Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/01/28 |
|
Rabu, 28 Januari 2015
|
|
Judul: Ketika tiada lagi harapan Akan tetapi, perjalanan Yesus ke rumah Yairus jadi tertunda. Anak Yairus pun mati (49). Orang yang menyampaikan berita itu kelihatannya sudah tidak berharap lagi. Begitu pula dengan orang-orang yang meratapi kematian anak itu. Maka ketika Yesus berkata bahwa anak perempuan itu tidur dan bukan mati, mereka tertawa karena tidak percaya dan tidak lagi memiliki pengharapan (52-53). Namun berkat Allah bagi Yairus dan anak perempuannya tidak dibatasi oleh berkat yang sudah mengalir atas diri perempuan yang menyentuh Yesus. Tertundanya perjalanan Yesus bukanlah karena tindakan si perempuan, melainkan atas rancangan Allah sendiri. Maka penundaan itu akan mendatangkan berkat, baik bagi si perempuan yang kemudian sembuh serta bagi Yairus dan anak perempuannya. Yairus akan melihat mukjizat yang lebih besar, yaitu bangkitnya anak perempuannya dari kematian. Mukjizat yang lebih besar ini "membutuhkan" iman yang lebih besar dari Yairus dan akan membawa kemuliaan yang lebih besar bagi Allah. Yesus bisa saja menyembuhkan anak perempuan Yairus dari jauh (bdk. Luk. 7:2-10), tetapi Ia memilih untuk menyatakan kuasa-Nya atas maut. Ketika harapan pupus, iman kepada Yesus akan menyalakan kembali harapan itu. Namun iman yang dimaksud di sini bukanlah optimisme yang didasarkan pada kemungkinan. Iman didasarkan pada pribadi Allah, pada janji dan kuasa-Nya, bahkan ketika tidak ada lagi kemungkinan atau pilihan lain. Kiranya kita menaruhkan iman dan pengharapan kita hanya pada Kristus saja. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |