ARTIKEL
Adoption (Pengangkatan sebagai Anak)
1. Definisi
Yang dimaksud dengan adopsi di sini adalah bahwa orang percaya secara legal ditempatkan di dalam status sebagai anak-anak Allah. Dengan demikian, ia berhak atas segala sesuatu yang berkaitan dengan status itu.
Katekismus Westminster: "Pengangkatan sebagai anak itu merupakan tindakan Allah untuk memberi secara cuma-cuma yang melaluinya kita menerima bagian dan memiliki seluruh hak istimewa sebagai anak-anak Allah."
Kata Yunani untuk adopsi adalah "HUIOTHESIA". Kata ini dipakai dalam literatur di luar Alkitab untuk menunjukkan pengadopsian secara legal bersama-sama dengan hak pewarisan dan kewajiban seperti dipelihara orangtua angkatnya. Di dalam Perjanjian Baru, kata ini hanya dipakai oleh Paulus dan merujuk kepada tindakan Allah yang menempatkan umat-Nya di dalam status legal sebagai anak. Kata "HUIOTHESIA" ini adalah kata yang secara istimewa digunakan oleh Paulus. Dan, ia menggunakan kata ini beberapa kali dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Inggris dengan "adoption", atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan diterima menjadi anak/diangkat menjadi anak. Kata tersebut berasal dari gabungan dua kata Yunani, yaitu "thesia" yang berarti menempatkan, dan "huios" yang berarti anak.
Jadi, "HUIOTHESIA" berarti anak yang ditempatkan dalam suatu keluarga atau diangkat menjadi anak.
Ada pandangan mengenai persaudaraan universal bahwa semua manusia bersaudara serta ajaran/doktrin kebapaan Allah secara universal (the universal fatherhood of God) atau Allah adalah Bapa dari semua orang. Namun, Alkitab tidak mengajarkan demikian. Allah disebut Bapa secara universal hanya dalam pengertian bahwa Allah adalah Sang Pencipta, maka Ia adalah Bapa dari semua manusia karena Bapa mengandung arti asal pemberi makan/pemelihara (anourisher), pelindung (protector), penopang (upholder), bapa (father), dan asal mula keluarga (the originator of a family). Karena itu, status Saudara harus dipahami sebagai satu bapa, dan hanya umat pilihan yang adalah sesama saudara, di luar itu adalah umat yang ditolak, dan Yesus berkata, "Iblislah bapamu ...." Semua manusia, secara natur, melalui kelahiran secara daging adalah manusia yang telah berdosa. Dan, dosa itu memisahkan kita dari Allah. Seperti Paulus menulis dalam Efesus 2:1, "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu." Jadi, menurut kelahiran dan natur, kita adalah anak-anak yang patut dimurkai dan telah mati oleh karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita. Namun, Roh Kudus telah menghidupkan kita, Ia meregenerasikan kita dan memberikan kelahiran baru kepada kita. Bukan oleh kehendak manusia, bukan oleh keinginan daging, dan juga bukan oleh usaha manusia, tetapi oleh Roh Allah. Dalam kelahiran kembali kita diadopsi atau diangkat atau diterima ke dalam keluarga Allah. Semua orang yang mengenal Allah di dalam Kristus diadopsi ke dalam keluarga Allah. Dan, kita diperlakukan secara istimewa dalam keluarga Allah. Kita diperlakukan secara istimewa sebagai anak. Paulus menegaskan, "Jadi kamu bukan lagi hamba (doulos), melainkan anak (huios); jikalau kamu anak maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:7) Seorang hamba bekerja untuk mendapatkan upah. Namun, walaupun kita bekerja seumur hidup, kita hamba tetap menjadi hamba, dan bukan anak. Seorang hamba dapat bekerja untuk selama-lamanya. Hamba dapat menerima upah untuk selamanya, tetapi tidak akan pernah memperoleh status sebagai anak dan ahli waris dalam keluarga itu. Namun, di dalam Kristus, oleh kasih karunia yang dicurahkan atas kita, kita diadopsi ke dalam keluarga Allah. Bukan dengan pekerjaan atau usaha (kebaikan) kita, kita menerimanya, tetapi itu adalah sesuatu yang Allah lakukan atau kerjakan bagi kita. Ia menanggalkan status kita sebagai hamba, dan mengangkat atau menerima kita sebagai anak dan ahli waris Kerajaan Bapa. Sesungguhnya kita tidak lebih daripada "doulos", kita tidak lebih daripada seorang budak, kita tidak lebih dari seorang pelayan, tetapi kemudian kita diterima/diadopsi menjadi anak. Dan, sebagai anak kita adalah ahli waris Allah melalui Kristus.
2. Dasar Alkitab bagi Ajaran Adoption (Pengangkatan sebagai Anak)
a. Di dalam 1 Yohanes 3:1-2,9: (1) Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. (2) Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. (9) Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.
b. Yohanes 1:12-13: (12) Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. (13) Orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
c. Efesus 1:5: Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.
Ayat ini, menurut beberapa terjemahan lain:
NIV: "He predestinated us to be adopted as his sons through Jesus Christ, in accordance with his pleasure and will." (Ia telah mempredestinasikan kita untuk diadopsi sebagai anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus, sesuai dengan kesenangan dan kehendak-Nya.)
NASB: "He predestinated us to adoption as sons through Jesus Christ to Himself, according to the kind intention of His will." (Ia telah mempredestinasikan kita untuk pengadopsian sebagai anak-anak melalui Yesus Kristus bagi diri-Nya sendiri, sesuai dengan maksud/tujuan yang baik dari kehendak-Nya.)
Dengan demikian, kita melihat bahwa pengadopsian kita menjadi anak-anak Allah berakar pada dekrit kekal Allah dan bertujuan untuk kemuliaan-Nya. Dengan kata lain, "adoption" berakar pada predestinasi.
d. Galatia 4:4-7: (4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. (6) Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa! (7) Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah "melalui Kristus" ? cetak miring ada dalam KJV.
Ungkapan "takluk kepada hukum Taurat" (yaitu di bawah kewajiban untuk menaati hukum Taurat) merujuk kepada ketaatan aktif Kristus kepada hukum Taurat, untuk menebus umat pilihan yang telah dipilih oleh Bapa. Ketaatan Kristus ini sekarang dikaitkan dengan pengadopsian diri kita, yaitu "supaya kita diterima menjadi anak", yaitu agar kita secara legal diadopsi oleh Allah menjadi anak-anak-Nya sehingga menerima segala hak yang berkaitan dengan kondisi/status sebagai anak itu.
e. Roma 8:14-17: (14) Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (15) Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (16) Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. (17) Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Yang Paulus maksudkan dengan "Roh yang menjadikan kamu anak" (ayat 14) adalah Roh Kudus yang memimpin orang-orang percaya. Kita semua yang berada di dalam Kristus telah menerima Roh, yang melalui-Nya kita sekarang dengan penuh sukacita memanggil Allah sebagai Bapa kita. Roh yang sama terus-menerus bersaksi bersama roh kita bahwa kita sungguh-sungguh adalah anak-anak Allah -? suatu kesaksian yang dinyatakan kepada kita melalui Firman, pengalaman dalam hidup ini, kemurahan setiap hari, kekuatan tiap jam, dan sukacita yang terus-menerus ada. Kata bersaksi di sini ditulis dalam bentuk "present tense", yang berarti sebuah tindakan yang berkelanjutan/terus-menerus.
Penerimaan hak kita sebagai anak dimulai dengan penerimaan Roh Kudus yang menerapkan di dalam hati dan kehidupan kita penebusan yang telah didapatkan Kristus bagi kita.
Menurut Ibrani 1:2, Kristus telah ditetapkan oleh Allah sebagai "pewaris segala sesuatu". Warisan milik Kristus itu sekarang menjadi milik kita berdasarkan anugerah. Terdiri dari apakah warisan itu?
Warisan itu berarti:
- Kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Roma 8:17).
- Berhak menerima hidup kekal sesuai dengan pengharapan kita (Titus 3:7).
- Kerajaan Kristus (Efesus 5:5).
- Suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, yang tidak dapat layu (1 Petrus 1:4).
3. Kesimpulan
a. Dari pembahasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semua manusia di dalam Adam adalah manusia berdosa, hamba dan budak dosa, anak-anak Iblis. Namun, semua orang di dalam Kristus adalah manusia baru, anak-anak Allah yang telah ditebus, yang diubah statusnya dari hamba menjadi anak-anak Allah. Atau, dengan kata lain "adoption" mengubah status dari hamba menjadi anak-anak Allah.
b. Pengangkatan sebagai anak diperoleh melalui penebusan Kristus akan orang-orang pilihan yang telah ditetapkan oleh Bapa, dan kemudian diteguhkan oleh Roh Kudus yang meregenerasikan, dan memberikan iman dan memampukan kita memanggil Allah sebagai Bapa kita. Artinya "adoption" tidak terlepas dari pembenaran dan kelahiran baru, orang yang telah dibenarkan, pasti akan diadopsi sebagai anak. Pembenaran adalah sesuatu yang berhubungan dengan hukum, dengan kata lain, pembenaran berhubungan dengan status anugerah, sedangkan regenerasi (kelahiran kembali) berhubungan dengan keadaan di dalam anugerah, yaitu membangkitkan di dalam kita sebuah natur atau karakter baru.
c. Pengangkatan sebagai anak berdampak pada status serta hak-hak yang melekat pada status kita sebagai anak-anak Allah.
Karena itu, berbahagialah dan bersukacitalah kita. Marilah naikkan segala pujian syukur hormat kepada Allah Tritunggal yang Kudus, yang telah memilih kita, menebus kita, dan mengadopsi atau menjadikan kita anak-anak-Nya serta senantiasa hidup bersyukur kepada-Nya. Dan, dengan kepala tegak kita dapat menjalani kehidupan iman kita sambil terus percaya bahwa Allah, Bapa kita, senantiasa memelihara kita anak-anak-Nya. Amin. Soli Deo Gloria.
|