Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/01/10 |
|
Kamis, 10 Januari 2008
|
|
Judul : Problema kefasikan Dalam dunia ini, apalagi di Indonesia, hampir tidak ada orang yang sepenuhnya ateis. Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Yang menjadi kesalahan adalah banyak orang religius, tetapi sangat anti semangat agama dalam tingkah laku mereka. Mengapa bisa demikian? Menurut mazmur ini, karena orang yang menyembah Allah menempatkan Allah sedemikian transendens, sangat jauh dan tidak tersangkut paut lagi dengan dunia nyata (ayat 4, 11). Kita tentu gemas melihat kelompok-kelompok fanatik yang menindas kelompok minoritas. Atas nama Tuhan mereka sering kali hidup dalam kemunafikan bahkan mempraktikkan kemaksiatan yang mereka tuduhkan kepada para \'musuh\' mereka. Kondisi mereka mungkin lebih parah daripada orang-orang fasik dalam mazmur ini yang berpikir bahwa mereka justru bersyukur bahwa dengan cara-cara jahat itu justru sedang menjadi alat Allah (bandingkan dengan fanatisme Saul sebelum bertobat menjadi Paulus). Pemazmur tambah tertekan karena Tuhan sepertinya bungkam (ayat 1). Bukankah dengan berdiam diri seperti itu, para musuh yang jahat semakin tambah berani berbuat jahat dan meremehkan bahkan menista Tuhan (ayat 2-3, 13)? Namun pemazmur menolak melepaskan harapannya pada Tuhan. Pemazmur juga sadar bahwa Allah tidak bungkam dan pasif, tetapi akan bertindak membalas kejahatan sesuai dengan keadilan-Nya (ayat 13-14). Pemazmur meletakkan problema masa kini dalam perspektif eskatologis (tindakan Allah di masa depan di akhir zaman). Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan yang adil. Semua orang benar yang berlindung pada-Nya pasti akan Dia bela. Jadi kalau kita sedang dalam posisi tertindas, diperlakukan tidak adil, segala hak kita dipasung, jangan putus harap pada Tuhan kita. Juga jangan habis akal dan sabar! Lihatlah ke atas dan ke depan, ke Tuhan yang bertakhta dan yang sedang bergerak datang dari masa depan untuk menghakimi dengan adil.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |