Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/01/11 |
|
Kamis, 11 Januari 2018 (Minggu ke-1 sesudah Epifania)
|
|
Pernahkah kita merasa salut? Takjub? Biasanya karena apa? Apakah karena di luar pemikiran kita? Di luar kemampuan kita bisa melakukannya? Dan apakah karena selama ini ternyata belum pernah ada yang dapat melakukan hal-hal seperti itu? Ya! Kemungkinan hal-hal inilah yang membuat kita takjub. Setelah takjub, apa yang terjadi? Diiringi rasa salut dalam pikiran kita, maka mata kita akan terkonsentrasi pada hal tersebut. Kemudian bibir kita akan berdecak kagum sehingga mulut kita bisa saja dengan tidak sengaja memuji dan menceritakannya kepada orang yang tidak ikut menyaksikannya, bahkan tak jarang juga kepada orang lain yang telah melihatnya. Rasa takjub juga dialami orang-orang yang mendengarkan pengajaran Yesus. Sebab Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Saat itu juga ada orang yang kerasukan roh jahat, orang itu berteriak "Apa urusanMu dengan kami hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Ungkapan "Yang Kudus dari Allah" dimaksudkan untuk membedakan Yesus dengan orang lain yang bernama sama. Kita bisa melihat bahwa roh jahat itu mengetahui identitas Yesus yang sebenarnya. Bahkan dia begitu ketakutan, sehingga sewaktu Yesus menghardiknya, maka roh jahat itu keluar dari orang tersebut. Untuk kedua kalinya orang yang menyaksikan peristiwa itu takjub kepada Tuhan Yesus. Sehingga kabar itu bukan hanya diam dalam rumah ibadat itu saja, tetapi diberitakan terus ke seluruh penjuru Galilea. Kehidupan kita adalah karya Allah. Kalau sering kita renungkan, maka kita pun akan takjub. Penuh keheranan dan kita mengucap syukur untuk kasih Allah dalam hidup kita. Manusia yang penuh dosa seperti kita, tetap menerima kasih Allah. Di tengah-tengah kekurangan kita, maka saat itu jugalah kita dikuatkan oleh Allah. Sewaktu membutuhkan pertolongan, maka Allah mengulurkan tangan-Nya untuk untuk menolong dan menghibur kita. Lalu, apa kita terus memberitakannya atau berhenti dalam diri sendiri? [KFT]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |