Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/01/14 |
|
Minggu, 14 Januari 2018 (Minggu ke-2 sesudah Epifania)
|
|
Seorang yang berpenyakit kusta datang kepada Yesus dan berlutut di hadapan-Nya. Orang kusta itu memohon bantuan-Nya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku" (40). Kita tak mengenal orang tersebut. Penulis Injil Markus tak merasa perlu mencantumkan namanya. Bisa jadi, dia kesulitan memperolehnya. Lagi pula, apalah arti sebuah nama bagi penderita kusta. "Kusta" yang dimaksud bukanlah penyakit yang disebabkan Micobacterium leprae-sebagaimana kita kenal. Tetapi, semacam penyakit akibat jamur yang membuat kulit melepuh merah. Dalam masyarakat Yahudi waktu itu, penderita kusta dianggap najis. Orang yang bersentuhan dengan penderita akan menjadi najis. Karena itu, mereka harus tinggal di luar kota agar masyarakat tidak tertular kenajisan. Mereka orang buangan. Penderita kusta tak ubahnya mayat hidup. Secara jasmaniah hidup, namun dianggap mati. Lebih tepat, dimatikan masyarakatnya. Bahkan, mereka tidak diizinkan mengikuti ibadah karena dianggap tidak bersih. Dengan kata lain, penderita kusta tak pernah beribadah. Oleh karena itu, orang yang menemui Yesus bisa dikatakan anomali, kekecualian. Jika para penderita kusta lainnya telah patah arang, tinggal tunggu matinya; dia tak mau diam berpangku tangan. Dia ogah dimatikan oleh situasi dan kondisi masyarakat. Dia ingin hidup. Tak hanya lahir, juga batinnya. Tanpa mengindahkan aturan, dia mendatangi Yesus. Tindakan yang bukan tanpa risiko. Biasanya orang akan menyingkir bila berpapasan dengan penderita kusta. Dia siap ditolak. Tekadnya satu: hidup lahir batin. Dan dia percaya bahwa Yesus sanggup menolongnya. Hanya persoalannya ada pada mau tidaknya Yesus menyembuhkan dirinya. Penderita kusta itu tak bertepuk sebelah tangan. Yesus ternyata tidak mengindahkan aturan saat itu. Ia sengaja menjamah penderita kusta itu sembari berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir" (41). Belas kasihan Yesus lebh besar dari apa pun. Lalu, masihkah kita berharap kepada-Nya? [KFT]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |