Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/01/08 |
|
Sabtu, 8 Januari 2022 (Minggu Epifani)
|
|
Janda di Sarfat berkata kepada Elia, "Demi TUHAN, Allahmu, padaku tak ada roti, dan ... aku akan pulang ... dan mati" (lih. 12). Ucapan yang sangat aneh, karena di Sarfat Baal adalah penguasanya, bukan Tuhannya Elia! Namun, Elia menegaskan, "Tepungmu dan minyakmu tak akan habis sampai TUHAN memberi hujan lagi!" (lih. 14). Jadi, siapakah penguasa yang sebenarnya di Sarfat? Baal atau Tuhannya Elia? Di tengah kelaparan dan kekeringan, ternyata ada perang antara Baal dan Yahwe. Tetapi perang itu bukan saja soal tepung, minyak, dan roti. Anak si janda tiba-tiba sakit dan hampir mati (17). Baal bukan hanya penguasa hujan, tapi juga kehidupan. Dalam kisahnya, Baal mati. Namun Anat, kekasih Baal menyusul ke alam maut dan membawa Baal kembali ke dunia orang hidup, sehingga hujan turun kembali. Namun, bagi si janda Sarfat, Elialah yang membawa anaknya kembali ke dunia orang hidup (21), bukan Baal. Penyakit anaknya seolah ditempelkan pada tubuh Elia, sehingga Tuhan menghidupkan lagi anak si janda. Pada persimpangan antara hidup dan mati, si janda mengaku bahwa Elia adalah abdi Allah dan firman Tuhan adalah benar (24). Hari ini masih ada berbagai kuasa yang mendominasi kita. Menyusur lorong kuil modern kita, yaitu mal-mal di kota besar, kita selalu digoda patung berhala modern, maneken cantik menawarkan visi hidup yang melimpah. Di balik langit-langit mal berkecamuk perang tak terlihat antara Yahweh dan Baal, antara Tuhan dan Mamon. Peperangan makin intens ketika ada keputusan yang harus diambil. Tak hanya soal tepung dan roti, tetapi juga soal hidup dan mati. Tak hanya soal cinta dan kekasih, tetapi juga soal karir dan panggilan hati. Kita selalu hidup di tengah peperangan yang membelit kita. Apabila lengah, Mamon dan Baal sanggup meremukkan dan menghancurkan kita. Seperti Elia dan janda Sarfat, kita bisa menggantungkan hidup pada Tuhan. Karena Allahlah penguasa roti dan hati. Memang dibutuhkan latihan, seperti si janda yang memilih percaya kepada Tuhan ketika hidupnya diuji. Mari kita juga memilih untuk setia hari ini. [IHM] Baca Gali Alkitab 2 Elia yang taat dilindungi oleh Allah secara ajaib. Allah memerintahkan Elia agar bersembunyi di tepi Sungai Kerit. Ia terpelihara dari bencana yang melanda negerinya karena minum air Sungai Kerit dan memperoleh makanan dari burung gagak yang mengantarnya setiap hari. Oleh karena dipakai Tuhan, burung gagak setia menyediakan makan bagi Elia pada waktu pagi dan petang. Tuhan bisa menggunakan siapa saja untuk melaksanakan karya-Nya. Tidak hanya gagak, bahkan nantinya saat air Sungai Kerit mengering, seorang janda di Sarfat dipakai oleh Allah untuk memelihara Elia, abdi-Nya. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |