Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/01/31 |
|
Selasa, 31 Januari 2012
|
|
Judul: Siap menghadapi penolakan Yesus bisa saja memiliki perasaan serupa. Di kampung halamannya, Nazaret (1; Luk. 4:16), Ia tidak mendapatkan penerimaan yang seharusnya. Orang hanya mengenal diri-Nya sebagai tukang kayu, anak dari Maria dan kakak bagi Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Walaupun penduduk Nazaret merasakan otoritas-Nya waktu Ia mengajar dan telah mendengar mukjizat yang dilakukan-Nya (2), di mata mereka Yesus hanyalah salah seorang dari warga mereka. Tidak lebih. Yesus pasti kecewa dengan sikap mereka.Akan tetapi, apa pun perasaan Yesus, Ia tidak terburu-buru memvonis penduduk Nazaret dan langsung meninggalkan mereka. Ia tetap melayani mereka walaupun tidak dapat berbuat banyak (5). Seorang pelayan Tuhan harus siap menghadapi penolakan. Penolakan akan selalu terjadi di mana pun kita melayani. Penolakan tidak boleh dijadikan ukuran bahwa tempat tersebut bukan ladang pelayanan yang Tuhan kehendaki. Ukuran kita adalah apakah Tuhan yang menempatkan kita di sana. Apakah ada kebutuhan yang harus kulayani di sana. Apakah talentaku akan berguna bagi pertumbuhan jemaat Tuhan di sana! Memang menghadapi penolakan bukan hal mudah, sering menyakitkan. Akan tetapi, yang paling penting adalah Tuhan tidak menolak kita melainkan anugerah-Nya menyertai dan memperlengkapi kita. Allah yang penuh rahmat kiranya menolong hati kita untuk melayani orang-orang yang dipercayakan kepada kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |