Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/02/04 |
|
Selasa, 4 Februari 2014
|
|
Judul: Layani Tuhan atau orang miskin? Hal yang sama mestinya juga berlaku bagi dua pilihan yang jadi judul renungan ini. Kata-kata Yudas (5) mengesankan tindakan Maria meminyaki kaki Yesus (3) merupakan pemborosan yang tidak perlu. Sepintas lalu, tidak ada hasil konkret yang bisa diperoleh dari tindakan Maria itu. Sementara jika minyak narwastu itu dijual, pasti banyak orang miskin yang bisa dibantu dengan uang hasil penjualannya. Narasi Injil Yohanes memberikan dua alasan mengapa usul Yudas ini pantas ditolak. Yang pertama, Yudas ternyata korup dan tidak benar-benar peduli dengan nasib orang miskin (6). Yang kedua, yang lebih penting, tindakan Maria ini sebenarnya persiapan bagi hari kematian Yesus (7-8). Ungkapan syukur Maria yang penuh perendahan diri ini menjadi teladan bagi kita, murid-murid-Nya, dalam hal kesigapan memuliakan Tuhan. Ada bahaya jika kita dengan mudah menafsirkan "pemuliaan" Tuhan sebagai upaya pembangunan gedung megah, pengupayaan perabot gereja mewah, dll. Ini tindakan "sambil menyelam minum air": upaya "memuliakan" Tuhan, entah tulus atau tidak, sambil mengagungkan kelompok/diri sendiri. Ini justru kebalikan dari tindakan Maria. Di dalam konteks sekarang, seringkali justru tindakan melayani orang miskinlah yang paling dekat dengan tindakan Maria di atas: kita memuliakan Tuhan atas hidup itu, sambil dengan tulus hati merendahkan diri di hadapan-Nya. Beranikah kita melakukannya? Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |