Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/01/26 |
|
Senin, 26 Januari 2015
|
|
Judul: Iman disaat badai Yesus juga menjelaskan bahwa kunci relasi dengan Dia bukan didasarkan pada hubungan kekeluargaan atau hak istimewa lainnya, melainkan ketaatan pada firman Allah (19-21). Dalam hal ini, Yesus bukannya tidak mengakui ikatan keluarga atau kewajiban bagi keluarga. Namun hak istimewa untuk dekat dengan Yesus terbuka bagi setiap orang yang taat pada-Nya. Selanjutnya, kisah pelayaran Yesus dengan murid-murid-Nya ke seberang danau akan menjadi kisah ketiadaan iman para murid. Taufan yang membuat perahu kemasukan air mengakibatkan para murid ketakutan (23). Yesus bangun dari tidur lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dalam sekejap, angin dan air pun berhenti mengamuk. Tindakan menenangkan air dan angin yang dilakukan oleh Yesus mengejutkan para murid, bahkan lebih mengejutkan dibandingkan taufan itu sendiri (25). Yesus tidak mengkritik kemampuan para murid dalam berlayar di tengah taufan, tetapi Ia menegur mereka karena kurangnya iman. Itu berarti para murid tidak mengakui Dia sebagai Anak Allah dan Pencipta alam semesta ini. Bagi pengikut Kristus masa kini pun, iman sama pentingnya. Hanya oleh iman kita diselamatkan dari dosa kita. Di dalam iman pula kita hidup dan apa yang tidak berdasarkan iman adalah dosa. Namun perhatikanlah, iman tidak serta merta membuat kita lepas dari badai kehidupan karena melalui badai itulah, Tuhan justru ingin melihat iman kita. Ingatlah, tanpa iman tidak mungkin kita menyenangkan hati Allah. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |