Bahasa dan Bangsa (II)
|
e-Penulis -- Edisi 207, 4 Oktober 2018
|
DARI REDAKSI
Pengguna Bahasa yang Peka akan Perkembangan Bahasa
Sudah tidak asing bagi kita mendengar ungkapan tentang bahasa mencerminkan kualitas suatu bangsa. Semakin berkembang suatu bahasa, seharusnya semakin meningkat juga kualitas suatu bangsa. Dalam edisi e-Penulis kali ini, kita akan belajar lebih mendalam lagi bahwa ternyata tidak hanya bahasa yang dituntut untuk terus berkembang, pemakai bahasa pun harus aktif dalam mendukung perkembangan bahasa tersebut. Karena kalau tidak, perkembangan bahasa itu tidak akan ada gunanya.
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, bagaimanakah seharusnya sikap kita bila dihadapkan pada fakta ini? Melalui sajian di bawah ini, kita akan belajar bagaimana cara meningkatkan kepedulian kita terhadap bahasa Indonesia. Kami berharap, sajian ini tidak hanya berhenti menjadi pengetahuan kita, tetapi bisa diterapkan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang-bidang tertentu. Masih terkait dengan bahasa, tokoh penulis kali ini, Franz Kafka, juga membawa hal baru dalam dunia sastra -- sastra tanpa penafsiran dan yang berdasar pada kenyataan. Bacalah secara lengkap perjalanan hidup dan karyanya di bawah ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.
|
TIP
Peningkatan Kepedulian terhadap Bahasa Indonesia
Sebesar apa pun laju perkembangan kosakata/istilah dipacu dan sistem/kaidah bahasa dimantapkan, serta mutu penggunaannya dalam berbagai bidang ditingkatkan, tetapi kalau masyarakat pendukungnya tidak mau menggunakan hasil pengembangan kosakata/istilah dan pemantapan sistem/kaidah tersebut, upaya pemacuan laju perkembangan kosakata/istilah ataupun pemantapan sistem/kaidah tersebut akan sia-sia. Salah satu upaya untuk menjaga bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa-bahasa utama dunia, bahasa asing, ialah pengukuhan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat pendukungnya, yaitu di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Upaya menanamkan rasa cinta terhadap bahasa kebangsaan itu, antara lain, dilakukan melalui:
1. Peningkatan mutu kampanye "penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar" ke seluruh lapisan masyarakat, dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kampanye itu dilakukan di lingkungan kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh atau yang berhubungan langsung dengan masyarakat, seperti aparatur pemerintah, anggota DPR, guru (termasuk dosen), wartawan (cetak dan elektronik), penulis, dan yang lebih penting dan strategis di kalangan pelajar/mahasiswa.
2. Pemasyarakatan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Selain melalui jalur penyuluhan, dapat dilakukan pula melalui media cetak ataupun elektronik serta media luar ruang, seperti iklan layanan imbauan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dalam upaya penyiapan generasi masa depan, penanaman rasa cinta terhadap bahasa Indonesia dilakukan melalui perbaikan sistem pengajaran bahasa yang lebih menekankan aspek kemampuan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar sehingga mereka memiliki kepekan terhadap estetika dan etika dalam berbahasa Indonesia. Upaya itu juga harus dibarengi dengan penciptaan calon guru profesional yang memiliki kompetensi mengajar di dalam kelas.
3. Minat penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar tersebut dikembangkan pula melalui penyelenggaraan sayembara menulis, baik menulis kreatif maupun menulis karya ilmiah. Di ranah media cetak dan elektronik, melalui Forum Bahasa Media Massa, setiap bulan diadakan diskusi ihwal penggunaan bahasa Indonesia dalam media cetak ataupun elektronik yang selain diikuti kalangan jurnalistik juga diikuti pakar bahasa.
4. Upaya meningkatkan martabat penggunaan bahasa Indonesia dilakukan juga melalui pemberian penghargaan terhadap pengguna bahasa terbaik dari para tokoh pemerintahan ataupun tokoh masyarakat. Pengembangan kreativitas dan daya apresiasi terhadap bahasa di kalangan generasi masa depan dilakukan melalui penyelenggaraan bengkel-bengkel bahasa dan sastra di sekolah-sekolah dengan menghadirkan para penulis nasional ataupun penulis lokal di sejumlah provinsi di Indonesia.
Dalam upaya mengukuhkan komitmen bangsa yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 1928, setiap bulan Oktober diadakan Bulan Bahasa dan Sastra yang kini diselenggarakan di seluruh Indonesia melalui Balai/Kantor Bahasa ataupun di perguruan tinggi dan bahkan di sekolah.
Audio Peduli Bahasa
|
Tokoh
Franz Kafka (1883 -- 1924)
Franz Kafka dilahirkan di Praha, Cekoslovakia, pada 3 Juli 1883. Dia wafat di Wina pada 3 Juni 1924. Kafka merupakan salah seorang penulis terkemuka pada abad ke-20. Berdarah Ceko-Yahudi, dia memperlihatkan suatu corak unik dalam sastra dunia sehingga, tidak diragukan lagi, merupakan salah seorang penggagas dan penemu baru dalam bidang sastra. Hal ini pernah dia ucapkan dalam salah satu tulisannya, "Hemat saya, sebaiknya kita hanya membaca buku-buku yang mencambuk. Kalau buku yang kita baca itu tidak menyadarkan kita, seolah-olah kita ditampar di muka, guna apa kita membacanya? Sekadar untuk menyenangkan hati .... Ya, Tuhan, tanpa buku kita juga bisa senang, dan karangan yang menyenangkan hati kita, kematian seseorang yang amat kita cintai -- seorang yang kita cintai lebih daripada diri kita sendiri, seperti kalau kita dikucilkan ke hutan belantara, jauh dari semua manusia lain, seperti peristiwa bunuh diri. Sebuah buku harus berupa kapak tajam untuk membuka laut beku di hati kita." Pendapat Kafka ini adalah hasil terjemahan E. Korah-Go, sementara terjemahan cerita pendek Di Muka Pengadilan yang dikutip di sini diambil dari Horison, No. 11, Th. XIV, November 1979.
Pengungkapan sastra Franz Kafka adalah pembeberan sebuah dunia. Bentuk ini "baru" dalam sastra dunia. Karya sastra sebelum zamannya merupakan pengungkapan sebuah dunia, refleksi peristiwa, dan tanggapan terhadap peristiwa. Akan tetapi, Kafka membawa dunia baru, tanpa penafsiran, dan menyajikannya sebagai kenyataan. Sebagaimana yang pernah dikatakan Sutardji Calzoum Bachri tentang pembebasan kata dari beban pengertian, "kursi" misalnya, bukan tempat duduk, tetapi sebuah benda yang bernama 'kursi', demikianlah yang Kafka lakukan. Dia menyajikan 'sesuatu', bukan menafsirkannya sehingga pembaca diberi kebebasan mutlak untuk menafsirkannya, sebagaimana dalam bagian cerita pendek Di Muka Pengadilan.
Masa muda Franz Kafka ditandai dengan sifat pemalu dan pemurung. Hidupnya selalu dicekam ketakutan dan kesepian karena ketegangan dengan ayahnya yang sangat keras. Tidak banyak karyanya yang sempat diterbitkan selagi dia hidup. Umumnya, karya-karyanya dipublikasikan setelah dia meninggal, berkat usaha sahabatnya yang juga seorang penulis-komponis berdarah Austria-Yahudi bernama Max Brod (1884 -- 1968). Puisi, cerita pendek, drama, bahkan beberapa cerita panjang ditemukan setelah dia meninggal, sebagaimana beberapa penggalan novel yang belum rampung. Akan tetapi, semua karya Kafka menunjukkan suatu kekuatan senyap yang muncul sebagai arus lahar yang begitu kuat. Penyajian pertentangan watak-wataknya mencirikan pertentangan pribadinya dengan orang tuanya, juga pengungkapannya terhadap lingkungan hidup masyarakat Yahudi di kota Praha, suatu alur yang mampu memperlihatkan ciri prosa dan sastra suatu abad.
Pengaruh Kafka sangat luas, baik di Eropa maupun di Amerika. Bahkan, pengarang drama terkenal, Samuel Beckett (1906 -- 1989), memperlihatkan pengaruh Kafka dalam dramanya yang kesohor, En Ettendent Godot (Menunggu Godot). Pengarang Irlandia ini memperoleh Hadiah Nobel Sastra pada 1969 dengan catatan dari Akademi Swedia, "Untuk karangan-karangannya yang di dalamnya serba kekurangan manusia modern, mendapatkan tempat yang luhur lewat bentuk-bentuk novel dan drama gaya baru." Seharusnya, penilaian ini jatuh pada Kafka jika saja pengarang Polandia-Austria ini sempat menerbitkan karya-karya besarnya selagi dia hidup.
Dalam karya-karya Kafka, muncul absurdisme yang mencirikan aliran absurdisme. Tragedi demi tragedi nasib manusia dilukiskan dengan tenang dan dingin, dan di lain sisi, karya Kafka juga mencirikan aliran ekspresionisme yang berusaha mencari dan menemukan kebebasan mutlak sebagai arti kehadiran dan kemerdekaan. Beberapa karyanya, antara lain: Betrachtung (1913), Der Heizer (1913), Das Urteil (1916), Die Verwandlung (1916), Der Prozess (1925), Das Schloss (1926), America (1927), dan Brief an den Vater (1960). Buku yang disebut terakhir memperlihatkan konflik yang terjadi antara Kafka dan ayahnya yang keras dan otoriter, juga mengungkapkan kekecewaan, ketakutan, dan keterkucilannya di tengah masyarakat yang "lain" karena darah Yahudi yang dia miliki sehingga seolah-olah tanpa tanah air. Suatu tragedi karena sebagai orang Ceko-Yahudi, dia justru menulis dalam bahasa Jerman, seperti halnya pekerjaannya sebagai juru tulis dan bidang tugas yang jauh dari impiannya, tetapi yang pada kenyataannya dia jalani. Hidup Kafka sendiri adalah tragedi, sementara tragedi itu mampu dia refleksikan dalam karya-karya sastra yang cemerlang. Hampir seluruh hidup manusia adalah lambang, sebagaimana Kafka adalah lambang absurditas; seperti halnya lambang penantian panjang dalam Di Muka Pengadilan yang dimuat di sini sebagai salah satu ciri absurdisme yang dibawa Franz Kafka.
Diambil dari: |
Judul buku |
: |
Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Dunia |
Judul artikel |
: |
Franz Kafka (1883-1924) |
Penulis |
: |
Korrie Layun Rampan |
Penerbit |
: |
PT Grasindo |
Halaman |
: |
151 -- 153 |
|
RESENSI BUKU
God Is Dead! [Isn't He?]
|
Judul buku
:
God Is Dead! [Isn't He?]
Judul asli
:
God Is Dead! [Isn't He?]
Penulis/Penyusun
:
Josua Iwan Wahyudi
Penyunting
:
Vonny C. Thamrin
Penerbit
:
Get Your Wisdom Publishing
Ukuran buku
:
18,8 x 14,5 cm
|
Dalam film Bollywood PK disebutkan: "Ada dua tuhan. Pertama, yang menciptakan kita semua. Dan, kedua, yang diciptakan oleh orang sepertimu (manusia)". Dari kutipan tersebut, ada dua hal penting yang secara umum dapat dipahami, yaitu ada sebagian dari kita yang sepenuhnya meyakini bahwa Tuhan benar-benar ada, tetapi ada sebagian lagi yang meyakini bahwa Tuhan hanyalah "tokoh" imajiner buatan manusia yang digunakan sebagai "alat". Mungkin, sebagian besar manusia menganggap bahwa ada tidaknya Tuhan tidak akan memengaruhi hidupnya, tetapi pada kenyataannya, jawaban pertanyaan tersebut sangat memengaruhi kehidupan manusia, bahkan sejak dahulu kala. Josua Iwan Wahyudi mengajak pembaca untuk mengetahui apakah Tuhan benar-benar ada melalui bukunya God Is Dead! [Isn't He?].
Dalam buku bergenre pop apologetika setebal 72 halaman ini, Josua Iwan Wahyudi mengulas banyak hal seputar iman Kristen yang mungkin sering menjadi bahan pertanyaan kita atau orang-orang yang skeptis dan tidak percaya. Apakah Tuhan sungguh-sungguh ada? Apakah Tuhan benar-benar menciptakan alam semesta? Jika tidak, apa buktinya? Bagaimana seluruh alam semesta bisa memiliki keteraturan meskipun tidak terlihat ada yang mengaturnya? Mengapa manusia dalam sejarah secara keseluruhan selalu menyembah sesuatu? Mengapa manusia memiliki moralitas? Apakah ada "tuhan" yang benar? Apakah Tuhan hanyalah sebuah bentuk self-defense mechanism? Apakah Tuhan benar-benar tidak bisa dijelaskan secara logika, sedangkan semua hal di dunia bisa? Apakah iman itu konyol, tidak seperti ilmu pengetahuan yang memiliki landasan? Jika Tuhan benar-benar ada, mengapa Dia mengizinkan hal buruk terjadi pada orang baik? Semuanya itu akan dijawab oleh penulis yang penjelasannya dibagi ke dalam bab 1 -- 7. Pembagian tersebut akan sangat membantu pembaca untuk berangkat dari hal-hal mendasar agar dapat lebih memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Melalui berbagai ilustrasi, cerita, pertanyaan, pendapat, kesaksian, dan doktrin yang dipercayai dan dicantumkan oleh Josua Iwan Wahyudi, wawasan saya tentang teori duniawi dan hubungannya dengan keberadaan Tuhan mulai terbuka dan mendapat pencerahan. Hal ini berguna bagi saya dalam menjalani kehidupan. Buku yang merupakan karya ke-30 dari Josua Iwan Wahyudi ini adalah buku yang sangat baik untuk kita baca. Tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan skeptis tentang Tuhan dan iman Kristen dengan penjelasan yang masuk akal, buku ini juga dapat menjadi sumber perenungan untuk memperkuat iman kita kepada-Nya.
Peresensi: Tedy
|
|
Ikutilah Diskusi Buku "Beating the Burnout Trap (Mengalahkan Jebakan Kelelahan)" Karya Gerald Rowlands! |
Setiap orang tentunya pernah mengalami kelelahan, bahkan stres, karena banyaknya hal yang harus dipikiran dan dilakukan. Beberapa orang bisa melewati kondisi ini dengan baik, tetapi beberapa orang yang lain semakin terlarut dalam kondisi ini dan sulit mengatasinya. Buku ini berisi panduan bagi orang Kristen yang mengalami jebakan kelelahan. Buku ini terdiri dari sepuluh bab yang merupakan kombinasi kebenaran rohani dengan prinsip praktisnya.
Anda tertarik untuk mendiskusikan buku ini? Silakan bergabung dengan kami di Klub e-Buku SABDA. Diskusi ini gratis dan akan kami mulai pada Senin, 8 Oktober 2018. Daftarkanlah diri Anda ke email penulis@sabda.org atau bergabung di Grup Facebook Klub e-Buku SABDA. Materi diskusi akan kami pasang di dokumen grup secara bertahap supaya Anda bisa membacanya secara langsung.
|
|