Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/77 |
|
e-Leadership edisi 77 (25-8-2010)
|
|
==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI AGUSTUS 2010============ PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI YOSUA (II) e-Leadership 77 -- 25/08/2010 DAFTAR ISI EDITORIAL ARTIKEL: Kepemimpinan Yosua KUTIPAN JELAJAH BUKU: Prioritas, Mana yang Lebih Dulu? PERISTIWA ==================================**================================== EDITORIAL Shalom, Dalam setiap pencapaian kesuksesan selalu ada harga yang harus dibayar. Walaupun demikian, tidak semua pemimpin yang berani meraih kesuksesan ketika tahu bahwa risiko atau harga yang harus dibayar sangat besar. Kemungkinan hal inilah yang sering menjadi sebuah penghambat untuk maju. Yosua merupakan tokoh militan kepemimpinan yang berani mengambil risiko berkaitan dengan keputusan besar yang diembannya untuk menjadi seorang pemimpin bangsa Israel menuju tanah perjanjian yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Dia berani bayar harga demi mencapai garis akhir bangsanya yang telah berputar-putar di gurun pasir berpuluh-puluh tahun lamanya. Sebagai seorang yang masih muda, ada rasa tidak percaya diri ketika harus menggantikan pemimpin seperti Musa yang notabene telah memiliki nama besar sebagai pemimpin yang disegani dan dihormati oleh bangsa Israel maupun bangsa-bangsa lain. Bagaimanakah Yosua mampu mengatasi situasi dan kondisi gejolak dalam dirinya dalam menjalani masa-masa transisi tongkat estafet kepemimpinan Musa? Apakah rahasia Yosua sehingga ia dapat melanjutkan kepemimpinan dari seorang yang lebih senior dan lebih piawai dalam masalah kepemimpinan? Kami ajak Anda untuk membaca artikel e-Leadership di bawah ini yang akan membawa Anda untuk memahami dan mengerti lebih jauh lagi tentang metode Yosua dalam menerapkan kepemimpinannya untuk memimpin bangsa Israel serta menerapkannya untuk orang Kristen serta gereja masa kini. Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi e-Leadership, Desi Rianto < ryan(at)in-christ.net > http://lead.sabda.org http://fb.sabda.org/lead ==================================**================================== Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2:7) < http://alkitab.sabda.org/?Kolose+2:7 > ==================================**================================== ARTIKEL KEPEMIMPINAN YOSUA Salah satu di antara sekian tokoh dalam Perjanjian lama yang ditulis dengan laporan yang lebih lengkap dan detail adalah Yosua. Kepemimpinan Yosua kaya akan teladan-teladan rohani bagi orang Kristen atau gereja, khususnya dalam bidang kepemimpinan. DASAR PEMILIHAN YOSUA SEBAGAI PEMIMPIN Nama Yosua dalam bahasa Ibrani sebenarnya adalah Hosea yang artinya "keselamatan" (Bilangan 13:8), tetapi Musa kemudian menambahkan nama ilahi dan menyebutnya "Yehosyua" (Bilangan 13:16) yang artinya "TUHAN adalah keselamatan" atau "semoga TUHAN menyelamatkan"; dalam bahasa Aram "Yesyu" (Yeshua); dalam bahasa Yunani "Iesous" (Yesus), dan dalam bahasa Indonesia menjadi "Yosua". Tidak ada informasi tentang mengapa Musa menambah nama ilahi dan menyebutnya demikian. Mungkin karena Musa melihat bahwa Yosua tokoh potensial yang akan memimpin Israel sebagai wujud dari "TUHAN adalah keselamatan". Walaupun alasannya tidak jelas, tetapi ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan sebagai indikasi bahwa Yosua berpotensi menggantikan Musa memimpin Israel memasuki Kanaan. Garis Keluarga Yosua Ayah Yosua adalah Nun dan kakeknya adalah Elisama yang merupakan kepala suku Efraim di padang gurun (Bilangan 1:10; I Tawarikh 7:27). Berarti, Yosua adalah keturunan Yusuf yang notabene memunyai wibawa terbesar dalam sejarah Israel pada waktu itu karena Yusuf merupakan pemimpin besar di Mesir. Pada saat Israel keluar dari Mesir, tulang-tulang Yusuf sedang dibawa oleh orang Israel untuk dikuburkan di tanah Kanaan (Yosua 24:32). Dengan kenyataan itu maka dapat dikatakan bahwa Yosua pada waktu itu menyandang kharisma kepemimpinan dari kakeknya, terlebih dari Yusuf sendiri. Karakter Yosua Yosua dilahirkan dan dibesarkan di Mesir, Yosua dipilih oleh Musa untuk menjadi pembantu pribadinya sejak usianya masih muda (Keluaran 33:11; Bilangan 11:28). Pada peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir, usianya kira-kira 30 tahun. Yosua selalu mendampingi Musa dalam aktivitas kepemimpinan Musa. Di sinilah nampaknya terjadi banyak pembentukan terhadap karakternya. Yosua adalah seorang pemberani dan berjiwa pemimpin, hal itu ditunjukkannya dengan memimpin pasukan orang Israel dalam melawan orang Amalek (Keluaran 17:8-13) dan juga pada waktu diutus menjadi pengintai ke tanah Kanaan (Bilangan 13:8). Yosua adalah seorang yang setia dan sabar, hal itu ditunjukkannya ketika mendampingi Musa di Gunung Sinai (Keluaran 24:13) dan tugasnya sebagai pengurus kemah suci (Keluaran 33:11). Yosua adalah seorang yang taat dan beriman kepada Allah, hal itu ditunjukkan dengan tidak ikut memberikan laporan negatif bersama sepuluh pengintai lain yang menyebabkan orang Israel memberontak, tetapi justru berbicara kepada orang Israel untuk tidak memberontak kepada Tuhan dan tidak takut masuk ke negeri Kanaan (Bilangan 14:5-9). Pemilihan Tuhan atas Yosua Ada tiga acuan yang mengindikasikan bahwa Yosua dipilih khusus oleh Tuhan untuk memimpin Israel. 1. Yosua dipilih khusus oleh Tuhan untuk menggantikan Musa memimpin Israel masuk Kanaan. (Ulangan 31:23) 2. Yosua ditahbiskan oleh Musa dan dia penuh dengan roh kebijaksanaan. (Bilangan 27:18) 3. Yosua mendapatkan peneguhan oleh Tuhan sendiri untuk memimpin Israel. (Yosua 1:2,6) KEPEMIMPINAN YOSUA Yosua ditahbiskan menjadi pemimpin Israel menggantikan Musa di dataran dekat sungai Yordan pada saat usianya 70 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa selain Yosua berpotensi ia juga memiliki kualifikasi untuk memimpin seperti dituliskan di atas. Dari segi usia pun, Yosua sudah matang untuk memimpin. Tujuan Kepemimpinan Yosua Dalam kepemimpinannya Yosua memunyai tujuan yang jelas, yaitu tujuan yang berorientasi pada petunjuk Tuhan (Yosua 1:2b) untuk membawa orang Israel ke Kanaan. Namun tujuannya bukan hanya sampai kepada wilayah teritorial melainkan juga bagaimana agar Israel tetap menjadi umat Tuhan yang setia. Cara yang dilakukan oleh Yosua untuk mencapai tujuan itu adalah sebagai berikut. 1. Mempertahankan sistem organisasi yang diwariskan oleh Musa. (23:2) 2. Memasuki, menaklukkan, dan menduduki Kanaan. Secara teritorial, hal tersebut dilakukannya dengan teliti dan hati-hati serta mempelajari strategi perang dan tidak sembarangan dalam bertindak (2:1). Hal itu terbukti ketika ia mengirim pengintai (2:1-24), melawan Ai (8:3-9), juga pada waktu melawan lima raja. Yosua memakai strategi menyerang lebih dulu secara tiba-tiba sebelum diserang (10:9) juga pada waktu melawan raja-raja bagian utara (11:7). Dalam setiap peperangan, Yosua sendirilah yang memimpin (8:1-29) dan Yosua tetap berpegang teguh pada perintah Tuhan untuk menghalau musuh (10:22-27, 11:15,20). 3. Mengingatkan orang Israel untuk hidup dalam kekudusan (3:5). Untuk menjaga kesetiaan orang Israel terhadap Tuhan, Yosua juga menguduskan orang Israel dengan menyunat mereka (5:2), membuat mezbah di gunung Ebal (8:30), dan membacakan perkataan hukum Taurat (8:34-35). Dia memberikan pesan rohani kepada suku Ruben, Gad, dan sebagian suku Manasye sebelum mereka kembali ke tanah pusaka di seberang sungai Yordan di tanah Gilead agar mereka setia kepada Tuhan (22:5-6). Sampai masa tuanya pun Yosua selalu mengingatkan orang Israel untuk melakukan perintah Tuhan (23:6), bahkan dia memperbarui perjanjian di Sikhem (24:25-28). Hubungan-Hubungan dalam Kepemimpinan Yosua Hal lain yang membuat Yosua berhasil dalam kepemimpinannya adalah karena adanya hubungan-hubungan yang terjalin harmonis dengan 4 hal, yaitu: 1. Hubungan dengan Tuhan. Hal yang sangat menonjol dari hubungan Yosua dengan Tuhan yang menunjukkan kehidupan rohani yang prima adalah Yosua selalu mendengar suara Tuhan dan melakukan apa yang difirmankan oleh Tuhan. Setidaknya ada 14 kali Tuhan berbicara kepada Yosua sepanjang kitab Yosua, yaitu: a. perintah supaya bersiap menyeberangi sungai Yordan (1:2, 3:1); b. pada waktu akan menyeberang dengan mengangkat tabut perjanjian (3:8); c. memilih 12 orang untuk mengambil batu di dasar sungai Yordan (4:1-2); d. memerintahkan para imam supaya naik dari sungai Yordan (4:16); e. perintah untuk membuat pisau dan menyunat orang Israel di Gilgal (5:2); f. pada waktu bertemu dengan Panglima Bala Tentara Tuhan untuk melepas kasutnya (5:15); g. perintah untuk mengelilingi kota Yerikho (6:2-5); h. pada waktu dia berkabung karena kalah dari Ai (7:10,13); i. perintah untuk menyerang Ai (8:1); j. perintah untuk mengacungkan lembing sebagai tanda bahwa Ai diserahkan kepada Israel (8:18); k. Tuhan menyerahkan lima raja kafir untuk diperangi (10:8); l. Tuhan menyerahkan raja-raja utara (11:6); m. firman Tuhan tentang daerah yang belum direbut dan perintah untuk membagi undi atas 9 suku dan setengah suku Manasye (13:1-7); dan n. perintah untuk mendirikan kota perlindungan (20:1). Semua yang difirmankan Tuhan itu dilakukan oleh Yosua. Yosua juga memiliki motivasi hati yang murni di hadapan Tuhan dalam kepemimpinannya, yaitu seorang yang tidak mau mencuri kemuliaan Tuhan. Yosua selalu menyatakan dengan jelas bahwa Tuhanlah yang menghalau musuh dan bukan karena kemampuannya sebagai pemimpin (3:10); pada waktu dia mendirikan mezbah setelah orang Israel menyeberangi sungai Yordan yang menjadi kering, hal itu dilakukannya untuk menyatakan dan mengingat bahwa Tuhanlah yang telah melakukannya (4:21-22). Dia sangat tidak ingin kalau karena Israel nama Tuhan tidak dimuliakan, misalnya pada waktu orang Israel dikalahkan oleh Ai (7:7-9). Yosua juga seorang pemimpin yang selalu bersikap hormat pada Tuhan. Hal ini terlihat pada waktu dia bertemu dengan Panglima Bala Tentara Tuhan, dia bersikap hormat bahkan menyembah dengan mukanya sampai ke tanah (5:14). Tentang menghormati Tuhan ini juga ditunjukkannya bukan hanya dalam sikap fisik melainkan juga dalam sikap hati, hal itu terlihat dalam kasus Akhan pada waktu dia berkata kepada Akhan "hormatilah Tuhan" (7:19). Yosua juga memunyai komitmen yang sangat kuat untuk tetap mengikut Tuhan. Hal itu ditunjukkan oleh Yosua sejak dari masa mudanya, khususnya setelah dipilih oleh Musa untuk menjadi pembantu pribadinya sampai masa tuanya. Pernyataannya yang menunjukkan komitmennya sangat jelas dalam pasal 24:15: "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan." Jika memerhatikan keseluruhan pasal 24, terlihat dengan jelas bahwa kerinduan Yosua adalah bukan hanya dia dan keluarganya tetapi bagaimana agar komitmen itu juga menjadi komitmen dari seluruh Israel untuk selalu setia kepada Tuhan. Hal yang sangat terlihat dari kehidupan rohani yang prima dari Yosua adalah pada waktu matahari dan bulan berhenti di lembah Ayalon (10:12-15). 2. Hubungan dengan orang yang dipimpin. Yosua memerhatikan hal yang dibutuhkan oleh orang yang dipimpin (1:11); Yosua menjaga dan mengimbau kekompakan orang yang dipimpin (1:12-15, 22:8); Yosua juga menjadi pemimpin yang berwibawa di hadapan orang Israel (1:16-18) yang perintahnya didengar yang pasti didasarkan pada teladan hidup rohani yang baik; menegur dan memberi sangsi kepada orang yang dipimpin yang melakukan dosa dan bertindak tegas terhadapnya (7:24-25); Yosua bertindak adil terhadap orang yang dipimpin (14:1-2,18:6,8,10); dan Yosua memberi perintah sesuai dengan petunjuk Tuhan (1:10-11) 3. Hubungan dengan para pemimpin. Yosua selalu melibatkan para pemimpin yang lain dalam pengambilan keputusan (14:1-2, 18:6,8,10). 4. Hubungan dengan diri sendiri. Yosua menjadi seorang pemimpin yang menguatkan dan meneguhkan hati dengan sungguh-sungguh (1:6,7), dan tidak kecut dan tawar hati (1:9), hal itu dilakukannya sesuai dengan firman Tuhan kepadanya. Dampak Kepemimpinan Yosua Karena hubungan-hubungan yang terjalin harmonis tersebut di atas, khususnya hubungan antara Yosua dengan Tuhan yaitu dengan kehidupan rohani yang prima, maka Yosua melihat perbuatan Tuhan seperti yang telah dijanjikan bahwa Tuhan memberikan jaminan pemeliharaan dan penyertaan-Nya, tetapi bukan hanya kepada Yosua melainkan juga pada seluruh Israel, yaitu bahwa "setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu" (1:3), dan bahwa "seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu" (1:5,9) Hal tersebut terlihat sebagai dampak dari kepemimpinan Yosua. 1. Terhadap Tuhan. Tuhan dimuliakan dalam kepemimpinan Yosua, karena Yosua selalu menyatakan dengan jelas bahwa Tuhanlah yang bekerja di balik setiap keberhasilan dan bukan dirinya (3:10, 4:21-23) dengan kata lain Yosua memimpin dengan motivasi hati yang murni di hadapan Tuhan, pada waktu kalah melawan Ai pun dia takut kalau kalau bangsa lain menganggap remeh nama Tuhan (7:7-9). 2. Terhadap orang Israel. Secara teritorial orang Israel di bawah kepemimpinan Yosua berhasil memasuki, menaklukkan, dan menduduki tanah Kanaan, serta secara rohani kepemimpinan Yosua yang kuat terlihat dari kesetiaan orang Israel kepada Allah pada waktu itu (22:9-34), bahkan sampai sesudah kematian Yosua mereka masih tetap setia kepada Tuhan (24:31). 3. Terhadap musuh. Terungkap dalam pernyataan Rahab bahwa bangsa lain gentar terhadap mereka (2:9-11), apalagi setelah mereka mengalahkan Yerikho dan Ai (10:1-2), bahkan setelah mereka mengalahkan lima raja tidak ada yang berani melemparkan kata-kata ancaman kepada mereka (10:21). Teladan Bagi Orang Kristen dan Gereja Masa Kini Setelah mempelajari tokoh Yosua di atas dengan segala sepak terjangnya mulai dari awal sampai akhir, tentunya Yosua dapat dijadikan cermin bagi orang Kristen dan gereja pada masa kini, khususnya dalam memilih pemimpin dan juga jika dipilih untuk memimpin. 1. Memunyai Dasar Kepemimpinan Seorang pemimpin adalah seorang yang memunyai nama baik yang muncul dari keutuhan karakternya, dan keutuhan karakter itu tidak dihasilkan secara instan melainkan lewat sebuah proses penggemblengan, sehingga nantinya muncul karakter pemberani, setia, sabar, berjiwa pemimpin, serta taat dan beriman kepada Allah. Hal yang indah ialah apabila Tuhan yang menetapkannya untuk memimpin, artinya tidak mencari-cari kesempatan dengan berbagai cara apalagi jika ada kecenderungan menjadi seorang "machiavelis" dengan "menghalalkan segala cara yang penting tujuan tercapai", sebaliknya tidak mencari berbagai alasan untuk tidak memimpin. Semuanya harus diserahkan kepada kehendak Tuhan. 2. Memunyai Tujuan yang Jelas Seorang pemimpin adalah seorang yang memunyai tujuan yang jelas dalam kepemimpinannya, yaitu tujuan yang berorientasi pada petunjuk Tuhan. Standar dasar kepemimpinan untuk mencapai tujuan mutlak dilakukannya, yaitu: tidak bekerja sendirian melainkan merancang dan melaksanakan serta menggerakkan sebuah organisasi yang solid; mencari dan menciptakan kiat-kiat khusus sebagai strategi untuk mencapai tujuan; menciptakan dan mempertahankan komunikasi yang lancar dalam kepemimpinannya supaya tujuan dapat dengan mudah tersosialisasi ke bawah. 3. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Tuhan Seorang pemimpin adalah seorang yang mutlak memunyai waktu khusus untuk selalu berada di hadirat Tuhan; waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam waktu itulah dia menyampaikan segala masalah dalam kepemimpinan, pribadi, dan keluarganya kepada Tuhan. Ia juga harus memiliki waktu untuk mendengar instruksi-instruksi dan nasihat-nasihat dari firman Tuhan sebagai kekuatan dalam hidupnya, tentunya jika dia melakukan apa yang dikehendaki Tuhan melalui firman-Nya. Dalam hubungan dengan Tuhan, dia juga haruslah seorang yang menjadikan kepemimpinannya sebagai kemuliaan bagi Tuhan; seorang yang menghormati Tuhan dalam seluruh eksistensi hidupnya; dan seorang yang mempunyai komitmen yang kuat untuk selalu mengikut Tuhan. Semua hal tersebut akan menjadikan dia seorang pemimpin yang tidak mudah tergoda dengan berbagai godaan di sekitar kepemimpinannya, baik itu godaan materi, godaan seksualitas, maupun godaan (untuk mempertahankan) kedudukan. 4. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Orang yang Dipimpin Seorang pemimpin adalah seorang yang menjalin hubungan yang baik dengan bawahannya. Hal ini tidak berarti bahwa dia tidak berwibawa di hadapan bawahannya, dia harus tetap menjadi seorang yang berwibawa, karena wibawa tidak identik dengan otoriter, walaupun dalam waktu-waktu tertentu sikap otoriter mungkin diperlukan. Dia harus peduli dengan bawahannya; dia harus menjaga dan mengimbau kekompakan dalam pekerjaan; menegur orang yang salah dan memberikan nasihat-nasihat; dia harus bertindak adil, tidak berat sebelah; dan dia memberi perintah sesuai dengan firman Tuhan. 5. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Sesama Pemimpin Seorang pemimpin adalah seorang yang menjaga dengan penuh kehati-hatian hubungannya dengan para pemimpin lain dalam organisasinya, yang sebenarnya mungkin adalah bawahannya juga. Hal-hal yang perlu dilakukannya antara lain: membagi tugas kepemimpinan di antara para pemimpin; tidak mengambil keputusan sendiri tetapi melibatkan para pemimpin lain; dalam waktu-waktu tertentu melaksanakan pendelegasian tugas; dan sebagainya. 6. Memunyai Hubungan Harmonis dengan Diri Sendiri Seorang pemimpin adalah seorang yang melihat dirinya sendiri secara proporsional. Artinya selain dia menyadari akan kekuatan- kekuatan dalam dirinya ia juga mutlak perlu menyadari kekurangan-kekurangan dalam dirinya. Hal ini akan membuat dia menjadi seorang pemimpin yang tidak sombong tetapi juga tidak minder. Ia perlu mencontoh apa yang dilakukan oleh Yosua, yaitu menguatkan dan meneguhkan hati dengan sungguh-sungguh serta tidak kecut dan tawar hati, dia menjalankan kepemimpinan sesuai dengan kehendak Tuhan. 7. Menghasilkan Dampak Kepemimpinan yang Positif Seorang pemimpin adalah seorang yang pada akhirnya menimbulkan dampak-dampak positif dari kepemimpinannya. Ada dua hal utama yang harus dihasilkan dari kepemimpinannya. Pertama, melalui kepemimpinannya nama Tuhan dimuliakan, karena sejak awal dia melandasi dan menjalankan kepemimpinannya di dalam Tuhan; kedua, tujuan dari organisasi tercapai, yang tentunya membawa sejahtera bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi sesama pemimpin dan semua orang yang dipimpinnya. Penutup Yosua memimpin orang Israel selama sekitar 20 tahun dan Yosua meninggal dalam usia 110 tahun (24:29). Pada permulaan kitab Yosua, Yosua hanya disebut sebagai "abdi Musa" (1:1) tetapi pada bagian akhir dari kitab Yosua, Yosua disebut sebagai "hamba Tuhan" (24:29) artinya bahwa pada akhirnya Yosua disejajarkan dengan Musa (1:1). Penyejajaran Yosua dengan Musa tidak terjadi secara instan tetapi melewati suatu proses yang panjang, khususnya dalam hubungan rohaninya dengan Tuhan. Mungkin di awal dari kepemimpinan Yosua tidak semua orang Israel yakin bahwa Yosua pantas menggantikan Musa, tetapi dengan kenyataan seperti dituliskan dalam kitab Yosua ini mereka pada akhirnya akan berkata bahwa Yosua pantas menggantikan Musa sebagai pemimpin Israel yang membawa Israel memasuki Kanaan, menaklukkan Kanaan, dan menduduki Kanaan; bahkan jasanya yang lebih besar adalah membuat Israel menjadi umat Tuhan yang taat kepada Tuhannya, paling tidak selama dan beberapa waktu setelah kepemimpinan Yosua. Berkat rohani dari kehidupan Yosua memang sangat luar biasa dan sangat melimpah; prinsip-prinsipnya sangat jelas, khususnya dalam bidang kepemimpinan. Sangat baik jika dalam bidang kepemimpinan seorang Kristen atau Gereja merasa mendapat berkat dari kepemimpinan Yosua. Tetapi seperti Yosua, hendaknya kita menerapkan prinsip-prinsip itu dengan segala dinamika di dalamnya, bahwa kepemimpinan juga itu pasti tidak bebas dari setiap masalah, karena hal itu adalah sebuah realita. Marilah kita menjadi pemimpin-pemimpin yang seperti Yosua, yang tetap dalam komitmen untuk selalu berhubungan dengan Tuhan. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul artikel: Yosua Nama situs: Djefri E. Kansil Penulis: Djefri E. Kansil Alamat URL: http://jkansil.wordpress.com/2008/10/08/yosua-oleh- djefri-e-kansil/ ==================================**================================== KUTIPAN Seseorang tidak akan menjadi pemimpin besar jika melakukan segalanya sendiri atau memonopoli penghargaan. (Andrew Carnegie) =================================**=================================== JELAJAH BUKU Judul buku: Prioritas: Mana yang Lebih Dulu? Judul asli: Balancing Life`s Demands Penulis: J. Grant Howard Penerbit: Penerbit Yakin, Surabaya 1984 Ukuran: 12 x 18,5 cm Tebal: 155 halaman Siapa pun, apa pun, di mana pun, kapan pun, dan bagaimanapun juga kita tidak akan luput dari yang namanya membuat pilihan. Ada pilihan yang baik dan ada yang jahat; ada yang dapat ditunda tetapi ada pula yang wajib dipilih; mulai dari hal-hal yang dianggap sepele sampai hal-hal yang mendesak dan menentukan kita terus diperhadapkan dengan pilihan. Di setiap aspek kehidupan ada pilihan-pilihan, termasuk dalam dunia usaha. Apakah kita memilih menyerah saat usaha kita mengalami kelesuan atau akan terus berjalan dan berusaha sekuat tenaga hingga berhasil? Sebagai seorang Kristen tentu saja cara pandang kita terhadap kehidupan ini berbeda dengan orang-orang non-Kristen. Pilihan yang mana yang akan kita prioritaskan dan bagaimana kita menentukan keputusan tentu akan disesuaikan dengan pimpinan Tuhan. Pada umumnya orang akan membuat daftar prioritas, siapa dan apa yang akan kita utamakan. Misalnya, Allah, keluarga, gereja, baru pekerjaan/usaha. Akan tetapi, J. Grant Howard -- penulis buku "Prioritas: Mana yang Lebih Dulu?" -- mengungkapkan bahwa tidak mungkin kita membuat daftar prioritas semacam itu. Selain sulit untuk dijelaskan, hal itu juga sulit dimengerti. Menurutnya, Alkitab tidak memberikan sesuatu yang biasa kita sebut sebagai "daftar prioritas". Sebaliknya Alkitab menekankan pada pentingnya berbagai relasi yang kita miliki serta tanggung jawab kita atas berbagai relasi tersebut. Jika dilihat sepintas, buku ini tampaknya tidak memiliki keterkaitan dengan pengembangan diri dalam usaha. Tapi, jangan salah! Dasar-dasar alkitabiah yang termaktub dalam buku ini serta penjelasan-penjelasan Howard secara keseluruhan sebetulnya sangat berhubungan dengan dunia usaha, terutama di bagian III bab 10 (Anda dan Pekerjaan Anda). Pada bagian-bagian awal, Anda dapat mempelajari bagaimana melihat ulang tahap-tahap prioritas dan pada bagian terakhir Anda diajak menyelidiki relasi dan tanggung jawab. Uraian penjelasan dikelompokkan dalam 3 bab besar dan 15 pasal. Dengan mempelajari siapa kita dan relasi kita dengan Allah, sesama, gereja, dan negara, kita dibimbing untuk mengembangkan diri secara berkualitas sehingga Anda bisa mengembangkan usaha Anda. Jadi buku ini tidak menjelaskan secara langsung mengenai metode, tip, atau trik untuk mengembangkan usaha Anda namun mengembangkan diri Anda sehingga Anda mampu mengambil tindakan untuk mengembangkan usaha Anda. Buku "Prioritas: Mana yang Lebih Dulu?" tidak secara khusus diluncurkan untuk kelas pembaca tertentu. Dengan demikian buku ini akan sangat mudah dibaca oleh semua kalangan. Selain itu, buku ini cukup membantu mengarahkan kita dalam membuat keputusan, apalagi bagi Anda yang sedang bimbang untuk menentukan apa yang akan Anda prioritaskan. Selamat membaca. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: http://gubuk.sabda.org Alamat URL: http://gubuk.sabda.org/prioritas%3A_mana_yang_lebih_dulu%3F Diulas oleh: Sri Setyawati ====================================================================== PERISTIWA 24 Agustus... 1. 1456 Alkitab Gutenberg selesai dicetak. 2. 1511 Afonso de Albuquerque dari Portugal menaklukkan Malaka. 3. 1932 Amelia Earhart menjadi wanita pertama yang terbang dari Los Angeles ke New Jersey nonsetop Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/August_24 ====================================================================== Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead Twitter e-Leadership: http://twitter.com/sabdaleadership ______________________________________________________________________ Redaksi e-Leadership: Desi Rianto dan Sri Setyawati Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-Leadership 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ==================================**==================================
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |