Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/01/16 |
|
Senin, 16 Januari 2017 (Minggu ke-2 sesudah Epifania)
|
|
Cara pandang seseorang terhadap harta akan memengaruhi pola hidupnya: apakah ia mengumpulkan harta di bumi atau di surga. Mengumpulkan harta di surga berarti mengabdi kepada Tuhan. Pada masa kini, simpanan harta tidak lagi hanya berwujud uang dan logam mulia, tetapi juga benda-benda berharga lainnya. Kehidupan modern telah membuat aset tidak bergerak seperti tanah, bangunan, benda seni, aneka koleksi sesuai hobi, dan juga surat-surat berharga menjadi harta kekayaan yang luar biasa bila diuangkan. Biasanya, jika seseorang memiliki uang, maka kedudukan, jabatan, dan kekuasaan sering kali beriring sejalan. Tidak heran apabila korupsi, kolusi, dan nepotisme sangat erat kaitannya dengan keserakahan akan harta. Bahkan, Paulus menyebut akar kejahatan adalah cinta akan uang (1Tim. 6:10). Hal ini sangat berbeda dengan harta surgawi yang tidak dapat dinominalkan jumlahnya. Jika harta duniawi dapat rusak, dicuri, dan hilang, maka harta surgawi sifatnya abadi. Baik harta duniawi maupun surgawi, keduanya memiliki kesamaan, yakni: bertolak pada hati manusia (21). Meski hidup di dunia membutuhkan uang, namun kebutuhan hidup sama sekali berbeda dengan mengumpulkan harta. Penatalayanan harta diperlukan agar kita dapat mengumpulkan harta di surga, dan bukan harta duniawi. Sebab mata adalah pelita tubuh yang berkaitan dengan cara pandang seseorang atas harta. Ambisi hati untuk mengumpulkan harta hanya di dunia ini merupakan cara pandang yang salah dan menyesatkan. Tuhan Yesus dengan tegas memperlawankan penggunaan harta yang diabdikan kepada Tuhan dengan Mamon (dewa uang yang adalah simbol keserakahan akan harta kekayaan yang tanpa batas). Mengabdi kepada Tuhan seperti mengikuti asuransi. Premi yang wajib dibayar lebih dari sekadar uang atau harta, melainkan segenap kehidupan yang mengasihi Tuhan. Hanya dengan cara itu kita berbuah dalam kasih dan perbuatan baik kepada sesama. Apakah kita sudah mengumpulkan premi surgawi? [YTP]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |