Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/01/12 |
|
Sabtu, 12 Januari 2019 (Hari Epifani)
|
|
Yesus naik ke bukit untuk berdoa. Ia berdoa sepanjang malam. Yesus sengaja mengambil waktu khusus untuk berdoa. Dia pergi ke tempat sunyi untuk berdoa. Dia memohon bimbingan Allah untuk memilih dua belas rasul dari begitu banyak pengikut-Nya. Orang-orang inilah yang kelak akan diutus-Nya untuk sebuah tugas khusus. Siangnya, Yesus memilih dua belas orang menurut bimbingan Allah. Jika Yesus mengikuti kehendak-Nya sendiri, tentu saja Dia akan memilih hanya orang-orang hebat. Dengan begitu, pekerjaan-Nya akan lebih ringan dan efektif. Kenyataannya, Dia memilih orang-orang biasa yang penuh kekurangan. Kelak, salah satu dari antara murid nanti akan mengkhianati Dia. Murid yang lain ada yang terlalu percaya diri, pongah, dan nantinya akan menyangkali Dia. Karakter murid lainnya ada yang skeptis, pesimistis, dan bermacam kelemahan lainnya. Bisa jadi, Yesus bermaksud supaya orang melihat hanya kekuatan Allah yang menjadi kunci keberhasilan. Pendeknya, bukan karena kekuatan manusia. Sebelum melakukan tugas penting, Yesus mencari waktu khusus untuk berdoa. Ia memohon bimbingan Allah. Dalam doa, yang menjadi pusat adalah Allah. Yesus menaklukkan diri pada kehendak Bapa. Dia berserah pada kepentingan Bapa. Umumnya, kita mengisi doa dengan permintaan dan keinginan. Lalu, kita menunggu dan mengira jawaban Tuhan selalu iya, tidak, atau nanti dulu. Di sini, kita melihat makna doa yang berbeda. Pusat doa adalah Allah dan kehendak-Nya. Posisi kita adalah mendengarkan dan menaklukkan diri pada keinginan-Nya. Sudahkah kita berdoa memohon bimbingan Allah sebelum mengerjakan tugas penting? Sudahkah kita menaklukkan diri pada kehendak-Nya? Atau kita malah memaksa Allah memenuhi keinginan kita? Sudahkah kita memikirkan yang penting bagi Allah atau terus menunggu Ia mengabulkan permintaan-permintaan kita? Doa: Tuhan, mampukanlah kami untuk mendengarkan-Mu dan menaklukkan diri pada kehendak-Mu. [WTH] Baca Gali Alkitab 2 Alkitab sering mencatat konflik antara Yesus dan orang Farisi. Peraturan dan tradisi agama kerap menjadi topik utama pertikaian mereka. Namun, sering kali dari perdebatan mereka, Yesus mencetuskan ajaran utama-Nya. Bahkan, ajaran itu selalu bertentangan dengan tradisi yang berlaku saat itu. Perdebatan ini akan kita pahami jika mengetahui profil dari orang Farisi. Mereka adalah sekte yang berdiri setelah masa pembuangan Israel. Mereka terkenal karena punya standar kepercayaan dan gaya hidup yang tinggi. Jadi, tidak mengherankan kalau mereka sangat teguh memegang ritual, puasa, kesalehan, hukum taurat, adat istiadat nenek moyang (Mat. 15:1-2). Pada sisi lain, Yesus malah berperilaku sebaliknya. Kelihatannya, Yesus malah sangat lentur dalam menjalankan hukum Taurat. Itulah sebabnya orang Farisi selalu mengkritik Yesus. Padahal, Yesus sama sekali tidak pernah berniat membatalkan hukum Taurat. Sebaliknya, Dia ingin menggenapinya (Mat. 5:17). Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |