Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/77

e-Leadership edisi 77 (25-8-2010)

Pelajaran Kepemimpinan dari Yosua (II)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI AGUSTUS 2010============

                 PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI YOSUA (II)
                     e-Leadership 77 -- 25/08/2010

  DAFTAR ISI
  EDITORIAL
  ARTIKEL: Kepemimpinan Yosua
  KUTIPAN
  JELAJAH BUKU: Prioritas, Mana yang Lebih Dulu?
  PERISTIWA

==================================**==================================
EDITORIAL

  Shalom,

  Dalam setiap pencapaian kesuksesan selalu ada harga yang harus
  dibayar. Walaupun demikian, tidak semua pemimpin yang berani meraih
  kesuksesan ketika tahu bahwa risiko atau harga yang harus dibayar
  sangat besar. Kemungkinan hal inilah yang sering menjadi sebuah
  penghambat untuk maju. Yosua merupakan tokoh militan kepemimpinan
  yang berani mengambil risiko berkaitan dengan keputusan besar yang
  diembannya untuk menjadi seorang pemimpin bangsa Israel menuju tanah
  perjanjian yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Dia berani bayar harga
  demi mencapai garis akhir bangsanya yang telah berputar-putar di
  gurun pasir berpuluh-puluh tahun lamanya.

  Sebagai seorang yang masih muda, ada rasa tidak percaya diri ketika
  harus menggantikan pemimpin seperti Musa yang notabene telah
  memiliki nama besar sebagai pemimpin yang disegani dan dihormati
  oleh bangsa Israel maupun bangsa-bangsa lain. Bagaimanakah Yosua
  mampu mengatasi situasi dan kondisi gejolak dalam dirinya dalam
  menjalani masa-masa transisi tongkat estafet kepemimpinan Musa?
  Apakah rahasia Yosua sehingga ia dapat melanjutkan kepemimpinan
  dari seorang yang lebih senior dan lebih piawai dalam masalah
  kepemimpinan? Kami ajak Anda untuk membaca artikel e-Leadership di
  bawah ini yang akan membawa Anda untuk memahami dan mengerti lebih
  jauh lagi tentang metode Yosua dalam menerapkan kepemimpinannya
  untuk memimpin bangsa Israel serta menerapkannya untuk orang
  Kristen serta gereja masa kini. Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Leadership,
  Desi Rianto
  < ryan(at)in-christ.net >
  http://lead.sabda.org
  http://fb.sabda.org/lead

==================================**==================================

     Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia,
        hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah
          diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah
                    dengan syukur. (Kolose 2:7)
            < http://alkitab.sabda.org/?Kolose+2:7 >

==================================**==================================
ARTIKEL

                           KEPEMIMPINAN YOSUA

  Salah satu di antara sekian tokoh dalam Perjanjian lama yang
  ditulis dengan laporan yang lebih lengkap dan detail adalah Yosua.
  Kepemimpinan Yosua kaya akan teladan-teladan rohani bagi orang
  Kristen atau gereja, khususnya dalam bidang kepemimpinan.

  DASAR PEMILIHAN YOSUA SEBAGAI PEMIMPIN

  Nama Yosua dalam bahasa Ibrani sebenarnya adalah Hosea yang artinya
  "keselamatan" (Bilangan 13:8), tetapi Musa kemudian menambahkan nama
  ilahi dan menyebutnya "Yehosyua" (Bilangan 13:16) yang artinya
  "TUHAN adalah keselamatan" atau "semoga TUHAN menyelamatkan"; dalam
  bahasa Aram "Yesyu" (Yeshua); dalam bahasa Yunani "Iesous" (Yesus),
  dan dalam bahasa Indonesia menjadi "Yosua". Tidak ada informasi
  tentang mengapa Musa menambah nama ilahi dan menyebutnya demikian.
  Mungkin karena Musa melihat bahwa Yosua tokoh potensial yang akan
  memimpin Israel sebagai wujud dari "TUHAN adalah keselamatan".
  Walaupun alasannya tidak jelas, tetapi ada beberapa hal yang dapat
  dijadikan acuan sebagai indikasi bahwa Yosua berpotensi menggantikan
  Musa memimpin Israel memasuki Kanaan.

  Garis Keluarga Yosua

  Ayah Yosua adalah Nun dan kakeknya adalah Elisama yang merupakan
  kepala suku Efraim di padang gurun (Bilangan 1:10; I Tawarikh 7:27).
  Berarti, Yosua adalah keturunan Yusuf yang notabene memunyai wibawa
  terbesar dalam sejarah Israel pada waktu itu karena Yusuf merupakan
  pemimpin besar di Mesir. Pada saat Israel keluar dari Mesir,
  tulang-tulang Yusuf sedang dibawa oleh orang Israel untuk dikuburkan
  di tanah Kanaan (Yosua 24:32). Dengan kenyataan itu maka dapat
  dikatakan bahwa Yosua pada waktu itu menyandang kharisma
  kepemimpinan dari kakeknya, terlebih dari Yusuf sendiri.

  Karakter Yosua

  Yosua dilahirkan dan dibesarkan di Mesir, Yosua dipilih oleh Musa
  untuk menjadi pembantu pribadinya sejak usianya masih muda (Keluaran
  33:11; Bilangan 11:28). Pada peristiwa keluarnya bangsa Israel dari
  Mesir, usianya kira-kira 30 tahun. Yosua selalu mendampingi Musa
  dalam aktivitas kepemimpinan Musa. Di sinilah nampaknya terjadi
  banyak pembentukan terhadap karakternya.

  Yosua adalah seorang pemberani dan berjiwa pemimpin, hal itu
  ditunjukkannya dengan memimpin pasukan orang Israel dalam melawan
  orang Amalek (Keluaran 17:8-13) dan juga pada waktu diutus menjadi
  pengintai ke tanah Kanaan (Bilangan 13:8).

  Yosua adalah seorang yang setia dan sabar, hal itu ditunjukkannya
  ketika mendampingi Musa di Gunung Sinai (Keluaran 24:13) dan
  tugasnya sebagai pengurus kemah suci (Keluaran 33:11).

  Yosua adalah seorang yang taat dan beriman kepada Allah, hal itu
  ditunjukkan dengan tidak ikut memberikan laporan negatif bersama
  sepuluh pengintai lain yang menyebabkan orang Israel memberontak,
  tetapi justru berbicara kepada orang Israel untuk tidak memberontak
  kepada Tuhan dan tidak takut masuk ke negeri Kanaan (Bilangan 14:5-9).

  Pemilihan Tuhan atas Yosua

  Ada tiga acuan yang mengindikasikan bahwa Yosua dipilih khusus oleh
  Tuhan untuk memimpin Israel.
  1. Yosua dipilih khusus oleh Tuhan untuk menggantikan Musa memimpin
     Israel masuk Kanaan. (Ulangan 31:23)
  2. Yosua ditahbiskan oleh Musa dan dia penuh dengan roh kebijaksanaan.
     (Bilangan 27:18)
  3. Yosua mendapatkan peneguhan oleh Tuhan sendiri untuk memimpin
     Israel. (Yosua 1:2,6)

  KEPEMIMPINAN YOSUA

  Yosua ditahbiskan menjadi pemimpin Israel menggantikan Musa di
  dataran dekat sungai Yordan pada saat usianya 70 tahun. Hal ini
  menunjukkan bahwa selain Yosua berpotensi ia juga memiliki
  kualifikasi untuk memimpin seperti dituliskan di atas. Dari segi
  usia pun, Yosua sudah matang untuk memimpin.

  Tujuan Kepemimpinan Yosua

  Dalam kepemimpinannya Yosua memunyai tujuan yang jelas, yaitu
  tujuan yang berorientasi pada petunjuk Tuhan (Yosua 1:2b) untuk
  membawa orang Israel ke Kanaan. Namun tujuannya bukan hanya sampai
  kepada wilayah teritorial melainkan juga bagaimana agar Israel
  tetap menjadi umat Tuhan yang setia. Cara yang dilakukan oleh Yosua
  untuk mencapai tujuan itu adalah sebagai berikut.

   1. Mempertahankan sistem organisasi yang diwariskan oleh Musa.
      (23:2)

   2. Memasuki, menaklukkan, dan menduduki Kanaan.
      Secara teritorial, hal tersebut dilakukannya dengan teliti dan
      hati-hati serta mempelajari strategi perang dan tidak
      sembarangan dalam bertindak (2:1). Hal itu terbukti ketika ia
      mengirim pengintai (2:1-24), melawan Ai (8:3-9), juga pada waktu
      melawan lima raja. Yosua memakai strategi menyerang lebih dulu
      secara tiba-tiba sebelum diserang (10:9) juga pada waktu melawan
      raja-raja bagian utara (11:7). Dalam setiap peperangan, Yosua
      sendirilah yang memimpin (8:1-29) dan Yosua tetap berpegang
      teguh pada perintah Tuhan untuk menghalau musuh (10:22-27, 11:15,20).

   3. Mengingatkan orang Israel untuk hidup dalam kekudusan (3:5).
      Untuk menjaga kesetiaan orang Israel terhadap Tuhan, Yosua juga
      menguduskan orang Israel dengan menyunat mereka (5:2), membuat
      mezbah di gunung Ebal (8:30), dan membacakan perkataan hukum
      Taurat (8:34-35). Dia memberikan pesan rohani kepada suku Ruben,
      Gad, dan sebagian suku Manasye sebelum mereka kembali ke tanah
      pusaka di seberang sungai Yordan di tanah Gilead agar mereka
      setia kepada Tuhan (22:5-6). Sampai masa tuanya pun Yosua selalu
      mengingatkan orang Israel untuk melakukan perintah Tuhan (23:6),
      bahkan dia memperbarui perjanjian di Sikhem (24:25-28).

   Hubungan-Hubungan dalam Kepemimpinan Yosua

   Hal lain yang membuat Yosua berhasil dalam kepemimpinannya adalah
   karena adanya hubungan-hubungan yang terjalin harmonis dengan 4
   hal, yaitu:

   1. Hubungan dengan Tuhan.
      Hal yang sangat menonjol dari hubungan Yosua dengan Tuhan yang
      menunjukkan kehidupan rohani yang prima adalah Yosua selalu
      mendengar suara Tuhan dan melakukan apa yang difirmankan oleh
      Tuhan. Setidaknya ada 14 kali Tuhan berbicara kepada Yosua
      sepanjang kitab Yosua, yaitu:

      a. perintah supaya bersiap menyeberangi sungai Yordan (1:2, 3:1);
      b. pada waktu akan menyeberang dengan mengangkat tabut perjanjian
         (3:8);
      c. memilih 12 orang untuk mengambil batu di dasar sungai Yordan
         (4:1-2);
      d. memerintahkan para imam supaya naik dari sungai Yordan (4:16);
      e. perintah untuk membuat pisau dan menyunat orang Israel di
         Gilgal (5:2);
      f. pada waktu bertemu dengan Panglima Bala Tentara Tuhan untuk
         melepas kasutnya (5:15);
      g. perintah untuk mengelilingi kota Yerikho (6:2-5);
      h. pada waktu dia berkabung karena kalah dari Ai (7:10,13);
      i. perintah untuk menyerang Ai (8:1);
      j. perintah untuk mengacungkan lembing sebagai tanda bahwa Ai
         diserahkan kepada Israel (8:18);
      k. Tuhan menyerahkan lima raja kafir untuk diperangi (10:8);
      l. Tuhan menyerahkan raja-raja utara (11:6);
      m. firman Tuhan tentang daerah yang belum direbut dan perintah
         untuk membagi undi atas 9 suku dan setengah suku Manasye
         (13:1-7); dan
      n. perintah untuk mendirikan kota perlindungan (20:1).

      Semua yang difirmankan Tuhan itu dilakukan oleh Yosua. Yosua
      juga memiliki motivasi hati yang murni di hadapan Tuhan dalam
      kepemimpinannya, yaitu seorang yang tidak mau mencuri kemuliaan
      Tuhan. Yosua selalu menyatakan dengan jelas bahwa Tuhanlah yang
      menghalau musuh dan bukan karena kemampuannya sebagai pemimpin
      (3:10); pada waktu dia mendirikan mezbah setelah orang Israel
      menyeberangi sungai Yordan yang menjadi kering, hal itu
      dilakukannya untuk menyatakan dan mengingat bahwa Tuhanlah yang
      telah melakukannya (4:21-22). Dia sangat tidak ingin kalau
      karena Israel nama Tuhan tidak dimuliakan, misalnya pada waktu
      orang Israel dikalahkan oleh Ai (7:7-9).

      Yosua juga seorang pemimpin yang selalu bersikap hormat pada
      Tuhan. Hal ini terlihat pada waktu dia bertemu dengan Panglima
      Bala Tentara Tuhan, dia bersikap hormat bahkan menyembah dengan
      mukanya sampai ke tanah (5:14). Tentang menghormati Tuhan ini
      juga ditunjukkannya bukan hanya dalam sikap fisik melainkan juga
      dalam sikap hati, hal itu terlihat dalam kasus Akhan pada waktu
      dia berkata kepada Akhan "hormatilah Tuhan" (7:19).

      Yosua juga memunyai komitmen yang sangat kuat untuk tetap
      mengikut Tuhan. Hal itu ditunjukkan oleh Yosua sejak dari masa
      mudanya, khususnya setelah dipilih oleh Musa untuk menjadi
      pembantu pribadinya sampai masa tuanya. Pernyataannya yang
      menunjukkan komitmennya sangat jelas dalam pasal 24:15: "Tetapi
      aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan." Jika
      memerhatikan keseluruhan pasal 24, terlihat dengan jelas bahwa
      kerinduan Yosua adalah bukan hanya dia dan keluarganya tetapi
      bagaimana agar komitmen itu juga menjadi komitmen dari seluruh
      Israel untuk selalu setia kepada Tuhan. Hal yang sangat terlihat
      dari kehidupan rohani yang prima dari Yosua adalah pada waktu
      matahari dan bulan berhenti di lembah Ayalon (10:12-15).

   2. Hubungan dengan orang yang dipimpin.

      Yosua memerhatikan hal yang dibutuhkan oleh orang yang dipimpin
      (1:11); Yosua menjaga dan mengimbau kekompakan orang yang
      dipimpin (1:12-15, 22:8); Yosua juga menjadi pemimpin yang
      berwibawa di hadapan orang Israel (1:16-18) yang perintahnya
      didengar yang pasti didasarkan pada teladan hidup rohani yang
      baik; menegur dan memberi sangsi kepada orang yang dipimpin yang
      melakukan dosa dan bertindak tegas terhadapnya (7:24-25); Yosua
      bertindak adil terhadap orang yang dipimpin (14:1-2,18:6,8,10);
      dan Yosua memberi perintah sesuai dengan petunjuk Tuhan (1:10-11)

   3. Hubungan dengan para pemimpin.

      Yosua selalu melibatkan para pemimpin yang lain dalam
      pengambilan keputusan (14:1-2, 18:6,8,10).

   4. Hubungan dengan diri sendiri.

      Yosua menjadi seorang pemimpin yang menguatkan dan meneguhkan
      hati dengan sungguh-sungguh (1:6,7), dan tidak kecut dan tawar
      hati (1:9), hal itu dilakukannya sesuai dengan firman Tuhan
      kepadanya.

   Dampak Kepemimpinan Yosua

   Karena hubungan-hubungan yang terjalin harmonis tersebut di atas,
   khususnya hubungan antara Yosua dengan Tuhan yaitu dengan kehidupan
   rohani yang prima, maka Yosua melihat perbuatan Tuhan seperti yang
   telah dijanjikan bahwa Tuhan memberikan jaminan pemeliharaan dan
   penyertaan-Nya, tetapi bukan hanya kepada Yosua melainkan juga pada
   seluruh Israel, yaitu bahwa "setiap tempat yang akan diinjak oleh
   telapak kakimu Kuberikan kepada kamu" (1:3), dan bahwa "seorangpun
   tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu" (1:5,9)
   Hal tersebut terlihat sebagai dampak dari kepemimpinan Yosua.

   1. Terhadap Tuhan.
      Tuhan dimuliakan dalam kepemimpinan Yosua, karena Yosua selalu
      menyatakan dengan jelas bahwa Tuhanlah yang bekerja di balik
      setiap keberhasilan dan bukan dirinya (3:10, 4:21-23) dengan
      kata lain Yosua memimpin dengan motivasi hati yang murni di
      hadapan Tuhan, pada waktu kalah melawan Ai pun dia takut kalau
      kalau bangsa lain menganggap remeh nama Tuhan (7:7-9).

   2. Terhadap orang Israel.
      Secara teritorial orang Israel di bawah kepemimpinan Yosua
      berhasil memasuki, menaklukkan, dan menduduki tanah Kanaan,
      serta secara rohani kepemimpinan Yosua yang kuat terlihat dari
      kesetiaan orang Israel kepada Allah pada waktu itu (22:9-34),
      bahkan sampai sesudah kematian Yosua mereka masih tetap setia
      kepada Tuhan (24:31).

   3. Terhadap musuh.
      Terungkap dalam pernyataan Rahab bahwa bangsa lain gentar
      terhadap mereka (2:9-11), apalagi setelah mereka mengalahkan
      Yerikho dan Ai (10:1-2), bahkan setelah mereka mengalahkan lima
      raja tidak ada yang berani melemparkan kata-kata ancaman kepada
      mereka (10:21).

   Teladan Bagi Orang Kristen dan Gereja Masa Kini

   Setelah mempelajari tokoh Yosua di atas dengan segala sepak
   terjangnya mulai dari awal sampai akhir, tentunya Yosua dapat
   dijadikan cermin bagi orang Kristen dan gereja pada masa kini,
   khususnya dalam memilih pemimpin dan juga jika dipilih untuk
   memimpin.

   1. Memunyai Dasar Kepemimpinan

      Seorang pemimpin adalah seorang yang memunyai nama baik yang
      muncul dari keutuhan karakternya, dan keutuhan karakter itu
      tidak dihasilkan secara instan melainkan lewat sebuah proses
      penggemblengan, sehingga nantinya muncul karakter pemberani,
      setia, sabar, berjiwa pemimpin, serta taat dan beriman kepada
      Allah. Hal yang indah ialah apabila Tuhan yang menetapkannya
      untuk memimpin, artinya tidak mencari-cari kesempatan dengan
      berbagai cara apalagi jika ada kecenderungan menjadi seorang
      "machiavelis" dengan "menghalalkan segala cara yang penting
      tujuan tercapai", sebaliknya tidak mencari berbagai alasan untuk
      tidak memimpin. Semuanya harus diserahkan kepada kehendak Tuhan.

   2. Memunyai Tujuan yang Jelas

      Seorang pemimpin adalah seorang yang memunyai tujuan yang jelas
      dalam kepemimpinannya, yaitu tujuan yang berorientasi pada
      petunjuk Tuhan. Standar dasar kepemimpinan untuk mencapai tujuan
      mutlak dilakukannya, yaitu: tidak bekerja sendirian melainkan
      merancang dan melaksanakan serta menggerakkan sebuah organisasi
      yang solid; mencari dan menciptakan kiat-kiat khusus sebagai
      strategi untuk mencapai tujuan; menciptakan dan mempertahankan
      komunikasi yang lancar dalam kepemimpinannya supaya tujuan dapat
      dengan mudah tersosialisasi ke bawah.

   3. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Tuhan

      Seorang pemimpin adalah seorang yang mutlak memunyai waktu
      khusus untuk selalu berada di hadirat Tuhan; waktu untuk
      berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam waktu itulah dia
      menyampaikan segala masalah dalam kepemimpinan, pribadi, dan
      keluarganya kepada Tuhan. Ia juga harus memiliki waktu untuk
      mendengar instruksi-instruksi dan nasihat-nasihat dari firman
      Tuhan sebagai kekuatan dalam hidupnya, tentunya jika dia
      melakukan apa yang dikehendaki Tuhan melalui firman-Nya. Dalam
      hubungan dengan Tuhan, dia juga haruslah seorang yang menjadikan
      kepemimpinannya sebagai kemuliaan bagi Tuhan; seorang yang
      menghormati Tuhan dalam seluruh eksistensi hidupnya; dan seorang
      yang mempunyai komitmen yang kuat untuk selalu mengikut Tuhan.
      Semua hal tersebut akan menjadikan dia seorang pemimpin yang
      tidak mudah tergoda dengan berbagai godaan di sekitar
      kepemimpinannya, baik itu godaan materi, godaan seksualitas,
      maupun godaan (untuk mempertahankan) kedudukan.

   4. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Orang yang Dipimpin

      Seorang pemimpin adalah seorang yang menjalin hubungan yang baik
      dengan bawahannya. Hal ini tidak berarti bahwa dia tidak
      berwibawa di hadapan bawahannya, dia harus tetap menjadi seorang
      yang berwibawa, karena wibawa tidak identik dengan otoriter,
      walaupun dalam waktu-waktu tertentu sikap otoriter mungkin
      diperlukan. Dia harus peduli dengan bawahannya; dia harus
      menjaga dan mengimbau kekompakan dalam pekerjaan; menegur orang
      yang salah dan memberikan nasihat-nasihat; dia harus bertindak
      adil, tidak berat sebelah; dan dia memberi perintah sesuai
      dengan firman Tuhan.

   5. Memunyai Hubungan yang Harmonis dengan Sesama Pemimpin

      Seorang pemimpin adalah seorang yang menjaga dengan penuh
      kehati-hatian hubungannya dengan para pemimpin lain dalam
      organisasinya, yang sebenarnya mungkin adalah bawahannya juga.
      Hal-hal yang perlu dilakukannya antara lain: membagi tugas
      kepemimpinan di antara para pemimpin; tidak mengambil keputusan
      sendiri tetapi melibatkan para pemimpin lain; dalam waktu-waktu
      tertentu melaksanakan pendelegasian tugas; dan sebagainya.

   6. Memunyai Hubungan Harmonis dengan Diri Sendiri

      Seorang pemimpin adalah seorang yang melihat dirinya sendiri
      secara proporsional. Artinya selain dia menyadari akan kekuatan-
      kekuatan dalam dirinya ia juga mutlak perlu menyadari
      kekurangan-kekurangan dalam dirinya. Hal ini akan membuat dia
      menjadi seorang pemimpin yang tidak sombong tetapi juga tidak
      minder. Ia perlu mencontoh apa yang dilakukan oleh Yosua, yaitu
      menguatkan dan meneguhkan hati dengan sungguh-sungguh serta
      tidak kecut dan tawar hati, dia menjalankan kepemimpinan sesuai
      dengan kehendak Tuhan.

   7. Menghasilkan Dampak Kepemimpinan yang Positif

      Seorang pemimpin adalah seorang yang pada akhirnya menimbulkan
      dampak-dampak positif dari kepemimpinannya. Ada dua hal utama
      yang harus dihasilkan dari kepemimpinannya. Pertama, melalui
      kepemimpinannya nama Tuhan dimuliakan, karena sejak awal dia
      melandasi dan menjalankan kepemimpinannya di dalam Tuhan; kedua,
      tujuan dari organisasi tercapai, yang tentunya membawa sejahtera
      bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi sesama
      pemimpin dan semua orang yang dipimpinnya.

   Penutup

   Yosua memimpin orang Israel selama sekitar 20 tahun dan Yosua
   meninggal dalam usia 110 tahun (24:29). Pada permulaan kitab Yosua,
   Yosua hanya disebut sebagai "abdi Musa" (1:1) tetapi pada bagian
   akhir dari kitab Yosua, Yosua disebut sebagai "hamba Tuhan" (24:29)
   artinya bahwa pada akhirnya Yosua disejajarkan dengan Musa (1:1).
   Penyejajaran Yosua dengan Musa tidak terjadi secara instan tetapi
   melewati suatu proses yang panjang, khususnya dalam hubungan
   rohaninya dengan Tuhan. Mungkin di awal dari kepemimpinan Yosua
   tidak semua orang Israel yakin bahwa Yosua pantas menggantikan
   Musa, tetapi dengan kenyataan seperti dituliskan dalam kitab Yosua
   ini mereka pada akhirnya akan berkata bahwa Yosua pantas
   menggantikan Musa sebagai pemimpin Israel yang membawa Israel
   memasuki Kanaan, menaklukkan Kanaan, dan menduduki Kanaan; bahkan
   jasanya yang lebih besar adalah membuat Israel menjadi umat Tuhan
   yang taat kepada Tuhannya, paling tidak selama dan beberapa waktu
   setelah kepemimpinan Yosua. Berkat rohani dari kehidupan Yosua
   memang sangat luar biasa dan sangat melimpah; prinsip-prinsipnya
   sangat jelas, khususnya dalam bidang kepemimpinan. Sangat baik jika
   dalam bidang kepemimpinan seorang Kristen atau Gereja merasa
   mendapat berkat dari kepemimpinan Yosua. Tetapi seperti Yosua,
   hendaknya kita menerapkan prinsip-prinsip itu dengan segala
   dinamika di dalamnya, bahwa kepemimpinan juga itu pasti tidak bebas
   dari setiap masalah, karena hal itu adalah sebuah realita. Marilah
   kita menjadi pemimpin-pemimpin yang seperti Yosua, yang tetap dalam
   komitmen untuk selalu berhubungan dengan Tuhan.

   Diambil dan disunting seperlunya dari:
   Judul artikel: Yosua
   Nama situs: Djefri E. Kansil
   Penulis: Djefri E. Kansil
   Alamat URL: http://jkansil.wordpress.com/2008/10/08/yosua-oleh-
               djefri-e-kansil/

==================================**==================================
KUTIPAN

               Seseorang tidak akan menjadi pemimpin besar
      jika melakukan segalanya sendiri atau memonopoli penghargaan.
                           (Andrew Carnegie)

=================================**===================================
JELAJAH BUKU

   Judul buku: Prioritas: Mana yang Lebih Dulu?
   Judul asli: Balancing Life`s Demands
   Penulis: J. Grant Howard
   Penerbit: Penerbit Yakin, Surabaya 1984
   Ukuran: 12 x 18,5 cm
   Tebal: 155 halaman

   Siapa pun, apa pun, di mana pun, kapan pun, dan bagaimanapun juga
   kita tidak akan luput dari yang namanya membuat pilihan. Ada
   pilihan yang baik dan ada yang jahat; ada yang dapat ditunda tetapi
   ada pula yang wajib dipilih; mulai dari hal-hal yang dianggap
   sepele sampai hal-hal yang mendesak dan menentukan kita terus
   diperhadapkan dengan pilihan. Di setiap aspek kehidupan ada
   pilihan-pilihan, termasuk dalam dunia usaha. Apakah kita memilih
   menyerah saat usaha kita mengalami kelesuan atau akan terus
   berjalan dan berusaha sekuat tenaga hingga berhasil?

   Sebagai seorang Kristen tentu saja cara pandang kita terhadap
   kehidupan ini berbeda dengan orang-orang non-Kristen. Pilihan yang
   mana yang akan kita prioritaskan dan bagaimana kita menentukan
   keputusan tentu akan disesuaikan dengan pimpinan Tuhan. Pada
   umumnya orang akan membuat daftar prioritas, siapa dan apa yang
   akan kita utamakan. Misalnya, Allah, keluarga, gereja, baru
   pekerjaan/usaha. Akan tetapi, J. Grant Howard -- penulis buku
   "Prioritas: Mana yang Lebih Dulu?" -- mengungkapkan bahwa tidak
   mungkin kita membuat daftar prioritas semacam itu. Selain sulit
   untuk dijelaskan, hal itu juga sulit dimengerti. Menurutnya,
   Alkitab tidak memberikan sesuatu yang biasa kita sebut sebagai
   "daftar prioritas". Sebaliknya Alkitab menekankan pada pentingnya
   berbagai relasi yang kita miliki serta tanggung jawab kita atas
   berbagai relasi tersebut. Jika dilihat sepintas, buku ini tampaknya
   tidak memiliki keterkaitan dengan pengembangan diri dalam usaha.
   Tapi, jangan salah! Dasar-dasar alkitabiah yang termaktub dalam
   buku ini serta penjelasan-penjelasan Howard secara keseluruhan
   sebetulnya sangat berhubungan dengan dunia usaha, terutama di
   bagian III bab 10 (Anda dan Pekerjaan Anda).

   Pada bagian-bagian awal, Anda dapat mempelajari bagaimana melihat
   ulang tahap-tahap prioritas dan pada bagian terakhir Anda diajak
   menyelidiki relasi dan tanggung jawab. Uraian penjelasan
   dikelompokkan dalam 3 bab besar dan 15 pasal. Dengan mempelajari
   siapa kita dan relasi kita dengan Allah, sesama, gereja, dan
   negara, kita dibimbing untuk mengembangkan diri secara berkualitas
   sehingga Anda bisa mengembangkan usaha Anda. Jadi buku ini tidak
   menjelaskan secara langsung mengenai metode, tip, atau trik untuk
   mengembangkan usaha Anda namun mengembangkan diri Anda sehingga
   Anda mampu mengambil tindakan untuk mengembangkan usaha Anda.

   Buku "Prioritas: Mana yang Lebih Dulu?" tidak secara khusus
   diluncurkan untuk kelas pembaca tertentu. Dengan demikian buku ini
   akan sangat mudah dibaca oleh semua kalangan. Selain itu, buku ini
   cukup membantu mengarahkan kita dalam membuat keputusan, apalagi
   bagi Anda yang sedang bimbang untuk menentukan apa yang akan Anda
   prioritaskan. Selamat membaca.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: http://gubuk.sabda.org
Alamat URL: http://gubuk.sabda.org/prioritas%3A_mana_yang_lebih_dulu%3F
Diulas oleh: Sri Setyawati

======================================================================
PERISTIWA

   24 Agustus...

   1. 1456 ­ Alkitab Gutenberg selesai dicetak.
   2. 1511 ­ Afonso de Albuquerque dari Portugal menaklukkan Malaka.
   3. 1932 ­ Amelia Earhart menjadi wanita pertama yang terbang dari
             Los Angeles ke New Jersey nonsetop

   Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/August_24

======================================================================
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead
Twitter e-Leadership: http://twitter.com/sabdaleadership
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Desi Rianto dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Leadership 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org