Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/01/16 |
|
Rabu, 16 Januari 2019 (Minggu ke-1 sesudah Epifani)
|
|
Anda pasti pernah mendengar kalimat, "Hei, jangan sok suci ya!" Kita mungkin juga sering mengutarakan hal ini kepada orang yang berusaha menasihati kita. Fenomena ini, setidaknya, sedang menunjukkan bahwa tidak ada satu orang pun yang suka dinasihati, apalagi dihakimi, walau mungkin dia bersalah. Yesus mengajarkan bahwa tindakan menghakimi sesama, tidak dibenarkan oleh Allah. Oleh karena itu, Yesus berseru, "Jangan menghakimi, " dan "Jangan menghukum, " (37). Yesus mengibaratkan tindakan menghakimi sesama itu seperti seorang buta yang menuntun orang buta. Kita tentu sudah tahu hasilnya. Keduanya pasti akan sama-sama jatuh ke dalam jurang (39). Bagi Yesus, tindakan menghakimi hampir sama dengan orang yang selalu merasa benar. Oleh karena itu, Dia juga menegur mereka yang melihat orang lain lebih bersalah dibandingkan dirinya sendiri (41-42). Allah melarang kita menjadi hakim atas sesama karena penghakiman adalah hak-Nya (bdk. Ul. 32:35; Rm. 12:19; Ibr. 10:30). Dialah satu-satunya Hakim yang adil. Cara Allah menghakimi berbeda dengan manusia. Manusia selalu cenderung merasa dirinya paling benar. Akibatnya, ketika manusia menghakimi sesamanya, dia akan selalu merasa lebih suci. Inilah kemunafikan yang ditegur oleh Yesus (41-42). Sementara, Allah akan selalu menghakimi dengan kebenaran karena Dia adalah Kebenaran. Namun, ajaran ini bukan berarti melarang kita untuk menegur dosa. Jika kita menegur orang lain karena dosa atau kesalahannya, itu adalah sesuatu yang baik. Karena kita melakukannya dengan maksud supaya dia berubah (lih. Yeh. 3:18; Mat. 18:15). Berbeda jika kita menegur orang dengan tujuan menyindir atau menyalahkan orang lain. Bahkan, lebih parah lagi jika tindakan itu bertujuan agar kita tampak terlihat lebih rohani. Kalau begitu, maka lebih baik teguran itu dialamatkan kepada diri sendiri lebih dahulu. Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk bercermin lebih dahulu dan melihat jauh ke dalam diri, jika berniat untuk menasihati orang lain. [IVT]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |