Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/01/20 |
|
Selasa, 20 Januari 2015
|
|
Judul: Iman dan anugerah Perwira itu sangat memahami prinsip otoritas. Namun ia tahu bahwa kondisi hambanya yang memilukan itu berada di luar otoritasnya, dan Ia tahu pula bahwa ada Yesus, yang memiliki otoritas untuk mengusir penyakit. Dari mana sang perwira memperoleh imannya? Dari mendengar berita tentang Yesus (3, bdk. Rm. 10:17). Bahkan ia tahu pula bahwa otoritas itu membuat Yesus tidak perlu datang untuk menyembuhkan hambanya. Ia merasa tidak layak menerima Yesus di rumahnya, ia sebenarnya juga merasa tidak layak menerima anugerah Yesus. Namun, di dalam keyakinannya, sang perwira tahu bahwa Yesus hanya perlu menyampaikan sepatah kata dan ia tahu bahwa pada saat itu hambanya pasti sembuh (6-8). Pemahaman perwira ini serta imannya akan kuasa Yesus sungguh mengagumkan, sehingga Yesus sendiri sampai memuji dia (9). Yesus merespons iman perwira itu dengan menyembuhkan hambanya (10). Dari kisah ini, kita dapat memaknai iman sebagai meminta hal-hal besar dari Tuhan. Sang perwira bukan hanya meminta penyembuhan atas hambanya, tetapi ia meminta sesuatu yang di luar kebiasaan, yaitu kesembuhan dari jarak yang jauh. Namun iman juga bermakna percaya kepada pribadi Allah. Maka perlu diingat juga bahwa anugerah Allah terjadi bukan karena kebaikan manusia, bahkan bukan merupakan hasil iman manusia. Anugerah Allah terjadi karena kebaikan dan belas kasihan Allah kepada manusia yang membutuhkan pertolongan dan kuasa-Nya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |