Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-rh/1997/08/03 |
|
Minggu, 3 Agustus 1997 Bacaan : 2Samuel 6:1-11 Setahun : Yesaya 22-24 Nas : Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibrani 12:28,29)
|
|
Selama bertahun-tahun saya merasa terganggu dengan hukuman Allah yang keras terhadap seseorang yang melakukan kesalahan dikarenakan maksud baiknya. Uza hanya memegang tabut Allah agar tidak terjatuh dari kereta (2Samuel 6:6,7). Untuk itu, Tuhan murka dan matilah ia. Tetapi Allah telah memberikan peraturan-peraturan yang sangat jelas mengenai tabut Allah yang kudus. Hanya para imam yang boleh menyentuhnya (Bilangan 1:51,53, 4:15). Mengabaikan perintah-Nya bukanlah kesalahan kecil. Peristiwa ini membuktikan kekudusan Allah. Juga dengan jelas menunjukkan aspek dari karakter Allah, bahwa ketidaktaatan dan dosa membuat-Nya murka. Kematian Uza adalah suatu peringatan yang dramatis bahwa mereka yang memindahkan tabut bersalah karena tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Raja Daud memahaminya. Ia benar-benar mengikuti peraturan yang telah ditetapkan tatkala harus memindahkan tabut ke Yerusalem. Kebanyakan kita dewasa ini kurang menyadari kekudusan Allah. Kita datang ke hadapan-Nya dan menyembah serta berdoa dengan tidak disertai rasa takut. Kita lebih takut dan hormat seandainya akan bertemu presiden. Memang, Allah kita yang suci dan kudus penuh dengan kemurahan dan kasih. Namun kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga "api yang menghanguskan" (Ibrani 12:29). Semakin kita takut akan kuasa-Nya yang mengagumkan, semakin kita memahami kasih-Nya yang sempurna [HVL]
TIDAK SEORANG PUN MEMAHAMI ANUGERAH ALLAH
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |