Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/01/28 |
|
Selasa, 28 Januari 2014
|
|
Judul: Sang Gembala, Sang Anak Gembala-gembala palsu itu tidak memenuhi tugas mereka sebagaimana seharusnya, melainkan memanfaatkan domba-domba itu untuk kepentingan mereka sendiri. Yesus bahkan menyebut mereka pencuri dan perampok (1, 8, 10). Gembala semacam ini tidak akan mau mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan domba-dombanya (12-13). Berbeda dengan Yesus, Sang Gembala baik, yang membawa si buta masuk menjadi kawanan domba-Nya. Gembala yang baik mengenal domba-domba-Nya dan sebaliknya, domba-domba-Nya pun mengenal Dia (14-15). Bahkan Ia bersedia mengurbankan nyawa-Nya bagi keselamatan domba-domba-Nya (11), termasuk domba-domba dari kandang lain, yang juga harus digembalakan (16). Sebagai Anak, Sang Gembala tahu bahwa inilah kehendak Bapa (18) yang mengasihi Dia (17), yaitu agar Dia memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Bapa telah memberikan kuasa kepada Anak untuk menyerahkan nyawa-Nya sebagai kurban untuk menebus manusia dari dosa. Anak juga berkuasa untuk bangkit dari kematian, lalu hidup kembali. Inilah keunikan relasi Bapa dengan Anak. Namun banyak yang tidak mau menerima keunikan relasi Bapa dan Anak ini. Ada yang tidak mau percaya bahwa Yesus berkuasa untuk hidup kembali. Ada juga yang mengajarkan bahwa Yesus bisa hidup kembali karena pertolongan Bapa. Kiranya kita tidak mudah disesatkan. Pahamilah bahwa kematian dan kebangkitan Kristus adalah rencana Allah untuk keselamatan manusia, dan Yesus taat pada rencana itu. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |