Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/02/05 |
|
Rabu, 5 Februari 2014
|
|
Judul: Raja Israel Di dalam nas ini, dua kali sebutan Raja dikenakan kepada Yesus (13, 15). Namun, atribut sebagai Raja ini tidak didasarkan pada prestasi militer ataupun keagungan politis.Orang banyak menyambut dan mengelu-elukan Dia terutama karena mukjizat kebangkitan Lazarus yang kita baca kemarin (17-18). Menariknya, pengakuan dan kesaksian mereka itu menempatkan Yesus sebagai Raja Israel. Mirip seperti yang hendak dilakukan oleh orang banyak di Yohanes 6:14. Bedanya, Sang Raja di sini dipahami sebagai Raja Damai, seperti nubuat di dalam Zakharia 9:9-10; tindakan Yesus menaiki keledai otomatis mengarahkan perhatian orang Yahudi yang melihat-Nya pada nas nubuat ini. Dengan demikian, Injil Yohanes menegaskan sosok Yesus sebagai Raja Damai, yang telah menerima otoritas dan konfirmasi dari Sang Bapa sendiri, sebagai sumber hidup dan hakim atas semua, sama seperti Sang Bapa (bdk. Yoh. 5:21-22, 26-27). Sungguh kontras dengan para raja dan penguasa di dunia ini. Allah memang memanggil gereja dan orang Kristen untuk terjun ke dalam dunia politik dan menghadirkan Kerajaan Allah di dalamnya. Namun, kita mesti ingat, Allah tidak menginginkan kita hadir di sana semata-mata untuk memperjuangkan kepentingan kelompok kita. Kita adalah utusan-utusan Sang Raja Damai, yang memberitakan kuasa dan anugerah-Nya bagi semua orang. Artinya, saat kita hadir di tengah dunia politik dan masyarakat luas, panggilan kita tetap sama, menghadirkan kebenaran dan kedamaian demi jadi berkat bagi semua orang. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |