Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/01/12 |
|
Rabu, 12 Januari 2011
|
|
Judul: Tuhan atau kita yang jadi tuan? Ini berbeda dari sikap orang kusta dalam perikop ini. Dia tahu dan tidak meragukan sedikit pun kuasa Yesus atas penyakit. Yang dia tidak tahu adalah apakah Yesus menghendaki penyakitnya disembuhkan atau tidak (12). Dia memang mengimani kuasa Yesus, tetapi Dia tidak tahu apakah ia layak menerima kasih karunia-Nya. Ia tidak tahu apakah Yesus berkenan menyembuhkan dia. Maka betapa menyejukkan hati ketika Yesus menjawab, "Aku mau, jadilah engkau tahir" (13). Dengan demikian orang kusta itu pun sembuh dari penyakitnya. Sikap orang kusta itu menjadi teladan bagi kita untuk menyelaraskan keinginan kita dengan kehendak Tuhan. Karena kita sering merasa lebih tahu apa yang lebih baik bagi diri kita, apa yang lebih cocok untuk kita, atau apa yang seharusnya terjadi pada kita. Sehingga ketika kita berdoa, maka yang kita minta adalah agar rencana kita terlaksana, agar keinginan kita terkabul, atau agar harapan kita terwujud. Kita seperti mengajukan surat permohonan untuk segera Tuhan tanda tangani. Padahal seharusnya, sebelum kita menulis surat itu, kita berkonsultasi terlebih dahulu kepada Tuhan. Sebelum membuat perencanaan hidup hendaknya kita berdoa terlebih dahulu, bertanya kepada Tuhan apakah rencana itu sesuai kehendak-Nya. Sebelum kita mendoakan keinginan kita, tanyakan dulu kepada Tuhan, apakah keinginan atau harapan itu sesuai dengan rancangan Tuhan bagi hidup kita. Kita lihat bahwa si orang kusta sadar diri di hadapan Tuhan dan menghormati Tuhan. Dia tahu siapa Tuhan dan tahu bagaimana seharusnya bersikap terhadap Tuhan. Sementara banyak orang yang tahu bahwa Kristus adalah Tuhan, tetapi malah bersikap sebagai tuan atas Dia, sehingga yang dilakukan justru memerintah Tuhan dan bukan menanyakan kehendak-Nya. Kiranya kita tidak bersikap demikian.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |