Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/01/23 |
|
Sabtu, 23 Januari 2021 (Minggu ke-2 sesudah Epifani)
|
|
Terkadang terbersit di dalam pikiran, alangkah menyenangkan hidup di zaman ketika Yesus sering melakukan mukjizat, sebab orang-orang menjadi mudah sekali percaya kepada Yesus. Pada hari itu Yesus menyembuhkan orang yang buta dan bisu yang sekaligus dirasuki setan (22). Sebuah mukjizat yang menakjubkan, yang menunjukkan kuasa ilahi, karya Allah Yang Mahabesar. Orang-orang Farisi memahami apa yang tercatat di dalam Alkitab, namun sulit bagi mereka untuk mengakui bahwa Yesus adalah Mesias. Hati mereka dipenuhi oleh iri dan dengki. Perasaan marah orang-orang Farisi kepada Yesus terus berkelanjutan. Kondisi makin memanas ketika orang banyak merasa takjub dan mulai meyakini bahwa Yesus adalah anak Daud (23). Sebutan Anak Daud merujuk pada Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan. Kondisi ini mengancam kedudukan orang-orang Farisi yang secara politik dan agama berkuasa pada masa itu. Oleh karena iri dan merasa terancam, mereka menuduh bahwa mukjizat yang dilakukan oleh Yesus berasal dari kuasa Beelzebul (24). Pengetahuan akan kebenaran Alkitab dan mukjizat yang telah dilihat di depan mata tidak menjadikan orang Farisi takjub dan percaya. Sebaliknya, perasaan iri dan dengki menjadikan hati mereka buta. Mereka menjadi tidak puas terhadap keberadaan diri yang telah ditetapkan oleh Tuhan di dalam tatanan semesta alam. Kedengkian dapat muncul dalam bentuk kecemburuan, persaingan, dan kecurigaan sehingga melahirkan tuduhan-tuduhan dan pencideraan nama baik. Yesus menegur orang-orang Farisi yang dikuasai dengki, yang hatinya dikuasai kejahatan, dan yang tidak melihat kedatangan Mesias. Saat kebenaran dinyatakan, sudah semestinya kita bertobat dan tidak bersikap seperti orang Farisi. Kita diajak untuk berani melakukan introspeksi diri. Kita perlu menerima kebenaran dengan hati terbuka dan merenungkan firman-Nya atas diri kita. Dengan begitu, kita tidak membiarkan diri dibutakan oleh kemanusiaan kita, tetapi kita mau tunduk dan mengikuti kebenaran Tuhan. [MKG] Baca Gali Alkitab 4 Matius menceritakan dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari. Pertama, murid-murid memetik bulir gandum dan memakannya pada hari Sabat. Kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat itu juga. Sabat adalah hari istirahat. Hari istirahat oleh orang Farisi dipahami secara keliru. Tuhan Yesus menunjukkan kekeliruan mereka dengan menggunakan contoh Raja Daud dan imam-imam bangsa Israel terdahulu. Raja Daud dan imam-imam bangsa Israel di masa lampau menerapkan Sabat berbeda dari cara yang diterapkan oleh orang Farisi. Pemahaman orang Farisi yang keliru tentang Sabat itu terus berlanjut. Mereka pun menghakimi Tuhan Yesus secara keliru ketika menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya di sebuah rumah ibadat. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |