Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/01/30 |
|
Sabtu, 30 Januari 2016
|
|
Judul: Menolak Yesus Ketika Yesus berbicara, sebagian besar jemaat takjub mendengar ajaran-Nya. Mereka keheranan karena Yesus tidak berpendidikan formal. Lagi pula Yesus hanyalah seorang tukang kayu yang biasa saja. Lalu mereka berkata, "Bagaimana Ia dapat berbicara penuh hikmat dan melakukan mukjizat?" (2). Di sini terlihat bagaimana penilaian masyarakat Nazaret terhadap Yesus. Komentar orang banyak itu telah merendahkan martabat Yesus dan keluarga-Nya dengan cara sinis. Hal itu terlihat melalui cara mereka menyebut satu persatu kaum keluarga terdekat Yesus. Seolah-olah mereka ingin menyatakan "kami tahu keluarganya seperti apa". Mereka pun menolak untuk percaya kepada-Nya (3). Yesus menegaskan bahwa sulit rasanya seorang nabi yang benar diterima di tempat asalnya, bahkan dalam keluarganya sendiri (4). Meskipun tidak melakukan banyak mukjizat, tetapi Yesus masih menunjukkan kasih- Nya dengan menyembuhkan beberapa orang sakit di sana (5). Penyebab utama penolakan terhadap Yesus karena Ia bukan berasal dari keluarga terpandang yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat Yahudi. Besar harapan mereka bahwa Yesus adalah Mesias yang dinanti- nantikan mereka. Namun Mesias yang mereka pikirkan dan inginkan lebih bersifat politik daripada kerohanian. Tanpa disadari, mereka menolak berita keselamatan dari Allah yang hadir di tengah-tengah mereka. Setiap orang percaya juga terpanggil untuk menyaksikan Kristus. Kita dapat mengalami penolakan bahkan dari orang- orang di sekitar kita. Tetapi jika itu bukan karena kesalahan kita; tetap kuat dan ingatlah Tuhan telah lebih dahulu mengalaminya. [JH]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |