Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2009/01/08 |
|
Kamis, 8 Januari 2009
|
|
Judul: Otoritas Tuhan vs keras kepala Apa yang kurang dari penyertaan Tuhan atas pengutusan Musa? Tanda-tanda yang Tuhan berikan kepada Musa untuk didemonstrasikan di hadapan umat Israel maupun di hadapan Firaun adalah peragaan kedahsyatan Tuhan mengubah realitas alam (tongkat menjadi ular) dan memulihkan kondisi manusia (kusta). Bahkan masih ada satu tanda lagi yang menjadi tanda pembuka tulah-tulah yang menandai kemenangan Allah atas dewa-dewi andalan Firaun, yaitu air menjadi darah (ayat 9). Tanda-tanda tersebut menyatakan penyertaan Tuhan dan kuasa-Nya yang dahsyat atas Musa dan bahwa Musa memiliki otoritas Ilahi untuk melaksanakan misi yang Tuhan percayakan kepada dia. Keras kepala adalah kendala Musa untuk menaati kehendak Tuhan. Dalih yang Musa ajukan sangat tidak masuk akal. Alasan bahwa ia tidak pandai bicara menunjukkan ketidak-yakinan bahwa Tuhan, yang mampu melakukan perubahan wujud seperti tanda-tanda ajaib yang telah dilakukan, pasti mampu juga menolong dia menjadi seorang yang fasih bicara (ayat 12). Puncaknya terjadi ketika Musa meminta Tuhan mengutus orang lain saja. Ini bukan lagi berdalih melainkan menolak secara terang-terangan. Inilah kalimat yang seringkali dikemukakan oleh sebagian orang Kristen: "Tuhan utuslah anak-anak-Mu ke ladang-Mu. Namun jangan saya (atau jangan anak kesayangan/ke-banggaan saya)." Persoalan inti kita, bukan terletak pada kelemahan atau kekurangan kita. Bukan pula pada ketidak-mampuan kita. Melainkan pada ketidakmauan kita untuk tunduk dan taat pada otoritas Tuhan.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |