Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/01/06 |
|
Senin, 6 Januari 2014
|
|
Judul: Beriman tanpa bukti nyata Mengetahui kuasa Yesus untuk melakukan mukjizat, seorang pegawai istana menemui Yesus karena anaknya sekarat (46). Ia meminta Yesus datang ke rumahnya guna menyembuhkan anaknya (47). Sentilan Yesus, "Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya" (48) tidak memengaruhi dia karena yang dia harapkan saat itu adalah kesembuhan anaknya (49). Namun Yesus tidak melakukan apa yang diinginkan si pegawai istana. Ia hanya berkata bahwa anaknya sudah sembuh (masih hidup). Tanpa rasa ragu sedikit pun si pegawai istana pulang (50). Ia yakin bahwa Yesus berkuasa dan perkataan-Nya bisa dipercaya. Ini menunjukkan bahwa yang dia inginkan bukan semata-mata untuk melihat mukjizat. Jika dia menolak untuk pulang ke rumah tanpa Yesus, itu berarti dia tidak percaya pada perkataan Yesus. Ia mau beriman walau tanpa bukti nyata. Benar saja, di tengah jalan ia bertemu dengan hamba-hambanya yang menyusul dia (51). Dan konfirmasi para hambanya mengenai waktu kesembuhan anaknya, meneguhkan keyakinannya bahwa perkataan Yesus sungguh berkuasa, bahkan dari jarak jauh pun Yesus sanggup menyembuhkan anaknya. Tak heran bila kemudian seisi rumahnya jadi percaya (52-53). Beriman tanpa bukti nyata memang tidak mudah dan kadang disebut tidak masuk akal. Namun apalah artinya iman bila harus mengandalkan bukti nyata. Maka landaskanlah iman Anda hanya pada firman dan kuasa Tuhan. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |