Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/01/24 |
|
Senin, 24 Januari 2011
|
|
Judul: Duka jadi suka Dalam status sebagai janda yang hanya memiliki seorang anak laki-laki, kita dapat memahami bahwa bagi si janda, anak laki-lakinya merupakan harta terbesar bagi dia. Bisa dibayangkan kesedihan dan ratap tangisnya ketika si anak laki-laki meninggal dunia. Apakah lagi yang dia miliki di dunia ini? Anak itulah harapan untuk masa depannya kelak. Melihat sang ibu yang meratap sedih, Yesus jadi prihatin. Dia berkata agar si ibu jangan menangis (13). Perkataan ini mungkin sama seperti perkataan orang lain yang mencoba menghibur si ibu. Namun perkataan Yesus diikuti dengan suatu tindakan mukjizat yang luar biasa ajaib. Ia menyuruh anak muda itu bangkit! Ia hidup (15)! Isak tangis si ibu pasti berubah jadi senyum lebar, bahkan bukan tidak mungkin bila ia melompat-lompat kegirangan. Duka berubah jadi suka. Karya Yesus mengingatkan orang pada apa yang telah dilakukan Elia (1Raj. 17:17-24) dan Elisa (2Raj. 4:32-37) pada masa Perjanjian Lama. Maka muncullah kemudian perasaan takjub dan takut. Ada juga timbul penghiburan dan pengharapan di antara orang banyak karena melihat bahwa Allah telah melawat mereka. Namun itu bukan hanya terjadi dulu. Masa kini pun Allah ada di tengah-tengah kita dan memerhatikan kita. Ia juga berbelas kasihan atas kita, terutama saat-saat kita harus menanggung beban berat. Maka jangan pernah putus berharap, nyatakanlah permohonan Anda kepada Dia. Setelah itu, nantikan Tuhan berkarya dan menyatakan kuasa-Nya. Dia akan mengambil beban Anda dan meringankan Anda. Dia akan mengubah duka Anda menjadi suka cita.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |