memberikan pengaruh, yang memimpin demi kepentingannya sendiri, akan memanipulasi orang lain demi keuntungan mereka sendiri. Itulah yang diperbuat kesepuluh pengintai itu. Mereka takut dan mereka menggunakan pengaruh mereka untuk menciptakan ketakutan di antara bangsa Israel. Mereka berbohong kepada bangsa itu, mengatakan bahwa negeri itu "memakan penduduknya". Sebaliknya, Yosua dan Kaleb ingin memotivasi bangsa Israel untuk melakukan apa yang benar demi kepentingan semua orang. Itulah yang harusnya selalu menjadi agenda pemimpin sejati. 5. Pengaruh Selalu Disertai dengan Tanggung Jawab Mungkin kesepuluh pemimpin suku yang tidak setia itu tidak mau mengakibatkan timbulnya pemberontakan. Namun, justru itulah yang terjadi. Setelah laporan mereka yang negatif mengenai tanah perjanjian itu, bangsa Israel bermaksud menggulingkan Musa dan Harun serta kembali ke perbudakan di Mesir. Akibatnya, kesepuluh pemimpin suku yang tidak setia itu meninggal karena wabah penyakit dan semua pengikut mereka meninggal di padang gurun. Memengaruhi Orang Lain adalah Suatu Pilihan Banyak orang yang tidak efektif sebagai pemimpin, menyerah dan tidak pernah mencoba memimpin lagi. Untungnya bagi bangsa Israel, Yosua bukanlah tipe orang seperti itu. Ia ingin menjadi pemimpin yang lebih baik dan kelak ia akan mendapatkan kesempatan kedua. Sementara itu, ia terus setia terhadap Allah dan belajar sebanyak mungkin dari Musa, yang menjadi pembimbingnya. Renungan: Apakah yang Anda lakukan sekarang ini untuk meningkatkan pengaruh Anda? Sumber diedit dari: Judul buku : 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-Hari Pemimpin Sejati (The 21 Most Powerful Minutes In a Leader`s Day) Judul bab : Yosua dan Hukum Pengaruh Penulis : John C. Maxwell Penerbit : Interaksara, Batam Centre 2002 Halaman : 35 - 37 ==================================**================================== INSPIRASI -*- MAKNA MEMBERI DAMPAK -*- Seorang kakek tua mendudukkan cucu lelakinya di atas keledai milik keluarga dan memulai perjalanan jauh menuju kota. Ketika mereka bepergian melewati jalan yang sering dilintasi, orang-orang yang berpapasan berkata, "Lihatlah bocah egois dan manja yang sedang menunggangi keledai sementara kakek tua itu berjalan." Karena tidak ingin orang-orang mengkritik cucunya, kakek tua itu bertukar tempat dengan cucunya. Tak lama orang-orang mulai berkata, "Lihatlah kakek malas yang membuat bocah itu berjalan." Karena tidak ingin disebut malas, sang kakek turun dari keledai dan berjalan di sisinya. Para pengamat kemudian mulai berkata, "Lihatlah dua orang bodoh yang berjalan sementara mereka sebenarnya dapat menunggangi keledai itu." Karena kritikan itu, sang kakek bersama cucunya menunggangi keledai. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, orang berikut yang memperhatikan mereka berkomentar, "Lihatlah betapa brutalnya mereka pada keledai itu. Mereka akan mematahkan tulangnya." Sebagai tanggapan, mereka turun dari keledai. Mereka menggendong keledai itu di pundak mereka, menggendongnya sepanjang sisa perjalanan menuju kota, dan tiba di sana dengan kondisi berantakan, kelelahan, dan masih mendapat kritik dari orang-orang yang berpapasan. Inti dari dongeng ini adalah bahwa apabila Anda mencoba menyenangkan setiap orang, Anda juga akan segera merasa bahwa Anda memiliki seekor keledai di punggung Anda. Untungnya, menjadi seorang yang menyenangkan orang lain bukanlah tujuan utama dari kepemimpinan. Arti kepemimpinan itu jauh melampaui dari sekedar usaha membuat setiap orang bahagia. Tetapi, seorang pemimpin belajar bagaimana memengaruhi orang lain untuk mendapatkan hasil-hasil yang positif. Ketika pengaruh Anda meningkat, kepemimpinan Anda juga akan meningkat. Sebuah iklan yang terkenal untuk E.F. Hutton berkata bahwa ketika perusahaan mereka berbicara, orang-orang mendengarkan. Itu berarti bahwa ketika seorang pemimpin sejati berbicara, orang-orang mencatatnya. Kawan saya, John Maxwell, berkata bahwa kepemimpinan adalah segala hal tentang pengaruh. Nyatanya, Maxwell berkata, "Kepemimpinan adalah pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang." Itu berlawanan dengan apa yang terjadi dengan kakek dan cucu ini. Allah memanggil kita untuk menjadi pemberi pengaruh. Allah sangat menganggap serius cara kita menerapkan pengaruh kita terhadap orang lain. Kredibilitas kita (siapa kita dalam hubungan dengan seseorang) ditambah komunikasi kita (apa yang kita katakan) sama dengan pengaruh kita. Pengaruh berasal dari siapa diri Anda dan bagaimana Anda mengomunikasikannya. Menurut pernyataan-pernyataan berikut dari Alkitab, setiap orang memiliki pengaruh. Kita masing-masing memiliki hak istimewa untuk menggunakan pengaruh untuk kebaikan, untuk kemuliaan Allah. - "Kamu adalah terang dunia .... Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:14,16). - "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Rom. 12:21). - "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada" (Kol. 4:5). Bila saya adalah seorang pengelola yang baik dari apa yang telah Allah berikan pada saya, saya harus tahu bagaimana caranya mendapatkan pengaruh dan menggunakan pengaruh itu untuk meluaskan kerajaan Allah. Saya ingin memengaruhi orang-orang karena inilah pilihan dan panggilan Allah bagi saya. Hal kepemimpinan menjadi inti motivasi saya. Kepemimpinan menanyakan apakah saya termotivasi oleh ego sendiri atau oleh Roh Kudus. Manipulasi adalah memengaruhi orang-orang untuk kepentingan pribadi, menurut buku James Hunter, "The Servant", tapi teladan kepemimpinan Yesus adalah memengaruhi orang-orang untuk kepentingan satu sama lain - untuk kebaikan mereka sendiri dan juga orang lain. Seringkali Anda harus membuat suatu pilihan tentang bagaimana Anda menggunakan pengaruh Anda. Sumber diedit dari: Judul buku : Kepemimpinan yang Efektif (On Purpose Leadership) Judul bab : Mempengaruhi Para Pemberi Pengaruh Penulis : Dale Galloway dan Wareen Bird Penerbit : Harvest Publication House, Jakarta 2003 Halaman : 53 - 55 ==================================**================================== JELAJAH -*- FREE MANAGEMENT LIBRARY -*- http://www.managementhelp.org/ Situs berbahasa Inggris ini bisa menjadi sumber bahan manajemen yang lengkap bagi organisasi profit maupun nonprofit. Mencakup 72 topik yang cukup populer di bidang manajemen seperti Human Resources, Crisis Management, Risk Management, Sales, Social Entrepreneurship, Staffing, Strategic Planning, Supervision, dll. Seluruh bahan tersebut siap untuk diakses. Oleh karena itu, segeralah arahkan penjelajah (browser) Anda untuk mengakses bahan-bahan tersebut. [Kiriman dari: Novi] ==================================**================================== Berlangganan : < subscribe-i-kan-leadership(at)xc.org > Berhenti : < unsubscribe-i-kan-leadership(at)xc.org > Kontak e-Leadership: < staf-leadership(at)sabda.org > Arsip e-Leadership : http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead : http://www.sabda.org/lead/ ---------------------------------------------------------------------- Redaksi e-Leadership: Yulia, Kristian, Raka, Endah, Puji Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Bahan ini dapat dibaca secara on-line di situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/ Copyright(c) 2006 oleh YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |