Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/02/06 |
|
Minggu, 6 Februari 2011
|
|
Judul: Minta belas kasih Tuhan Pemazmur mengakui bahwa ia telah berdosa kepada Tuhan. Ia sadar bahwa penderitaannya terjadi karena kesalahannya sendiri. Penderitaan itu dirasakan begitu menekan sehingga ia berseru kepada Tuhan, "Berapa lama lagi?" (4). Penderitaannya makin terasa berat karena musuh-musuhnya menggunakan kesempatan itu untuk menekan dia (8). Mungkin para musuh berkata, "Ia kena tulah, Tuhan telah memukul dia!" Di tengah pergumulannya, pemazmur tak kehilangan iman. Ia percaya akan kasih setia Tuhan yang tak pernah berubah. Maka ia berani memohon belas kasih dan pengampunan-Nya (2-3). Sebab kalau ia mati, ia tidak dapat menaikkan syukur kepada Tuhan (6). Kata "maut" di sini disejajarkan dengan kata "dunia orang mati" yang menunjukkan tempat berakhirnya kehidupan. Bandingkan dengan doa syukur Raja Hizkia ketika permohonannya agar diberi kesembuhan dijawab oleh Tuhan (Yes. 38:18-19). Pemazmur juga meminta Tuhan segera menolong dirinya, supaya para musuh tidak terus menerus menekan dan fitnahan mereka kehilangan sengatnya. Pengalaman pemazmur bisa jadi pengalaman kita saat sakit mendera. Periksalah diri di hadapan Tuhan dengan jujur, apakah ada dosa yang menjadi penyebab. Bila ya, mintalah pengampunan-Nya. Lalu minta belas kasih-Nya dan kesembuhan. Ingatlah bahwa Allah tidak senang jika anak-anak-Nya menderita. Namun kadang kala Allah mengizinkan penderitaan menjadi alat agar kita mendekat kepada-Nya dan tidak bermain-main dengan dosa!
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |