Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/86 |
|
e-Leadership edisi 86 (10-1-2011)
|
|
==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI DESEMBER 2010============ KEPEMIMPINAN KRISTEN DAN PENGARUHNYA DI ABAD XXI (I) e-Leadership 86 -- 10/01/2011 DAFTAR ISI ARTIKEL: KEPEMIMPINAN KRISTEN DAN PENGARUHNYA DI ABAD XXI (I) INSPIRASI: PERINGATAN BAGI PARA PEMIMPIN (MIKHA 3) Shalom, Puji Tuhan, bersyukur karena kasih dan anugerah-Nya semata, kita masih dipertemukan di tahun yang baru ini. Memasuki tahun baru 2011, e-Leadership tampil dengan format baru yang dapat Anda akses melalui versi mobile. Untuk itu, e-Leadership kembali dengan sedikit perubahan. Semoga dengan adanya perubahan ini, e-Leadership menjadi lebih baik dan semakin memberkati Anda. Tahun ini e-Leadership menyajikan satu topik menarik tentang kepemimpinan dalam setiap edisi bulanannya. Sebagai edisi awal tahun baru, Redaksi e-Leadership menyajikan topik "Kepemimpinan Kristen dan Pengaruhnya di Abad XXI". Dalam artikel ini ditegaskan bahwa setiap pemimpin Kristen harus dapat melaksanakan tanggungjawabnya sebagai garam dan terang bagi dunia. Bagaimana peran kepemimpinan Kristen di tengah situasi dunia yang penuh dengan tantangan ini? Tak lupa, kami juga menghadirkan kolom inspirasi bertajuk "Peringatan Bagi Para Pemimpin!" (Mikha 3), yang akan memperlengkapi Anda dalam pelayanan Anda khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan Kristen. Tuhan memberkati. Pimpinan Redaksi, Desi Rianto < ryan(at)in-christ.net > < http://lead.sabda.org > Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.(Matius 5:16) < http://alkitab.sabda.org/?Matius+5:16 > ARTIKEL: KEPEMIMPINAN KRISTEN DAN PENGARUHNYA DI ABAD XXI (BAGIAN I) Pendahuluan Abad XXI atau milenium III ini telah merekah dan sedang kita jalani. Suatu kecenderungan atau tren yang dapat diprediksi bahwa abad ini ditandai dengan mekanisme kehidupan global yang kompleks yang berujung pada tantangan yang semakin kompleks pula. Gereja sebagai "Societies Deo" (Umat Tuhan, Red) di tengah masyarakat makro diperhadapkan dengan tantangan tersendiri yang khas dengan beragam masalah yang ditimbulkannya pula. Menyikapi kondisi ini, sungguh bijak apabila kita merenungkan kata-kata hikmat Martin Luther yang mengatakan, "Kita tidak dapat melarang burung-burung beterbangan di atas kepala kita, tetapi kita dapat menghalau mereka jika ada yang mau membuat sarang di atas kepala kita." Dari perspektif ini, dapatlah dikatakan bahwa kita tidak dapat menghalangi tantangan atau sumber tantangan yang menghadang kita, tetapi kita dapat dan perlu mengambil sikap untuk menghadapi serta memberi jawaban terhadap setiap tantangan yang ada. Memanfaatkan momentum perhelatan dalam kancah sejarah abad XXI ini, di depan kita terlihat jelas tanggung jawab kepemimpinan dan tantangan yang harus diemban di abad ini. Kita perlu mengajukan suatu pertanyaan realistis, "Dapatkah para pemimpin Kristen melaksanakan tanggung jawab kepemimpinannya sedemikian rupa sebagai "garam dan terang" dunia yang dapat menggarami dan menerangi dunia dengan pengaruh serta nilai positif?" Pertanyaan yang diajukan ini menyodorkan kepada kita tantangan sekaligus tanggung jawab untuk memberikan jawaban yang tuntas sebagai pertanggungjawaban iman kepada Allah yang menempatkan kita ke dalam dunia sebagai komunitas iman. Mengamati dari sudut pandang atau perspektif kemanusiaan, kondisi gereja yang sering disebut minoritas dan semakin terpuruk akibat tantangan dalam konteks kehidupannya, orang boleh saja bersikap pesimistis dan berbicara dengan nada miris. Akan tetapi, dilihat dari sudut pandang Allah, dapat dipastikan bahwa tantangan kepada gereja yang harus disambut sebagai "critical testing of faith" (ujian kristis terhadap iman, Red) yang menuntun kita kepada kenyataan bahwa gereja akhirnya menemukan dan membuktikan dirinya sebagai "Victorius Church" (Gereja yang Menang, Red). Dengan demikian, bagi kita ada optimisme untuk mengatakan bahwa gereja dan kepemimpinan Kristen dapat mewujudkan pengaruhnya sebagai garam dan terang bagi dunia ini. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa oleh rahmat Allah, kita yakin bahwa pemimpin atau kepemimpinan Kristen dapat mengungguli tantangan di abad XXI ini dengan membawa pengaruh positif, karena didasarkan atas kebenaran: Pertama, pemimpin Kristen terpanggil oleh Allah dengan integritas kepemimpinan yang lengkap untuk memimpin. Kedua, pemimpin Kristen diteguhkan oleh Allah dengan kapasitas kepemimpinan yang tangguh untuk memimpin. Ketiga, pemimpin Kristen dijamin oleh Allah dengan kapabilitas kepemimpinan yang penuh untuk memimpin. Pemimpin Kristen Terpanggil oleh Allah dengan Integritas Kepemimpinan yang Lengkap untuk Memimpin. Kepemimpinan Kristen didasarkan pada sikap pesimistis yang mendasar, yaitu Allah yang oleh kehendak-Nya berdaulat telah menetapkan dan memilih setiap pemimpin Kristen pada pelayanan untuk memimpin. Pesimisme ini ditegaskan oleh J. Robert Clinton yang mengatakan, "Pemimpin Kristen ialah seseorang yang dipanggil Allah sebagai pemimpin, yang ditandai dengan kapasitas memimpin, tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja), untuk mencapai tujuan-Nya bagi dan melalui kelompok ini" (Clinton 1989:36). Apa yang diungkapkan oleh Clinton di atas memiliki beberapa implikasi penting yang harus dicermati, antara lain: Pertama, panggilan Allah kepada seseorang untuk menjadi pemimpin adalah bersifat mutlak (Yohanes 3:27), bahwa panggilan Allah merupakan dasar kepemimpinan seorang pemimpin. Karena Allah memanggil, maka mereka yang terpanggil menemukan diri mereka terpanggil pada tugas kepemimpinan. Panggilan Allah ini adalah panggilan khusus, Ia oleh rahmat-Nya memanggil seseorang menjadi pemimpin, yang diawali dengan panggilan (Band. Yohanes 15:16, 10:28, 29; Roma 12:8; Efesus 4:11-16; Keluaran 18:17-21; dan Kisah Para Rasul 6:1-7). Panggilan Allah sebagai bagian dari karya penyelamatan-Nya yang membebaskan manusia dari dosa adalah dasar bagi integritas diri seorang pemimpin Kristen. Seorang pemimpin Kristen disebut baik, setia jujur, rajin, tahan uji, memunyai mental, bermoral, berakhlak, terpuji, dan sebagainya bukan karena ia memang baik, tetapi karena ia adalah orang berdosa yang telah ditebus oleh Kristus. Kenyataan inilah yang menyebabkan penulis menegaskan dalam tulisan "Kepemimpinan yang Dinamis" bahwa "positive attitude atau positive thinking" (sikap atau pikiran positif, Red) tidak dimiliki oleh seseorang dengan sendirinya. Seorang berdosa menjadi positif, karena ia telah ditebus oleh Kristus dari dosa dan telah diampuni, di mana pertobatan adalah wahana yang memungkinkan ia mengalami pengampunan dari Allah yang menjadikannya manusia baru dengan hidup dan sikap serta pengalaman yang positif (2 Korintus 5:17; Efesus 2:6-11; 1 Yohanes 1:9). Panggilan untuk masuk dalam karya penyelamatan Allah memberi dasar bagi integritas dan kredibilitas diri seorang pemimpin. Dengan integritas dan kredibilitas yang tinggi, maka hidup rohani, etis, dan moral pemimpin akan menunjukkan karakter yang agung. Ia dapat disebut sebagai figur yang memimpin seperti Kristus -- seorang pemimpin yang memiliki kehidupan yang menempatkan Kristus sebagai pusat dan di atas segala-galanya seperti yang telah disinggung di atas, yaitu pemimpin yang memahami hakikat dan tanggung jawabnya sebagai landasan untuk berkiprah dalam kepemimpinan Kristen. Kedua, panggilan Allah terhadap pemimpin ini merupakan dasar kekuatan rohani pemimpin. Kekuatan rohani ini merupakan dinamisator demi terwujudnya integritas dan kredibilitas dirinya sebagai pemimpin Kristen. Dalam perspektif Ibrani 13:7, 17, pemimpin seperti ini adalah pemimpin model (pemimpin teladan, Red) dan pemimpin bertanggung jawab yang dapat dijadikan panutan karena ia dengan rendah hati menghidupi dan mempertahankan iman yang murni dan melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan penuh tanggung jawab. Sebagai pemimpin, ia dianggap kompeten dalam bidang hidup rohani, karena kuasa penebusan Kristus oleh Roh Kudus yang berkarya di dalam dirinya, dan dinamika rohani yang mendewasakan dan menjadikannya sebagai pemimpin rohani yang andal. Pada sisi lain, sebagai pemimpin bertanggung jawab, ia akan terbukti kompeten dengan kinerja yang membawa kebaikan bagi semua pihak dalam kepemimpinannya. Merujuk pada kebenaran yang disinggung di atas, dapatlah ditegaskan di sini bahwa dengan integritas dan kredibilitas diri yang tinggi dari seorang pemimpin, ia dapat mencerminkan kehidupan berakhlak dan bermoral tinggi yang bermuara pada karakter yang tinggi pula. Karakter rohani seperti ini memiliki aroma yang kuat, sehingga dalam hubungan sosialnya dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan etika dan moral umat Allah dengan pengaruh yang positif. Dengan demikian, pemimpin Kristen yang memiliki integritas seperti ini akan menemukan bahwa dalam kinerja kepemimpinannya oleh rahmat Allah ia dapat mewujudkan pengaruh positif yang akan meneguhkan orang-orang yang dipimpinnya dengan kehidupan etis dan moral yang bertanggung jawab, sehingga ia disebut kredibel. Pada sisi lain, ia dan orang-orang Kristen yang dipimpinnya dapat menjadi sumber pengaman yang dengan kekuatan positif dapat melebarkan pengaruh yang mengalahkan tantangan etis dan moral yang merongrong serta merusak kehidupan bangsa. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul Jurnal: PELITA ZAMAN, Volume 16, Nomor 2 (Mei 2001) Penulis: Yakob Tomatala Penerbit: Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman, Bandung, 2001 Halaman: 10 -- 12 KUTIPAN "Saya tidak mencoba untuk menari lebih baik dari orang lain. Saya hanya mencoba untuk menari lebih baik dari diri saya sendiri." (Mikhail Baryshnikov) INSPIRASI: PERINGATAN BAGI PARA PEMIMPIN (MIKHA 3) Khotbah Mikha berikutnya ditujukan kepada para pemimpin Israel. Sebagai pemimpin, mereka seharusnya melakukan apa yang adil dan baik bagi rakyatnya. Tetapi kenyataannya mereka justru membenci keadilan, menelantarkan rakyat, dan mencintai kejahatan. Rakyat dieksploitasi untuk kepentingan dan kepuasan mereka. Tidak ada sedikit pun kesadaran mereka untuk bertindak demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Renungkanlah ilustrasi yang dipakai Mikha untuk menggambarkan eksploitasi yang dilakukan para pemimpin terhadap rakyatnya (2-3). Rakyat harus menanggung derita dan sengsara demi menanggung sepak terjang pemimpin bangsa yang ambisius dan serakah. Kelaliman para pemimpin bangsa ini ternyata tidak hanya membuat rakyat menderita fisik, tapi juga menderita secara mental dan rohani. Para nabi yang diharapkan membela, menghibur rakyat, dan menentang tindakan para pemimpin yang jahat dengan mewartakan firman Allah, bertindak sebaliknya. Firman yang mereka beritakan justru membenarkan dan seakan-akan mengesahkan tindakan para pemimpin yang korup. Mereka melakukan itu semua semata-mata demi keuntungan dan kekayaan pribadi (9-11). Jika keadaan sudah demikian, kemana lagi rakyat akan meminta pertolongan dan perlindungan? Tidak ada! Maka tepatlah jika Mikha menggambarkan rakyat seperti daging yang dipotong-potong dan dicincang. Rakyat tidak lagi berpengharapan untuk merasakan keadaan yang lebih baik, mereka merasakan kehancuran total. Karena itulah, para pemimpin dan nabi akan menghadapi konsekuensi spiritual dan materiil yang berat. Mereka akan kehilangan sumber kekuatan dan penghiburan terbesar ketika malapetaka menimpanya (4). Mereka juga akan kehilangan segala materi (12). Ini merupakan peringatan bagi kita yang diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi seorang pemimpin baik di bidang sekuler maupun spiritual. Apakah dalam menjalankan kepemimpinan, kita selalu dimotivasi oleh kepedulian yang dalam terhadap kesejahteraan orang lain dan kerajaan-Nya? Ataukah kita hanya dimotivasi oleh kepentingan pribadi, kebanggaan terhadap kedudukan, dan nafsu untuk terus berkuasa? Diambil dari: Nama situs: SABDA.org (Publikasi e-SH) Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2000/12/15/ Judul artikel: Peringatan Bagi Para Pemimpin (Mikha 3) Penulis artikel: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 21 Desember 2010 Kontak: < leadership(at)sabda.org > Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit (c) 2011 Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org > < http://fb.sabda.org/lead > Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |