Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/01/30 |
|
Rabu, 30 Januari 2008
|
|
Judul : Anak dan Bapa Yesus sudah dianggap bersalah karena melanggar hukum Sabat. Akan tetapi, Ia masih menyuruh si lumpuh untuk menggotong tempat tidurnya. "Pembelaan-Nya" di hadapan orang Yahudi ternyata malah memperberat "kesalahan-Nya", karena Ia menyatakan bahwa diri-Nya setara Allah. Kemarahan mereka terhadap Yesus pun semakin memuncak. Penjelasan Yesus menegaskan hal-hal penting. Ia yang adalah Anak dari Bapa memiliki otoritas dan mengemban misi Bapa untuk manusia. Ini mengungkapkan ketergantungan dan ketaatan sempurna kepada Allah Bapa (ayat 19, 20). Itulah gambaran ideal seorang anak dalam tradisi Yahudi. Ia tidak punya otonomi atas dirinya sendiri. Namun Yesus bukan sekadar anak ideal. Ia adalah Anak Tunggal Bapa (Yoh. 1:14). Ia melakukan segala sesuatu yang Bapa lakukan. Penyembuhan yang Dia lakukan pada hari Sabat dan berbagai karya-Nya yang lain mengagumkan orang banyak. Namun Bapa akan menunjukkan perkara yang lebih besar lagi (ayat 20). Bapa telah meletakkan segala sesuatu di tangan Anak (ayat 3:35), termasuk kuasa untuk memberi hidup pada manusia (ayat 21), yaitu pada orang yang mendengar firman-Nya dan percaya kepada Bapa (ayat 24). Otoritas untuk menghakimi juga telah diserahkan Bapa kepada Anak (ayat 22). Sebab itu Anak punya hak yang sama untuk disembah, sama seperti Bapa (ayat 23). Penolakan terhadap keilahian Yesus terus terjadi dari zaman ke zaman. Baik yang terang-terangan menghujat Dia atau bidat yang dengan halus menyimpangkan kebenaran bahwa Yesus adalah Tuhan. Bahkan ada yang giat berkeliling dari rumah ke rumah dan mengajarkan kesesatan itu. Kesesatan ini harus kita tolak dengan tegas. Akan tetapi, kebenaran tentang kemanusiaan Yesus pun kadang kita abaikan. Padahal kemanusiaan Yesus merupakan prinsip teologis yang penting. Sebagai manusia sejati, Ia telah menjadi wakil umat manusia sekaligus teladan tentang hidup yang Allah inginkan dari kita. Mari kita tegakkan iman baik dengan mengimani Dia maupun dengan mengikuti teladan-Nya!
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |