Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2006/02/07 |
|
Selasa, 7 Februari 2006
|
|
Judul: Ibadah dalam Roh & kebenaran Sangat rumit memahami rincian pembuatan kemah pertemuan. Bahan-bahan yang dipakai pun sangat banyak (ayat 1-29). Bangunan kemah suci itu merupakan satu-satunya tempat yang sah bagi umat Israel untuk beribadah karena Allah sendiri yang menetapkannya. Oleh karena itu, yang paling penting dari pembangunan kemah suci ini adalah harus sesuai dengan ketentuan yang Allah berikan kepada Musa di puncak gunung Sinai (ayat 30). Bangunan kemah itu sendiri terdiri dari ruang kudus dan ruang mahakudus (ayat 33). Di dalam ruang kudus terdapat meja kurban sajian dan kandil (ayat 35). Sedangkan di dalam ruang mahakudus terdapat tabut perjanjian dengan tutup pendamaiannya (ayat 34). Pemisah antara ruang kudus dengan ruang mahakudus adalah sebilah tirai dari kain ungu (ayat 31-32). Kemah suci menjadi pusat umat Israel beribadah. Kelak, setelah Israel tiba dan menetap di Tanah Perjanjian, Bait Allah menggantikan fungsi kemah suci. Itu sebabnya di kemudian hari, pada zaman raja-raja, Allah murka kepada umat-Nya yang mempersembahkan kurban bukan kepada Allah di Bait Allah melainkan di bukit-bukit pengurbanan kepada para berhala. Yesus berkata bahwa Dialah Bait Allah yang sesungguhnya (Yoh. 2:19-21). Ibadah yang benar hanya di dalam Tuhan Yesus. Oleh Roh-Nya, Tuhan Yesus mendiami hati orang percaya. Maka dalam zaman PB semua orang percaya menjadi Bait Allah. Persekutuan orang percaya (gereja) menjadi Bait Allah secara rohani. Tidak ada satu ibadah apa pun di dunia ini yang berkenan kepada Allah, kecuali di dalam Yesus. Yesus berkata, "Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yoh. 4:24). Menyembah dalam roh dan kebenaran artinya, menyembah Allah dalam kebenaran Kristus yang melalui Roh Allah telah menghidupkan roh orang-orang yang percaya kepada-Nya. (Lih. renungan tanggal 5 Januari 2006). Camkan: Ibadah yang hanya bersifat lahiriah tidak ada artinya di hadapan Allah.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |