ARTIKEL
Alkitab Satu-Satunya Kebenaran Mutlak
Bagi banyak orang, kebenaran itu relatif, bergantung pada kepercayaan yang dimiliki dan kebenaran itu sering dianggap menjadi mutlak bagi para penganut kepercayaan tersebut. Inilah pengertian banyak orang. Untuk membuktikan apa Alkitab itu satu-satunya kebenaran mutlak, harus dibuktikan dari perkataan Alkitab itu sendiri. Biarlah Alkitab itu membela dirinya sendiri.
Salah satu bagian Alkitab yang sangat penting yang berkaitan dengan topik ini adalah Galatia 1:6-10, di mana Rasul Paulus menegaskan kemutlakan firman yang ia beritakan kepada umat Kristen di Galatia. Ia adalah pemberita firman Tuhan kepada umat Galatia. Mereka mengenal dan percaya kepada Kristus melalui pelayanannya dan tim yang bersama-sama dengannya. Ia dengan kuasa Roh Kudus berkhotbah kepada umat Galatia yang belum pernah mendengarkan siapa itu Yesus. Dan, melalui pemberitaan itu, mereka menerima kebenaran dan percaya serta menjadi pengikut Kristus.
Namun, tidak lama kemudian, Rasul Paulus harus meninggalkan daerah Galatia, dan di saat ketidakhadirannya, sekelompok penganut agama Yudaisme menyelusup masuk dan memengaruhi iman mereka yang masih muda, hingga mereka ingin berbalik kepada Yudaisme yang mengajarkan bahwa percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat itu tidak cukup, tetapi harus ditambah dengan ritual-ritual yang diajarkan Musa di Perjanjian Lama untuk menyempurnakan iman mereka. Mereka juga dipengaruhi mempertanyakan kerasulan yang dimiliki Paulus.
Mendengar apa yang terjadi di Galatia, Paulus merespons dengan menulis surat Galatia ini untuk mengingatkan mereka bahwa ia sungguh-sungguh rasul yang dipilih langsung oleh Kristus sendiri (Galatia 1:1). Namun, ia tidak berlama-lama membela kerasulannya, ia justru memfokuskan apa yang terjadi di gereja itu. Ia tidak mengawali tulisannya dengan ucapan syukur seperti biasa dilakukan dalam tulisannya kepada jemaat yang dirintisnya. Ia mengutarakan kekecewaannya dengan perkataan ini, "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu dan mengikuti suatu Injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus" (Galatia 1:6-7).
Keheranan Rasul Paulus terdiri dari dua hal: pertama, ia heran karena begitu cepat mereka berbalik dari Kristus. Ketika ia ada di Galatia, mereka menunjukkan kesungguhan iman dan kesetiaan mereka pada Kristus. Mungkinkah karena iman mereka begitu muda sehingga begitu mudah diperdaya orang-orang yang sengaja ingin merusakkan iman mereka? Atau, mungkinkah karena sebagian mereka tidak sungguh-sungguh percaya pada Kristus, tetapi hanya merasa percaya pada Kristus? Sepertinya, kedua pertanyaan ini memiliki kemungkinan. Namun, pertanyaan pertama di atas memiliki pengaruh yang lebih besar, khususnya ketika orang-orang yang menyelusup tersebut menyerang kerasulan Paulus dan mempertanyakan statusnya sebagai Rasul Kristus. Jika jemaat Galatia sudah ragu akan kerasulan Paulus, mereka juga akan meragukan berita atau Injil yang diberitakannya. Namun, hal ini ditegaskannya mengenai siapa ia sesungguhnya dan apa Injil yang ia beritakan.
Keheranan Paulus yang kedua adalah mereka begitu cepat mengikuti "suatu Injil lain, yang sebenarnya bukan Injil". Apa sebenarnya "Injil itu"? Ia memberi jawabannya dalam 1 Korintus 15:3b-5, "Bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci."
Singkatnya, Injil itu adalah berita kehidupan, kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Berita dan Injil yang disampaikan Paulus kepada orang-orang Galatia bahwa Injil itu adalah segala sesuatunya yang berhubungan dengan Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Kristus telah mengorbankan diri-Nya sendiri untuk memperdamaikan manusia berdosa dengan Allah. Kristus telah mati di kayu salib menggantikan manusia berdosa dan apa yang telah dilakukan-Nya dalam hidup-Nya, penyaliban-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya telah cukup bagi umat manusia untuk memperoleh hidup yang kekal dan surga. Jika ada suatu ajaran, pandangan, dan pemikiran bahwa manusia tidak cukup percaya pada Kristus untuk memperoleh hidup yang kekal dan surga, tetapi juga harus melakukan amal dan perbuatan baik, hal itu merupakan suatu injil lain yang harus ditolak sebagai kebenaran.
Paulus menegaskan bahwa injil lain tersebut adalah injil yang tidak sama dengan Injil Kristus meskipun memakai nama dan istilah yang sama. Kata "lain" dalam paduan kata "injil lain" adalah kata "heterogen" suatu Injil yang tidak sejenis dan sama. Dengan kata lain, orang-orang yang memengaruhi jemaat Galatia meninggalkan ajaran yang diajarkan Paulus adalah suatu ajaran yang bertolak belakang dengan ajaran Paulus meskipun memakai nama dan istilah yang sama yaitu Injil, tetapi isi atau berita yang disampaikan sangat berbeda dan siapa yang mengikutinya tidak akan memperoleh hidup yang kekal.
Kebenaran di Luar Injil Kristus Bukanlah Kebenaran Mutlak
Rasul Paulus sangat kecewa dengan jemaat Galatia yang membelot kepada injil lain, yang menganggap injil lain lebih baik dari Injil yang diberitakannya. Tetapi kenyataannya, injil lain itu tidak memberikan hidup kekal. Masa sekarang, masa kebebasan berpendapat, namun ketika pendapat itu berkaitan dengan hidup manusia, kita dituntut bersikap hati-hati. Ketika kebebasan berpendapat menduduki mimbar-mimbar gereja, dan kebebasan itu merendahkan dan meremehkan Injil sebagai kebenaran mutlak, di saat seperti itulah umat percaya harus bertindak seperti Paulus, menegakkan kebenaran firman Allah.
Apa yang diajarkan Kristus dan para rasul adalah bahwa menjelang akhir zaman akan semakin banyak penyesat menyelusup masuk ke dalam gereja, yang memberitakan firman Allah sebagai sumber keuntungan, wibawa, dan hormat. Mereka tidak mengindahkan firman Allah, tetapi memperalatnya demi kepentingan pribadi. Bahkan, Yudas (bukan Yudas Iskariot) menuliskannya demikian, "Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus" (Yudas 4).
Siapakah mereka ini? Mereka bisa saja orang-orang yang sangat akrab dengan kita, para pemberita-pemberita firman dari mimbar, namun bukanlah pengikut Kristus. Mereka adalah para pemakai topeng, para serigala yang berbulu domba, yang telah lama ditetapkan Allah untuk dihukum. Mereka ini akan membelotkan firman Allah demi keuntungan pribadi dan merekalah yang menjadikan gereja sebagai ladang kekayaan dan kemakmuran.
Satu hal yang pasti bahwa menjelang akhir zaman Setan (Iblis) akan memakai Alkitab (firman Allah) untuk menipu dan memperdaya manusia, khususnya mereka yang ada di dalam gereja. Setan akan memutarbalikkan maksud dan arti firman Allah sama seperti yang ia lakukan ketika memperdaya Hawa di Taman Eden. Menjelang akhir zaman, Setan (Iblis) akan berjaya menipu dan memperdaya manusia dengan memutarbalikkan firman Allah. Di masa sekarang ini, itu bukanlah sesuatu yang mengherankan. Ada banyak pengkhotbah yang mengklaim telah menerima wahyu dan firman Allah untuk diberitakan kepada jemaatnya. Ada begitu banyak orang yang mengklaim telah bertemu dengan Kristus dan bergandeng tangan dengan Kristus. Ada begitu banyak orang mengklaim bahwa ia telah pulang pergi dari surga dan membawa berita atau misi khusus dari Kristus. Mendengar berita sedemikian hebohnya, berbondong-bondong orang menghadiri pemberitaan itu. Mungkinkah apa yang diberitakan benar-benar firman Allah atau pembelotan firman Allah? Dari mana kita bisa mengetahui semua klaim itu benar atau tidak? Satu-satunya standar yang harus dipakai menguji setiap klaim kebenaran adalah Alkitab itu sendiri. Di luar dari Alkitab, tidak ada standar lain. firman Allah berkata, "Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong" (Roma 3:4).
Jika memang manusia adalah pembohong sekalipun sebagai orang percaya atau pemberita firman, maka perkataan mereka tidaklah mutlak sebagai kebenaran. Yang menjadi standar kebenaran adalah firman yang telah disampaikan Allah sendiri yaitu Alkitab, karena Allah tidak pernah berbohong dan Ia akan selalu benar karena Ia adalah Kebenaran. Umat Kristen harus berhati-hati terhadap setiap klaim yang menyatakan telah menerima wahyu atau kebenaran karena kebenaran satu-satunya yang tidak mengandung kesalahan hanyalah Alkitab. Jemaat Galatia telah dipengaruhi oleh pemberita-pemberita Injil palsu yang pada intinya bukanlah Injil Kristus. Mereka adalah penyesat umat Kristus.
Pemberita "Kebenaran" di Luar Injil Kristus, Terkutuk
Ketika Paulus mengetahui ada jemaat Galatia yang berbalik mengikuti "injil lain" yang sebenarnya bukan Injil, ia mengucapkan perkataan yang mungkin tak seorang pun suka mendengarnya. Dia berkata, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia" (Galatia 1:8).
Dalam pelayanan, Paulus memiliki tim pelayan seperti Timotius, Silas, Titus, Lukas, dll.. Ia ingin memberitahukan bahwa jika seandainya salah satu dari tim ini memberitakan injil yang berbeda dari apa yang telah ia beritakan kepada jemaat Galatia, terkutuklah dia. Ia menganggap hal yang sangat serius tentang pemberitaan "injil lain", maka ia menegaskan jika seandainya ada malaikat dari surga datang dan memberitakan injil yang berbeda dari apa yang diberitakannya, malaikat itu juga terkutuk. Tentu tidak mungkin ada malaikat turun dari surga memberikan injil lain saat ini. Semua malaikat yang di surga adalah malaikat yang setia kepada Tuhan Yesus. Semua malaikat yang jahat dan tidak setia sudah dihukum Allah termasuk pimpinan mereka, yaitu Lucifer. Namun, ia ingin memberitahukan kepada jemaat Galatia betapa seriusnya penyimpangan dari kebenaran mutlak Injil.
Kata "terkutuk" berasal dari kata Yunani "anathema" yang memiliki arti, "suatu objek yang dikhususkan untuk dihancurkan", "sesuatu yang terkutuk" (ref. Roma 9:3;1 Korintus 12:3,16:22). Jika hal ini diterapkan kepada manusia, berarti orang yang dikatakan "anathema" (terkutuk) adalah seseorang yang diserahkan kepada Tuhan untuk dibinasakan atau dimusnahkan. Orang yang memberitakan injil yang berbeda dengan Injil Kristus Yesus berada di bawah kutuk dan akan dibinasakan Allah.
Kita harus memercayai Allah sebagaimana telah memberitakan siapa Ia sesungguhnya. Allah adalah Pencipta, tidak berubah, setia, berdaulat, berkuasa, dan Ia akan menepati semua janji dan perkataan-Nya. Setiap perkataan-Nya benar dan tidak mengandung kesalahan. firman-Nya adalah kebenaran mutlak. Namun, sekarang ini ada begitu banyak umat Kristen yang tidak memercayai firman Allah. Ketika Allah berkata, Ia menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, ada banyak umat Kristen yang masih mengatakan bahwa dunia ini, hasil evolusi. Ketika Allah berkata, Dialah yang menciptakan manusia dan segala apa yang ada di bumi ini, ada banyak umat Kristen yang masih mengatakan manusia berasal dari kera (hasil evolusi) dan bukan ciptaan Tuhan. Ketika Allah berkata dalam firman-Nya, air bah yang terjadi di masa Nuh adalah air bah yang menutupi seluruh bumi (Kejadian 7-8), ada banyak orang Kristen yang masih berkata, air bah itu hanya terjadi di Timur Tengah. Ketika Allah berbicara dalam firman-Nya, Yesus melakukan mukjizat dengan berjalan di atas air, ada banyak orang Kristen yang masih berkata hal itu tidak mungkin terjadi karena bertentangan dengan daya gravitasi bumi, dan Yesus hanya berjalan di pinggir pantai yang kelihatan seperti berjalan di atas air.
Injil Kristus adalah kebenaran mutlak. Kita harus lebih memercayai perkataan firman Allah daripada perkataan manusia yang meskipun mengatasnamakan ilmuwan. Allah tidak pernah berbohong (Roma 3:4) dan apa yang diberikan dalam firman-Nya adalah kebenaran yang membawa hidup. Kita harus memercayai firman-Nya dan jangan memutabalikkannya dengan cara dan tujuan apa pun juga. Pemberita firman yang memutarbalikan firman Allah berada di bawah kutuk dan tidak ada toleransi bagi Penyesat.
Pemberita Injil Harus Berjuang Menyenangkan Kristus
Ketika Paulus mengucapkan kalimat dalam Galatia 1:8-9, dengan pasti para pengajar sesat atau pemberita "injil lain" itu sangat membencinya. Tak seorang pun manusia yang dengan rela mau dikatakan sebagai orang terkutuk. Akan tetapi, ia harus mengucapkan kata-kata itu demi menunjukkan keseriusan kesalahan yang dilakukan jemaat Galatia karena mengikuti "injil lain". Ia ingin memberitahukan apa yang dilakukan mereka adalah kesalahan besar. Dia sebagai pemimpin dan bapa rohani jemaat Galatia harus mengambil sikap terhadap apa yang sedang terjadi.
Paulus tidak mengucapkan kata-kata yang lemah lembut ketika berhadapan dengan pengajaran sesat. Ia tidak segan-segan menegur pengajar sesat seperti yang disampaikannya dalam Galatia 1:8-9. Bahkan, dalam Galatia 1:10, ia memberikan pertanyaan retorik (pertanyaan yang menuntut jawaban, tidak). Dia berkata, "Adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia?"
Ia ingin memberitahukan bahwa ia tidak mencoba mencari kesukaan manusia atau mencoba berkenan kepada manusia. Jika seandainya itu yang ingin dicarinya, maka sepatutnya tidak perlu mengucapkan kata-kata dalam ayat 8-9. Akan tetapi, karena hanya ingin mencari kesukaan Allah, maka ia ada di pihak Allah. Ia akan membenci apa yang dibenci Allah. Ia akan mengatakan salah apa yang dikatakan Allah salah. Ia tidak mencoba berkenan kepada manusia. Ia tidak mencari promosi di hadapan manusia. Ia hanya ingin menyenangkan Allah dan terus berjuang menyenangkan Allah.
Bagi pemberita firman Allah, ada yang harus diwaspadai terutama ketika berhubungan dengan kebutuhan hidup. Ada pemberita firman meninggalkan kebenaran mutlak Allah hanya karena ingin mendapat promosi jabatan yang lebih tinggi, gaji yang lebih besar, fasilitas yang lebih banyak, dan tunjangan yang lebih besar. Jika memang Tuhan memberkati pelayanannya yang akhirnya diberkati dengan hal material, ia bisa menerimanya dengan penuh ucapan syukur. Akan tetapi, jangan sekali-kali mengorbankan kebenaran Injil demi hal materi, wibawa, hormat, dan jabatan.
Banyak orang mengatakan bahwa Billy Graham salah satu contoh pemberita Injil yang meninggalkan kebenaran. Pada permulaan pelayanannya, ia melayani di sebuah gereja kecil di Chicago. Ia terlibat dalam organisasi pemuda bagi Kristus. Tidak lama kemudian, ia semakin dikenal di negaranya. Sebagai seorang pengkhotbah yang muda, ia dipercaya sebagai ketua sebuah sekolah Kristen di Minneapolis, yaitu Northwestern Schools. Selama masa permulaan pelayanannya, ia dikenal sebagai pengkhotbah yang sangat fundamental, yang tidak mau berkompromi dengan kelompok modernis dan Liberal. Bahkan, pada tahun 1948, ia telah menjadi salah satu anggota editor majalah fundamental di USA yang berjudul "The Sword of the Lord" yang diketuai oleh John R. Rice. Namun, tak lama kemudian, ia berubah dari posisi sebelumnya sebagai fundamentalis. Pada tahun 1957, ia mengadakan penginjilan yang dikenal dengan New York Crusade. Inilah yang menjadi titik awal perubahannya di mana mendapatkan dukungan dari kelompok liberal dan modernis, baik dalam komiti dan kepengurusan penginjilan (crusade) yang diselenggarakannya. Ia telah berubah dan menganggap Yesus bukanlah satu-satunya jalan menuju hidup yang kekal dan surga. Dalam sebuah percakapan yang dikutip oleh Foundation Magazine, Billy Graham mengatakan bahwa setiap orang yang setia dengan agamanya bisa masuk ke dalam kerajaan surga. Bukankah hal ini sama seperti apa yang dikatakan Yudas 4 Paulus sebagai injil lain?
Jika pada masa Paulus ada pengajar sesat yang menyelusup masuk di tengah-tengah gereja, maka pada masa sekarang akan lebih banyak lagi (ref. Yudas 4). Ketahuilah, semua pemberita kebenaran harus berjuang menyenangkan Kristus. Inilah yang dilakukan para rasul, dan ini jugalah yang dilakukan para reformator dan orang-orang yang mati syahid karena Injil dan Kristus.
|